Nightmare

1.5K 115 9
                                    

Bagian 1

Ketakutan besar yg harus dihadapi dalam hidup adalah mimpi buruk yg menjadi kenyataan.
— Someone.





.




Tak pernah terbersit dalam mimpi sekalipun bahwa ia akan mencelakakan rekannya sendiri di atas panggung ketika pertunjukan. Menghasilkan luka yg cukup serius dan permanen di salah satu tubuh rekannya yg berakibat rekannya tak lagi bisa kembali ke dunianya.

Tapi takdir membawa Park Jimin pada kesalahan fatal yg terus ia sesali dan menjadi mimpi buruk selama hidupnya.

Demi Tuhan dalam sumpahnya, dia tak pernah sengaja telah melakukan itu pada Jung Hosoek, rekan tari baletnya. Dia juga tak pernah mengira bahwa hari itu adalah hari kesialannya. Semua nampak biasa saat pertujukan seni drama musikal akan di mulai.

Tapi kemalangan menimpanya saat pertunjukan sedang berlangsung. Bagaimana dirinya tiba tiba saja terpeleset saat hendak mengambil ancang ancang untuk dapat melompati Hosoek yg sudah bersiap dengan berbaring di lantai, yg mengakibatkan tubuhnya terpelanting dan tak dapat melompat indah untuk dapat melewati tubuh Hosoek. Tubuh Jimin limbung dan jatuh tepat di atas tubuh Hosoek dengan sangat keras.

Membuat Hosoek langsung jatuh tak sadarkan diri dan Jimin yg mengalami engsel tumit kaki kanannya yg bergeser. Hosoek segera di larikan ke rumah sakit dan pertunjukan di berhentikan. Setelah mendapatkan perawatan dan menunggu di rumah sakit, akhirnya hasil dari luka Hosoek keluar. Membuat semua orang yg ada disana termasuk keluarganya membola dan terkejut.

Dua rusuknya patah karna tertimpa beban berat yg dimana itu adalah tubuhnya, serta tulang bahu yg retak menambah semua crew merasa sangat sedih. Dengan begitu dokter mengatakan bahwa Hosoek tak akan bisa lagi kembali ke dunia tari untuk selamanya. Dan Jimin menyalahkan dirinya meski semua orang mengatakan bahwa hal biasa jika kemalangan bisa menimpa siapapun dan dimanapun. Tapi Jimin tetap tak bisa menerima dirinya dan kesalahannya.

Dia kehilangan segala.

Bukan karna semua orang membencinya,atau Hosoek yg tidak memaafkan kesalahan tak di sengajanya. Tapi karna dia memilih untuk berhenti dan mencoba mencari keadilan untuk Hosoek dalam dirinya sendiri. Karna menurutnya, berjuta juta kalipun meminta maaf atau bersujud sampai kening berdarah. Kesalahannya tak bisa mengembalikan Hosoek ke dunia tari balet, yg dimana tari adalah sebuah kehidupan menyenangkan untuk Hosoek.

Sejak kejadian itu, Hidup Jimin hancur dengan mimpi buruk yg terus menghantuinya.

--

2 tahun setelahnya.



"Oh, bukankah kau Park Jimin?"

Jimin hanya memberi senyum palsu pada seorang pelanggan yg mengenali ketika ia sedang menotal semua barang belanjaannya.

Inilah kehidupannya sekarang. Mengambil beberapa pekerjaan untuk keberlangsungan hidup, karna ia sudah tak memiliki apapun lagi termasuk tempat tinggal. Dia hanya akan bolak balik sauna untuk dapat tidur disana, mengingat mendapatkan sewa kamar dengan harga murah sangat sulit di temui di daerah gangnam dan sekitarnya.

"Aku sangat merindukan penampilanmu." Katanya lagi mencoba menarik perhatian Jimin.

"Ah, terima kasih." Jawab Jimin asal yg kini netranya menatap ke arah pria di hadapannya. Seorang pria dengan Wajah oval dengan lubang pipi dalam dengan senyum yg terlampau lebar.

"Aku suka tarianmu. Aku suka solo performmu yg bertajuk black swan. Waaah.. kau benar benar sanagat cantik disana." Senyumnya kali ini di barengi dengan sipu, membuat Jimin yg melihat sedikit bergidik. "Ngomong ngomong, aku adalah penggemar beratmu."

