Sulaman Mawar | Fatwa Cinta

63 9 2
                                    

Sulaman Mawar | Fatwa Cinta

"Ku sulam hati ku agar tak hampa, ku dekap jiwa ku agar tetap bernafas. Allah, ini aku hamba-Mu yang hina yang berpacu dalam melodi demi mengemis cinta-Mu."
- Zulaikhah -

***

BA'DA¹ ashar setelah menyiapkan barang keperluan mereka untuk ke Kudus besok hari dan setelah salam perpisahan dengan Eira yang memajukan hari keberangkatan nya ke Kairo sehingga hari ini dia harus kembali ke Jakarta untuk mempersiapkan diri dan apa saja yang di bawa gadis itu, Zulaikhah izin pamit masuk ke kamar nya untuk mengadu kepada sang Rabb.

Dia sedih, dan sangat terluka. Dimana dia mengetahui bahwa seharusnya yang menikah dengan Abizar adalah Eira bukan diri nya, hal itu yang disampaikan oleh ibu dari Eira di teras rumah Kyai. Dia merasa terluka karena selama ini mencintai orang yang sudah sangat dicintai lama oleh perempuan lain, dan melukai hari Eira - sahabat nya.

Namun, dia lebih terluka dengan perkataan kecewa yang dilontarkan ibu Eira sedangkan Abizar yang disana segera membawa Zulaikhah ke dalam rumah, suasana canggung tentu saja. Namun, Zulaikhah berkata kepada Abizar bahwa dia ingin menyiapkan keperluan mereka besok sehingga tidak perlu di temani suami nya itu, sejati nya Zulaikhah hanya memerlukan waktu untuk dirinya sendiri, dia tenggelam dalam kesedihan yang mendadak di dapati nya, kenyataaan yang baru diketahui nya.

Lalu, gadis itu melirik ke arah sapu tangan sulaman mawar yang kemarin Eira berikan, dia sudah memiliki firasat yang tidak enak sejak Eira meminta nya memberikan sulaman mawar itu kepada Abizar, suami nya. Nyata nya benar, sulaman mawar itu adalah sulaman yang Eira buatkan dengan kepingan hati nya yang rusak.

Zulaikhah terisak, dada nya sesak. Dia termakan cemburu, dan dia tersesat rasa bersalah kepada Eira.

Pelukan hangat yang mendekap nya tiba-tiba membuat Zulaikhah terkejut, namun dari aroma mint yang terkuar di tubuh itu Zulaikhah tahu bahwa Abizar mendekap nya, tidak ada suara hanya hening yang mendekap mereka.

Zulaikhah ingin menghentikan tangis nya namun tangis itu makin menjadi, Abizar tidak tahu bahwa budhe nya - ibu Eira akan menyinggung perjodohan masa kecil itu, padahal seingat Abizar itu hanya percakapan ringan dan tidak disengaja saat mereka kecil dan masih bermain bersama-sama.

"Sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang." Ujar Abizar masih memeluk Zulaikhah lembut, gadis itu menghapus air mata nya, dia menyembunyikan wajah sembab dan merah nya di dada Abizar, dia malu telah menangis dihadapan Abizar dan dia baru menyadari tingkah nya yang begitu terlihat kekanak-kanakan.

Dia mengingat pernah menghafal hadist yang baru saja Abizar sebutkan.

"Gus itu hadist riwayat Thabarani benar?" Cicit Zulaikhah pelan sambil menarik nafas nya karena seperti nya hidung nya sudah penuh mukus², menambah sesak pernapasan nya.

Abizar tertawa kecil, betapa manis Zulaikhah nya kian hari. Gadis itu rajin belajar mengenai agama islam yang kini di anut, walaupun tentu nya banyak kesulitan yang juga di lalui oleh Zulaikhah.

"Benar. Jadi Ning, walaupun hati kamu terasa sakit dan tidak nyaman dengan perlakuan orang terhadap mu, jangan membenci jangan marah. Sebaliknya, sayangilah dia. Karena Allah menyayangi hamba-Nya, yang penyayang." Jawab Abizar lembut, pemuda itu mengusap lembut puncak kepala Zulaikhah yang masih menggunakan mukena itu.

Rona wajah Zulaikhah bertambah merasakan kedekatan mereka, gadis itu segera melepaskan pelukan dan menghapus air mata, dengan terbata Zulaikhah berkata, "Afwan Gus, aku mau siapkan pakaian Gus ke masjid." Ujar Zulaikhah bertepatan dengan alunan syahadat bersautan yang dilantunkan oleh Gibran dan  Cak Idris dari masjid pesantren yang akan menggema ke penjuru pesantren.

Abizar tersenyum kecil dan mengangguk, dia harus berbicara dengan Ummah , agar Ummah dapat  untuk memberitahukan budhe Lastri dalam bersikap dan bersuara serta yang lain nya, dia hanya tidak ingin menimbulkan fitnah dan rasa kecewa di hati istri nya.

***

"Jadi Mas Abi minta Ummah untuk memberitahukan ke Budhe Lastri mengenai yang terjadi tadi sore?" Tutur Ning Farhana lembut penuh wibawa, perempuan itu baru selesai mengawasi hafalan hadist dan Al-Qur'an Amna sehabis isya, lalu dilanjutkan membaca kitab Ratibul Haddad, kitab yang berisikan doa dan zikir-zikir yang disusun oleh ulama Hadramaut, Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al Haddad.

Ning Farhana memang mengamalkan kitab Ratibul Haddad tersebut, sehingga setiap habis shalat dia akan membaca kitab tersebut dan hati nya menjadi tentram.

"Benar Ummah, Mas hanya merasa tidak sopan dan takut menyinggung perasaan Budhe jika Mas yang langsung menegur Budhe. Jadi, dengan sangat Mas minta tolong Ummah yang memberitahu Budhe, dan meminta agar orang lain juga tidak membahas seperti tadi sore. Mas hanya ingin tidak terjadi fitnah dan menjaga perasaan Zulaikhah, karena kini dia adalah istri Mas dan Mas harus menjaga perasaan nya." Jelas Abizar lembut dan tegas, pemuda itu menatap wajah Ning Farhana dengan penuh kesopanan.

Ning Farhana menghela nafas nya sejenak, dan menganggukkan kepala. Dia tersenyum tipis, "Ummah akan sampaikan, dan Ummah akan pastikan tidak ada yang membahas permasalahan itu lagi." Putus Ning Farhana, perempuan itu terharu. Putra nya kini sudah tumbuh dewasa dan menjadi seorang suami, bukan putra kecil yang selalu digendong nya ataupun akan dia bacakan shalawat sebelum tidur.

"Mas Abi, besok ke Kudus. Setelah dari Kudus apa Mas Abi akan kembali langsung ke pesantren?" Tanya Ning Farhana. Abizar terdiam sejenak, dia sebenarnya ada niatan bahwa setelah dari Kudus dia ingin mengajak Zulaikhah berlibur sejenak namun mengingat ada banyak berkas yang harus diurus berhubungan dengan keberangkatan nya ke Hadramaut, akhir nya niat itu dibatalkan, lain waktu pikir Abizar.

"Iya Ummah."

"Kapan mengajak Zulaikhah berbulan madu? Tidak ada niat menunda momongan kan?"

Kuping Abizar memanas dan memerah malu, sejauh ini dia dan Zulaikhah belum membahas mengenai momongan. Pernikahan yang baru dihitung jari berlangsung seminggu ini pun yang mereka lakukan adalah memulai pendekatan mengenai diri mereka. Membahas hal yang begitu dalam belum mereka bahas, membiarkan alur membawa mereka saja.

"InsyaAllah tidak ada Ummah, doakan saja."

Ning Farhana mengangguk paham, tidak ingin ikut campur lebih jauh mengenai rumah tangga putra nya Ning Farhana pamit untuk istirahat dan meminta Abizar menemui Gus Rahman - Abi nya di perpustakaan untuk mengantarkan tasbih pria itu yang tertinggal.

____

¹ Ba'da artinya setelah
² Lendir


Assalammualaikum aku kembali update new part dari Fatwa Cinta,  semoga suka, happy reading♡♡♡

Fatwa Cinta [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang