Kudus yang Terluka | Fatwa Cinta

79 6 0
                                    

Kudus yang Terluka | Fatwa Cinta

"Aku jatuh hati, dalam setiap doa dalam setiap hembusan nafas, aku jatuh hati."
- Zulaikhah -

***

ABIZAR dan Zulaikhah di jemput oleh Hamdan di stasiun Semarang, dan melanjutkan perjalanan menuju Kudus. Kini, mereka sudah sampai di rumah nenek Abizar dari umi. Perempuan tua itu menangis tersedu-sedu memeluk Abizar dan Zulaikhah menyalurkan rasa rindu nya, ini kedua kali Zulaikhah bertemu dengan nenek Fatimah dimana pertama kali bertemu di hari pernikahan nya.

"Zulaikhah, apa Azhar merepotkan kamu selama ini?" Tanya nenek Fatimah dengan lembut, ternyata Abizar jika dari pihak umi dipanggil dengan nama Azhar dan hal itu baru Zulaikhah tahu. Zulaikhah melirik ke arah Abizar yang hanya tersenyum menunggu jawaban dari nya.

"Ndak Nek, Mas Azhar sangat baik dan tidak merepotkan Zulaikhah."

"Ukhuk!" Zulaikhah segera menghampiri Abizar yang tersedak teh begitupun nenek Fatimah yang tampak khawatir. "Gak apa, hanya tersedak sedikit." Tutur Abizar saat melihat wajah khawatir istri dan nenek nya, sejati nya dia sangat kaget dengan panggilan Zulaikhah akan diri nya.

Mas? Ulang Abizar dalam hati, dan tersenyum tipis menyembunyikan raut bahagia nya, akhir nya perempuan itu memanggil nya 'Mas', benar kan Abizar menyebut nya perempuan bukan gadis? Seperti kata Kyai Jalaludin bahwa kini mereka adalah perempuan dan pria dewasa bukan lagi seorang gadis dan pemuda.

"Maka nya kamu itu kalau minum yang pelan-pelan, kamar kalian sudah disiapkan Budhe Tanti. Dia pergi pengajian dan sore baru pulang," ujar nenek Fatimah. Budhe Tanti adalah adik dari umi, suami nya bekerja pada perusahaan asing di luar negeri sedangkan semua anak nya sudah menikah, dia memutuskan tetap tinggal di Indonesia untuk menemani nenek Fatimah, dan suami nya dengan ridho memberikan izin.

"Terima kasih Nek, merepotkan sekali rasanya." Ujar Zulaikhah segan, nenek Fatimah menggelengkan kepala nya pelan dan berujar, "Ndak apa, ndak merepotkan. Nenek bahagia kalian kemari, sangat bahagia."

Abizar sedih tentu saja, bahkan diri nya baru sempat kali ini untuk mengunjungi ibu dari surga nya, rasa bersalah pada umi begitu memuncak. Zulaikhah menyadari itu, tatapan sendu suami nya.

"Silahkan istirahat, jika butuh sesuatu Mbok Rahmi ada dibelakang. Panggil saja." Ujar nenek Fatimah menyebutkan nama pembantu rumah ini, Zulaikhah mengangguk. Nenek Fatimah izin kembali ke kamar nya dan meminta mereka istirahat, walaupun rasa rindu nya terasa belum tuntas namun dia tahu cucu nya butuh waktu istirahat.

"Ini umi, seperti foto yang aku tunjukkan ke kamu." Ujar Abizar menunjukkan bingkai foto perempuan dengan hijab cokelat panjang, raut tenang dan senyum yang menawan begitu memancarkan aura shalihah nya perempuan itu.

"Mirip kamu Mas, bahkan Abi tidak begitu mirip kamu." Jawab Zulaikhah, Abizar menoleh ke samping ke arah Zulaikhah yang dengan fokus memperhatikan detail foto umi.

"Kenapa?" Tanya Zulaikhah merasa diperhatikan begitu intens. Abizar tersenyum, dan Zulaikhah selalu menyukai senyum itu. Senyum yang membuat jantung nya berdebar begitu kencang namun begitu menyenangkan.

Allah, apa begini rasa jatuh cinta dengan seseorang yang halal? Begitu indah dan penuh rahman. Pikir Zulaikhah dalam hati nya.

"Mas? Jadi sekarang kamu gak manggil aku Gus lagi?" Goda Abizar dengan menaikkan sebelah alis nya, Zulaikhah tertawa kecil karena malu mengalihkan wajah nya yang memerah ke arah lain.

Fatwa Cinta [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang