Memandang Langit | Fatwa Cinta

133 11 0
                                    

Memandang Langit | Fatwa Cinta

"Jika kilauan mata mu memancarkan surga, biarlah aku tenggelam dalam kilauan mu, lalu aku memohon agar kau ridho atas diri ku."
- Zulaikhah -

***

"ASSALAMMUALAIKUM  pengantin baru he he he..."

Zulaikhah merona mendengar sapaan yang diberikan gadis cantik yang masih menggunakan mukena putih gading nya itu, nama nya Amna Azhar, adik bungsu Abizar yang masih duduk dibangku aliyah¹ mendekati pelan gadis itu yang sibuk mengaduk sesuatu di gelas mug nya.

"Waalaikumsalam Amna, jangan sebut seperti itu, Mbak merasa malu," ujar Zulaikhah dengan senyum tipis nya, Amna tertawa kecil, dapur rumah utama Kyai tampak sepi, namun alunan zikir dari masjid pesantren menemani suasana sendu subuh pertama Zulaikhah sebagai seorang istri.

"Gak apa toh Mbak, kan memang pengantin baru, bagaimana malam pengantin nya?"

"Wus anak kecil kok ngomong gitu," sanggah suara lembut dari arah belakang Zulaikhah, membuat Zulaikhah dan Amna menoleh langsung.

"Aku sudah dewasa mbak, sudah baligh ² loh he he he," jawab Amna kepada perempuan cantik dengan lesung pipi nya, Eira - sepupu Abizar dari pihak ummah, Zulaikhah cukup mengenal gadis yang menempuh pendidikan di Kairo itu, usia nya dan Zulaikhah sama.

"Nyenyak tidur nya Zulaikhah?" Tanya Eira ramah dan duduk di kursi makan dapur diikuti oleh Zulaikhah, gadis itu tersenyum tipis.

"Alhamdulillah nyenyak, sangking nyenyak nya aku telat bangun Ra," jawab Zulaikhah dengan tawa kecil nya membuat Amna dan Eira ikut tertawa, Zulaikhah sedikit terbiasa dan nyaman dengan keluarga suami nya, mereka membimbing Zulaikhah dengan baik.

Bahkan Zulaikhah lebih dulu kenal dengan keluarga Abizar dibandingkan Abizar nya, berkat keluarga ini pula dia dapat menikah dengan Abizar.

"Wajar Mbak pengantin baru he he, lagian Mas Abi pasti gak tega bangunin istri nya yang kecapean he he he,"

"Gus Abi gak tega bangunin pengantin nya lah, iya kan Amna?" Goda Eira dan Amna kompak membuat Zulaikhah bertambah merona.

Sejak kejadian memalukan diri nya yang menangis tersedu mendengar ucapan Abizar semalam, Zulaikhah kelelahan dan tertidur, sedangkan Abizar membiarkan Zulaikhah tertidur tanpa mengusik nya.

Zulaikhah terbangun saat pukul tiga dini hari tak kala mendengar Abizar membuka pintu kamar mandi karena hendak mengambil air wudhu untuk menunaikan shalat malam, Zulaikhah dipinta Abizar untuk kembali berisitirahat karena sembab di wajah dan raut lelah nya yang tampak, dan bertepatan dengan tamu bulanan Zulaikhah yang hadir sejak kemarin, akhir nya Zulaikhah memantapkan diri kembali masuk ke alam bawah sadar nya.

"Kalau di pesantren ini ya gini Mbak kalau subuh, orang-orang pada ke masjid cuma aku nya aja lagi dapat mana barengan sama mbak Eira, jadi di rumah saja. Cuma tadi muroja'ah³ bentar, nanti kalau Mbak bangun gak ada siapa-siapa udah lumrah, orang pada balik ke rumah saat jam sarapan saja nanti," ujar Amna sambil duduk dan menggenggam mug nya yang Zulaikhah baru tahu berisi teh hijau melihat bungkus teh hijau diatas meja makan depan nya.

"Bentar lagi bakal kedengarannya suara ngaji santri biasa nya ba'da subuh tuh ada khutbah bentar, terus lanjut ngaji santri baru kajian kitab subuh, biasa nya Cak Gibran yang ngaji ataupun-"

Fatwa Cinta [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang