Bagian 9: Menjauhi Nya

71 59 15
                                    

Di dalam siklus kehidupan ini, apa yang terlihat baik, belum tentu itu baik. Dan apa yang terlihat pantas di dapat kan, belum tentu dengan mudah untuk di dapatkan. Setelah melihat kejadian antara Vingky dan pria misterius itu aku jadi paham tentang kapasitas diri ku sendiri, aku bukan lah laki-laki yang dapat di jadikan suatu patokan untuk seorang wanita berharap lebih dengan ku, maka dari itu, apa yang telah ku rasakan sampai sejauh ini, sedikit demi sedikit harus bisa ku buang dan fokus pada tujuan yang ada di hadapan ku yang sekarang.

Sudah 3 hari sejak hari di mana buk Liya memberikan tugas untuk menulis puisi yang bagus untuk ikut serta dalam kompetisi puisi sekota Batam, dan sampai sekarang aku masih belum bisa menemukan puisi apa yang cocok untuk ku ku tulis, kalau begini terus cara nya, hingga hari yang di tentukan oleh buk Liya, Mungkin aku gak bisa menyelesaikan nya. Sementara itu sejak kejadian aku melihat kedekatan Vingky dan pria misterius yang berbicara dengan nya di depan kelas, aku sedikit menjaga jarak dengan Vingky. Aku tak ingin pikiran ku menjadi kacau dan tidak bisa menemukan judul puisi yang pas untuk ku tulis.

Menjauhi nya mungkin cara yang tepat, lagi pula dari awal aku dan dia sama sekali tidak memiliki hubungan yang begitu spesial. Jika berbicara soal teman, dia bukan teman ku, bahkan aku belum sama sekali meminta nya untuk menjadi teman ku, dia hanya wanita yang kebetulan tidak memiliki tempat duduk karna tempat duduk di kelas sudah penuh, lalu dia meminta izin untuk duduk di samping ku, aku hanya memiliki satu orang teman dan sahabat, dia adalah Ahmad Rafa yang telah ku kenal dari waktu aku SMP dulu.

Di hari Rabu yang cukup cerah, aku sekolah seperti biasanya, namun kali ini aku tidak langsung ke kelas, karena persiapan kompetisi puisi jadi aku dapat izin dari wali kelas dan guru mata pelajaran yang masuk untuk tidak mengikuti pelajaran, jadi aku langsung masuk ke perpustakaan, memikirkan puisi apa yang akan ku tulis, karena jangka waktunya begitu mepet. dan aku juga harus membuang semua pikiran yang tidak penting dari pikiran ku, untuk fokus pada kompetisi nanti.

Saat aku sudah tiba di perpustakaan, ternyata belum ada siapapun di perpustakaan, kalau buk Liya pasti sudah tau aku, pasti dia terlambat. Begitu juga dengan Lyona. dia juga belum ada di ruangan perpustakaan, jadi sembari menunggu salah satu dari mereka yang datang, aku memikirkan sejenak puisi apa yang harus ku tuliskan nanti nya. Menulis seperti biasanya memang mudah bagi ku, namun ini adalah kompetisi yang di nilai oleh juri, jadi aku gak boleh sembarang merangkai kata-kata.

Saat Daud sibuk memikirkan puisi apa yang akan di buat nya, tiba-tiba ada yang masuk ke perpustakaan, dan ternyata itu adalah Lyona anak kelas 1 Teknik Permesinan...

"Eh Daud, cepat amat nyampe nya ?" Sapa Lyona Kepada ku yang sedang duduk lesehan di bawah.

"Ya begitulah" jawab ku singkat.

"Eh, ko udah ketemu ya puisi apa yang bakalan ko buat ?" Tanya Lyona. kembali kepada ku.

"Hmmm, pikiran ku masih buntu" jawab ku lagi.

"Ya kalau gitu, sama dong, aku juga belum tau mau nulis puisi apa" kata nya berjalan ke arah ku dan duduk di samping ku.

"Ku pikir, udah siap " balas ku kepada nya.

"Ih sumpah, susah nih mau nulis apaan" kata Lyona seperti kesal.

Tak lama kemudian, buk Liya pun datang...

"Eh Daud sama Lyona, pagi-pagi gini udah ngetem aja di dalam perpustakaan" sapa buk Liya kepada kami berdua dari pintu.

"Nggak buk, kami lagi bingung nih mau nulis apaan, sulit loh" balas Lyona kepada buk Liya.

"Hmmm, gampang kok" kata buk Liya lagi menyambung perkataan Lyona.

"Yaampun ibu, sulit loh, kalau kami berdua Raditya Dika, pasti gampang banget" jawab Lyona kepada buk liya, yang sudah duduk di hadapan kami berdua.

THE LONER (Si penyendiri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang