Chapter 6

213 34 7
                                    

Aku membuka mataku perlahan. Angin sejuk sudah menderu melalui jendela kamar. Pasti Louis sudah membukanya.

Karena kemarin aku sangat lelah, aku belum mengeluarkan barang-barangku dan menatanya. Mungkin siang ini akan ku lakukan, itupun kalau mood-ku bagus. Yang ingin aku lakukan sekarang hanyalah bermalas-malasan di sofa sambil menonton acara musik.

Dengan sekuat tenaga, aku berusaha mengangkat badanku sendiri dari kasur. Lalu aku langkahkan kakiku menuju ruang tengah. Tidak ada siapa-siapa. Hmm... biar ku tebak. Louis pasti sudah bekerja dan Zayn pasti masih tidur.

Aku pun langsung duduk di sofa dan benar saja, ada memo di atas meja depan sofa ini.

--

Janey, maaf tak sempat pamit padamu. Tapi aku benar-benar harus pergi sepagi mungkin. Aku harus mengantar Lena ke tempat manggungnya, dan melayani client baru. If you want to eat, I just bought some food. Just check the refrigerator. Or you could delivery any food you want. See ya tonight!

P.s.: Bangunkan Zayn pukul 12 siang, dia punya janji dengan temannya.

Love,

Lou

--

Lou tahu saja bahwa adiknya ini sedang malas masak. Akhirnya aku delivery pizza dengan topping keju untuk makan pagi+siang ku.

Sambil menunggu pizza-nya datang, aku menonton acara musik seperti biasa. Tapi sepertinya aku sedang tak begitu mood untuk mendengarkan musik pop-rock pagi ini. Jadi aku pindahkan saja ke channel yang menayangkan sepakbola. Dan tepat sekali, Real Madrid vs Barcelona are playing! I love Real Madrid too much! And Zayn either. Jadi, walaupun pukul 12 aku berlari ke kamar Zayn untuk membangunkannya.

Sesampainya di kamar Zayn, Zayn masih tidur nyenyak di kasurnya. Berarti, aku harus mengeluarkan jurusku biar dia cepat bangun.

"IT'S TIME TO WAKE UP. IT'S TIME TO WAKE UPPPP. BECAUSE ZAYNIE SHOULD WATCH MADRID GAME WITH JANEEY. IT'S TIME TO WAKE UPPP." aku menyanyi dengan keras dan nada yang tak beraturan sambil loncat di kasurnya.

"OMG IYA IYA. AKU BANGUN, JANEY. AYO AYO CEPAT KELUAR DARI KAMARKU." sahut Zayn dengan keras membalas teriakanku yang tadi.

Zayn bangun dari kasur, langsung menarik tanganku untuk keluar dari kamarnya menuju ruang tengah... dengan mata tertutup.

"Skornya sudah berapa?" kata Zayn yang belum bisa membuka matanya seutuhnya.
"Baru saja mulai. Ayo dong Zayn, buka matamu. Itu lihat siapa yang sedang menggiring bola!!" teriakku. OMG, THAT'S BENZEMA!

Zayn pun langsung merespon dengan membuka matanya.

"Wo Benz, ma bro. You must make a great goal!" Zayn juga ikut teriak.

Selama 90 menit aku dan Zayn fokus memperhatikan kemana arah bola-teriak bila pemain Real Madrid membuat gol-dan mencela lawan ketika mereka melakukan pelanggaran. Begitu terus. Akhirnya permainan berakhir. Skor akhir 3-2 untuk Real Madrid. Anyway, kita berlari mengitari rumah baru ini untuk merayakan kemenangan.

"Stop, stop. Aku lapar. Kau tak masak apa pun?" ujar Zayn tiba-tiba menghentikan larinya.

OH IYA! Aku lupa kalau sudah memesan pizza, aku langsung berlari ke pintu depan karena seharusnya pizza sudah sampai dari 5 menit yang lalu. Dan benar saja, seorang cowok sudah menunggu depan pintu dengan muka betenya.
Aku langsung memberinya uang untuk pizzanya dan sedikit tip karena aku sebal dengan muka masamnya.

"Pizza is coming!!" teriakku yang terdengar menggema karena memang belum banyak barang di rumah ini.

"Sisakan untukku! Aku harus mandi! Aku punya janji dengan temanku bentar lagi." teriak Zayn dari kamarnya.

Aku menikmati pizza-nya, sampai-sampai tinggal setengah bagian lagi. Aku langsung menaruh sisanya di meja, dan kembali fokus dengan tv.

"Aku berangkat ya, Jane. Jaga rumah. Aku makan pizza-nya di jalan saja sepertinya." ucap Zayn.

"Mau kemana kau? Memang kau sudah punya teman ya disini?"

"Aku mau bermain golf. Dia teman lamaku."

TINTIIIIN. Suara klakson mobil terdengar dari luar.

"I must go now. Bye, Janey!"

"Bye Zayn!"

Karena sudah merasa bosan dengan menonton, aku memutuskan untuk mandi saja.

Aku pun mengecek kamar mandi yang ada di kamarku. Hm, not bad. Aku pun langsung membuka baju dan menyalakan shower.

Ternyata keputusan pindah ini tak terlalu buruk juga ya. Aku masih bisa mengunjungi temanku karena jarak yang tak begitu jauh.

Omong-omong soal teman, tadi Zayn bilang ingin main golf bersama teman lamanya. Wait...sejak kapan dia main golf? Sejak kapan dia bergaul dengan orang-orang yang suka main golf? Siapa sih sebenarnya temannya? Ah nanti aku harus tanyakan ini padanya...

***

Yeaaay! Finally! Selesai juga menata kamar baruku ini. Kamar baru ku tak begitu berbeda jauh dengan kamar lama ku. Bedanya ini lebih luas.

Karena bingung harus melakukan apa lagi, aku putuskan untuk menelpon Harry lewat Skype.

Tut. Tut. Tut. Maaf, silahkan tinggalkan pesan anda untuk Harry Styles karena Harry Styles sedang tidak online.

Kemana Harry? Biasanya dia online skype jam segini. Akhirnya, aku menelpon ke handphone-nya.

"Jane, ini Anne. Ada apa, sayang?"

Suara Anne, ibunya Harry terdengar di speaker. Ini membuatku bingung.

"Hm... sorry for disturbing, Anne. I just want to talk with Hazza. Is he there?"

Tak terdengar jawaban dari Anne. Yang ada hanya isakan.

"Anne, ada apa dengan Hazza? Dia baik-baik saja kan?!"

"Hazza......" Anne terbata-bata menjawab pertanyaanku. Perasaanku mendadak tak enak.

***

Wait for the next chapter guys! Dont forget to votes+comments! Have a nice day!

N

Is It Too Late? » Harry » Niall »Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang