Rasa yang Teraba | Fatwa Cinta

66 8 0
                                    

Rasa yang Teraba | Fatwa Cinta

"Aku membiarkan denyut nadi ku menjadi satu dengan mu, aku hanya menginginkan menjadi utuh hingga ke Jannah-Nya."
- Zulaikhah -

***

ZULAIKHAH mengganti pakaian nya dengan gaun tidur dan sedang menyapu kasur dengan sapu lidi yang sengaja dibuatkan oleh ibu Salma untuk nya membersihkan kasur sebelum tidur yang termasuk sunnah baginda Rasulullah SAW ketika pintu di buka menampilkan wajah suami nya dengan senyum tipis, pemuda itu berjalan menuju kamar mandi mungkin hendak berwudhu seperti rutinitas Abizar biasa nya.

Zulaikhah segera mempercepat pekerjaan nya, dilihat disamping nakas kasur nya terdapat air putih, susu kurma, dan vitamin yang biasa Abizar minum sudah disediakan Zulaikhah. Akhir-akhir ini Abizar sering bergadang karena mencari referensi untuk tugas-tugas kuliah nya.

Zulaikhah meraih cangkir susu kurma bersamaan dengan Abizar yang keluar dari kamar mandi, Zulaikhah berdiri menunggu Abizar yang hendak ke ranjang mereka. "Kenapa Ning?" tanya Abizar saat melihat Zulaikhah yang selalu memperhatikan nya.

"Ini Gus," ujar Zulaikhah sembari menyuguhkan cangkir susu kurma kepada suami nya, Abizar tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Pemuda itu duduk dan segera meneguk habis minuman yang diberikan Zulaikhah, "Syukran lak hadha ladhidh.¹" tutur Abizar, Zulaikhah mengangguk kecil kemudian segera mengambil cangkir yang Abizar ulurkan pada nya saat hendak mengambil air putih dan vitamin tangan nya dicegah Abizar.

Zulaikhah tampak bingung, sedangkan Abizar memperhatikan raut wajah Zulaikhah dengan seksama, wajah sembab dan raut sedih kentara di wajah istri nya itu. Abizar merasa bersalah akan rasa sedih yang melingkupi hati istri nya, selama menikah perempuan itu tidak banyak tuntutan dan sangat pengertian di tengah banyak ketidaktahuan nya namun dia belajar, dan hal itu yang membuat Abizar semakin semangat merasa rasa yang sejak awal dijanjikan nya untuk Zulaikhah.

"Duduk Ning." Titah Abizar tegas namun lembut, raut sedih bertambah lelah itu menyakitkan Abizar, ditatap jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas lewat sepuluh menit, ternyata lama dia berbicara dengan Abi di perpustakaan tadi. Zulaikhah nya pasti menunggu hingga tidak tidur terlebih dahulu demi melayani keperluan dari rutinitas Abizar sebelum tidur.

Zulaikhah duduk diujung ranjang berdampingan dengan Abizar, ditatap demikian Zulaikhah salah tingkah.

"Maaf karena budhe membuat kamu tidak nyaman, maaf masih menjadi suami yang tidak bisa melindungi perasaan mu Ning. Dan terima kasih untuk susu kurma, air putih, dan vitamin nya. Terima kasih sudah menyiapkan ranjang yang nyaman untuk tidur, dan terima kasih untuk hari-hari yang kamu usahakan untuk membuat aku selalu merasa nyaman, kini saat nya kamu yang merasa nyaman Ning. Curahkan semua nya kepada ku Ning, berbagi dengan ku." Ujar Abizar, dengan lembut Abizar menatap Zulaikhah dan mengelus punggung tangan Zulaikhah.

Gadis itu hendak menangis kembali, namun ditutupi nya dan tersenyum tipis, "Gus sudah kewajiban ku. Aku yang berterima kasih untuk semua kasih yang Gus usahakan untuk diri ku, terima kasih menerima pernikahan dan mau menikahi ku dan membimbing ku untuk lebih mengenal Sang Maha Cinta Gus." Jawab Zulaikhah pelan, Abizar mengangguk kecil dan tersenyum.

"Aku punya cerita menarik Ning, kamu butuh istirahat besok pagi-pagi kita harus sudah berangkat. Jadi, sembari mendengar aku bercerita kamu bisa pelan-pelan menuju alam tidur kamu." Ujar Abizar dan tertawa kecil, Zulaikhah itu tertawa. Rutinitas mereka sebelum tidur sejak hari pertama menikah adalah Abizar yang akan bercerita banyak kisah orang-orang shalih kepada nya, awal nya hal itu dilakukan untuk mencegah kecanggungan malam pertama mereka.

Fatwa Cinta [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang