Ning | Fatwa Cinta
"Tidak ada penantian yang begitu merindu dan menyesakkan namun begitu menawan tanpa garis-Nya ikut terlibat, aku membiarkan rindu ku membiru karena begitu mendamba mu, biar doa-doa ku menjadi garis tambahan dari kisah bercinta kita."
- Zulaikhah -***
ZULAIKHAH membawa pelan baki berisi tempe mendoan dan juga teh hangat ke ruang baca rumah utama, ada ummah dengan kitab fiqih hijau di tangan nya, Zulaikhah mengetuk pelan pintu ruang baca dan tersenyum saat ummah juga tersenyum ke arah nya.
"Assalammualaikum ummah,"
"Waalaikumsalam wr.wb sayang, masuk," jawab Ning Farhana membantu Zulaikhah dengan mengambil alih baki yang dibawa menantu nya itu.
"Wah mendoan, enak kelihatan nya nih." Puji Ning Farhana sambil menaruh kitab di atas meja bulat rotan yang tersedia di ruangan tersebut, mata Zulaikhah takjub melihat perpustakaan atau ruangan baca milik Kyai Jalaludin ini, beberapa rak tersusun rapi dengan buku-buku bermacam-macam, ada sofa beludru di sudut ruangan, dan sepasang kursi rotan lengkap dengan meja nya di tengah ruangan yang menjadi tempat mertua nya duduk.
Rumah panggung ini luar biasa pikir Zulaikhah begitu istimewa, deretan buku nya menawan.
Ning Farhana memanggil Zulaikhah saat gadis itu tengah berjalan menyelusuri ruangan baca dengan mengelus lembut rak-rak dengan ukiran yang cantik.
"Na'am Ummah, ada yang bisa dibantu?" Ujar Zulaikhah lembut dan bergegas menghampiri mertua perempuan nya itu, Ning Farhana meminta Zulaikhah duduk di hadapan nya, tersenyum tulus dan menenangkan mengingatkan Zulaikhah kepada mami yang telah tiada.
Walaupun raut wajah dengan aura ibu itu tidak pernah Zulaikhah rasakan dari mami namun tetap saja cinta nya begitu besar kepada mami, dan dia benar-benar merindukan mami saat ini.
"Terima kasih, tempe mendoan dan teh nya sangat enak, ummah suka," puji Ning Farhana, walaupun sejujurnya lidah nya tadi seperti kaku karena rasa asin yang cukup kentara, namun Ning Farhana memaklumi nya bahwa Zulaikhah adalah gadis belia yang mencoba menyesuaikan dengan kehidupan baru nya, mengingatkan diri nya saat muda dahulu.
"Tapi ummah boleh berbicara sesuatu sayang?" Tutur Ning Farhana tanpa menghilangkan senyum nya, di usia yang tidak lagi muda namun kecantikan itu seakan enggan berlalu dari Ning Farhana, lesung pipi yang menawan dan juga gigi ginsul nya menampilkan aura cantik alami, saat di dalam rumah dan tidak ada pria ajnabi¹ Ning Farhana akan membuka niqob wajah nya.
"Boleh ummah..." Lirih Zulaikhah dengan santun.
"Nanti kalau masak tempe mendoan buat bareng Ummah ya, Ummah mau memberikan resep rahasia Ummah pada menantu kesayangan Ummah ini yang cantik," ujar Ning Farhana dengan tawa renyah nya, Ning Farhana menuturkan demikian dengan maksud memberikan arahan kepada Zulaikhah mengenai masakan di dapur sehingga besar harapan nya menantu nya tersebut dapat memasak lebih baik tanpa perlu menyinggung perasaan Zulaikhah.
Zulaikhah tersenyum lebar mendengar ucapan Ning Farhana tersebut dan mengangguk.
"Iya Ummah terima kasih, Zulaikhah juga ingin bertanya tentang makanan kesukaan Gus Abi Ummah," tutur Zulaikhah pelan karena malu bertanya demikian kepada mertua nya, Ning Farhana tertawa kecil melihat rona dan bahasa malu yang tersampaikan dari tubuh Zulaikhah, dahulu dia pun demikian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatwa Cinta [On Going]
RandomZulaikhah tidak pernah menyangka Allah selalu menghadirkan hadiah terindah menemani perjalanan hijrah nya, salah satu nya dengan mendatangkan Gus Abizar Azhar dalam hidup nya untuk menemani perjalanan dalam mencari jejak-jejak kekuasaan Allah. ••• Z...