Rasanya sudah lama sekali Jimin tak lagi berinteraksi dengan para penggemarnya seperti ini, padahal dulu dia adalah orang yg ramah dan sangat hangat kepada siapapun termaduk fans. Tapi insiden itu membuatnya benar benar menarik diri dari dunia dan mulai belajar hidup menyendiri, mengabaikan semua orang yg masih peduli terhadapnya. Ya, inilah hasilnya. Rasanya sepadan kalau mengingat kesalahan yg telah dia lakukan pada Hosoek, dengan menghukum diri dengan tidal lagi memiliki fans.

"Aku sudah lama tak memilik fans." Jawabnya ketika sekaleng tuna terakhir masuk kedalam tas belanjaan. "Semua totalnya lima puluh tujuh ribu."

Pria tinggi itu merogoh sesuatu dalam tas yg tersampir di pundaknya, mengeluarkan walet dan mengeluarkan pecahan uang seratus ribuan dan memberikannya pada Jimin seraya berkata, "aku Kim Namjoon."

"Aku Park Jimin."

Bodoh, apa yg kau lakukan. Dia itu fansmu, tentu saja tau namamu. Rutuknya.

Pria yg mengaku bernama Kim Namjoon itu tertawa rendah, membiarkan Jimin menyelesaikan pekerjaannya lebih dulu sebelum akhirnya dia kembali menyodorkan sebuah kartu nama pada Jimin, membuat Jimin bingung dengan menatapnya bergantian ke arah wajahnya lalu kartu yg dia berikan.

Jimin menerimanya, dan melihat jelas namanya memang tertera disana dengan cetakan tebal yg membuatnya menukikan alis. Bukan sebab namanya, tapi tempat yg membuatnya semakin mengerutkan kening.

MOONCHILD BALLET STUDIO

"Kalau kau memang tak ingin kembali menjadi penari, setidaknya turunkanlah ilmumu untuk sekolah tariku." Katanya sambil mengulum senyum. "Studioku sangat membutuhkan instruktur handal seperti dirimu Jimin ssi. Bergabu-"

"Maaf aku masih banyak pekerjaan." Pangkas Jimin sebelum Namjoon melanjutkan kata katanya sambil meletakan kembali kartu nama Namjoon di atas meja kasir dan berpura pura merapikan kotak kotak rokok yg ada di belakangnya yg sebenarnya sudah tersusun dengan rapih.

"Aku tahu hidupmu bukan disini, Jimin ssi. Kau sudah seperti angsa berjalan yg tak menemukan danau untuk berenang. Tolong berhenti seperti itu, Jimin ssi. Itu sangat menyakiti aku dan semua orang yg mendukungmu juga menyayangimu." Tukas Namjoon menghentikan seluruh pergerakan tubuh Jimin.

Seolah membaca pikiran Jimin, Namjoon mengatakan segala kebenarannya. Bukan ini yg sesungguhnya dia inginkan, dia adalah seorang balerina cakap, bahkan sebelum insiden itu terjadi, prestasinya sudah sampai ke belahan dunia eropa. Bahkan tajuk Black swan yg dia bawakan, menjadi pertunjukan terepik dan membuat beberapa rekor di ranah hiburan.

Sejak kecil, dia selalu bermimpi untuk menjadi seorang Balerina cakap yg cukup terkenal. Dan saat gemilang di tuai, dia malah melepas impiannya.

"Ah, maaf Jimin ssi. Aku terlalu merindukan pertunjukanmu, hingga membuatku emosional seperti ini." Dehamnya. "Aku akan pergi sekarang. Kalau kau berubah pikiran, kau tau harus kemana. terima kasih."

Jimin tak bergeming dan memilih diam. Membiarkan Namjoon pergi keluar dan meninggalkan suara halus seperti ucapan terima kasih telah berkunjung di pintu keluar. Di menit berikutnya barulah Jimin berani membalikan badannya dan menatap orang orang yg berlalu lalang di rak jauh seberang, dan kembali pada sebuah kartu nama milik Namjoon yg teronggok di atas meja kasir.

Jimin mengambilnya dan kembali menatap huruf huruf yg tercetak.

"Aku bukan tak ingin kembali, tapi aku takut kembali bermimpi buruk saat mimpi burukku yg lain belum hilang."






.
.
.
.
.




-TBC-








Hallo :)


[✓] PET (?)    || [JinMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang