Past

433 84 5
                                    

Bagian 17

The past is a place of reference not a place of residence.
— unknown

.

Sudah tujuh hari Seokjin tak pulang kerumah karna sibuk dengan pekerjaan di Fashion Monthnya. Jadilah Jimin menghubungi Taehyung untuk menjadi teman di rumah Seokjin di tujuh malam terakhir ini. Entah semenjak masuk di keluarga Kim, Jimin menjadi orang yg tidak suka sendiri. Mungkin sudah terbiasa dengan suara nyaring — yg sebelas duabelas dengan suara miliknya) majikannya, juga hobi mengoceh dan mengganggunya yg membuat Jimin pada akhirnya merasa ramai meski di rumah itu hanya ada mereka berdua.

Malam ini pilihan film jatuh di genre thriller semi horor, dimana Taehyung suka dengan film jenis itu sedang Jimin tidak. Tapi Karna sudah terlanjur mengetahui awal cerita, jadilah kini Jimin melanjutkan acara menonton dengan besar rasa penasaran. Kedua tangannya tak mau lepas melilit di lengan Taehyung, begitu pula dengan wajah yg sesekali mengumpat di bahu.

Suara pesan masuk bunyi dari ponsel milik Taehyung, tapi tak membuyarkan fokus Jimin melihat kelayar kaca sampai Taehyung memindahkan kedua lengannya mencoba bangkit.

"Mau kemana?"

"Bertemu pacar." Jawab Taehyung sambil menarik jaket yg tergantung.

"Eh?" Jimin mulai melayangkan protes. "Kau mau meninggalkanku sendiri, disini?"

"Hanya sebentar. Aku ada urusan kantor dengannya."

"Aaah.. tidak mauu di tinggaal... Aku ikuuut.." misuh Jimin, ikut bangkit berlari ke kamarnya dan segera keluar dengan jaket tebalnya yg kebesaran. "Aku tidak mau sendiri."

Taehyung mendesah. Salahnya juga karna memaksa Jimin ikut menonton film thriller tadi, sedangkan Jimin adalah tipikal orang yg cenderung overthinking juga penakut.

"Yasudah. Jangan menggerutu kalau aku memadu kasih dengan pacarku!"

Tak papa, daripada dirinya di tinggal sendiri. Bagaimana nanti kalau tiba tiba saja ada makhluk yg muncul dari lubang kamar mandi yg menyeramkan. Itu bisa membuat jantungnya berhenti kan? Ahh.. tidak tidak Jimin tidak mau. Memikirkannya saja membuat bulu kuduk Jimin meremang, dan segera berlari memeluk kembali lengan Taehyung.

"Berhentilah overthinking, Jimin. Ayo."

Dan mereka pergi dengan Jimin yg masih mengerat pada lengan Taehyung.

.

Sampai di sebuah kafe pusat kota yg cukup ramai, membuat Jimin merasa jauh sedikit lebih baik melihat wajah orang orang yg berlalu lalang. Taehyung membawanya duduk di kursi bar dengan memesankan minum sejenis tequila ringan untuk Jimin. Bukan apa apa, Taehyung ingin Jimin mengurangi pikiran berlebihannya tentang film semi horor tadi dengan memberinya minuman beralkohol. Meski jujur saja, toleransi Jimin terhadap alkohol itu sangat tinggi.

"Tunggu disini oke. Kalau sudah selesai aku akan segera menemuimu." Kata Taehyung.

Di mobil tadi, Taehyung sudah mengatakan kalau pacarnya itu cuek. Jika membawa Jimin ke hadapannya, maka dapat di pastikan kalau pacarnya hanya akan diam. Cenderung menyuruhnya untuk mendekati Jimin malah. Pasangan yg aneh. Tapi menurut Jimin cocok, sebab Taehyung adalah tipikal orang yg agresif.

Dengan memberi isyarat jari yg membentuk huruf O alias Oke, Jimin mulai menganggukan kepala mengikuti irama dari life musik disana. Dan Taehyungpun  pergi meninggalkan Jimin dan segelas Tequilanya yg baru saja tiba.

Cukup lama Jimin menunggu Taehyung, bahkan sudah empat jenis minuman berkadar ringan Jimin pesan lengkap dengan dessert manisnya. Membuat kantung kemihnya penuh menjadi desakan untuk buang air kecil.

Setelah mengosongkan tanki, Jimin keluar dengan perasaan lega sambil membilas tangannya. Mengaca sedikit melihat wajahnya yg masih oke, lalu pergi dengan mendorong pintu keluar kamar mandi.

Keluar dari sana, secara tak sengaja Jimin berpapas bahu dengan seorang pria sepantar cukup keras. Membuat tubuh keduanya terhuyung ke belakang dan sama sama membungkuk meminta maaf karna ceroboh. Tapi matanya lekas membulat ketika melihat sosok yg membuat Jantungnya hendak keluar dari rongga dada.

Hosoek berdiri di hadapannya, dengan wajah yg sama terkejut.

"Jimin?!"

Membuat Jimin kembali menunduk memberi salam dan lekas hengkang. Tapi sayang, tangan Hosoek lebih cepat menahan lengan Jimin agar tak menghindar darinya. Tidak tidak, bukan ini yg Jimin mau. Bahkan ini lebih menakutkan rasanya daripada film thriller semi horor yg dia tonton tadi. Dia belum siap bertemu Hosoek dengan keadaan seperti ini.

"Tidak Jimin, tolong jangan pergi."

"Maafkan aku Hosoek. Aku tidak bisa." Jimin menghentakan tangannya sampai genggaman tangan Hosoek lepas. Segera berlari menghindari Hosoek, membayar tagihan lalu pergi dari sana dengan pikiran semerawut.

Ingatan masa lalu membuat segalanya kacau. Yaa masa lalu yg kelam. Masa lalu yg pahit. Masa lalu yg menyakitkan. Tidak akan menjadi seperti ini kalau dulu dia tidak ceroboh, tidak akan jadi begini kalau saja—

TIIIINN TTIIINN..

BRUGH,

dan Jimin tak sadarkan diri.

.

Satu pekan menghabiskan waktu bersama Jungkook membuat hari lelah Seokjin cukup terhibur, meski jauh dalam lubuk hatinya dia benar benar merindukan Mimi peliharaannya. Niat awalnya, malam ini Seokjin mau pulang untuk menemui kesayangannya itu. Tapi Jungkook menahannya dengan mengajak keluar menikmati malam. Lagipula, dua hari kedepan jadwalnya kosong. Jadi besok dia akan pulang dan mengajak Miminya pergi ke groseri lagi untuk berbelanja.

Miminya itu doyan makan, jadi Seokjin yakin kalau snack yg minggu kemarin mereka beli pasti sudah akan habis. Atau mungkin sudah habis malah. Belum lagi dua kilo daging di kemari pendingin mungkin adalah bahan yg habis paling dulu. Ah, memikirkan Mimi membuat Seokjin jadi semakin tak sabar ingin bertemu.

Di ambilnya ponsel di atas nakas, mencari nama Mimi di buku kontak lalu lekas menekan tombol dial. Nada sambung membuat Seokjin menjadi tidak sabar untuk tau apa saja yg di lakukan Mimi selama dia tak ada. Matanya melirik jam di dinding seberang yg menunjukan pukul sebelas.

"Oh, apa sudah tidur?" Kata Seokjin setelah satu panggilan di lewatkan.

Penasaran, Seokjin kembali menekan tombol dial. Cukup lama sampai akhirnya panggilan tersambung.

"Hai.." sapa Seokjin yg tiba tiba saja tersenyum tanpa sadar.

"Hai juga, hyung."

Aneh, kenapa suara Mimi berubah tone menjadi berat. Mirip seperti suara dalam milik Taehyung. Di jauhkan ponselnya dan melihat ke arah ponsel yg jelas tertera nama Mimi di sana.

"Dimana Mimi?"

"Ada. Baru saja tidur setelah minum obat." Jawab Taehyung.

"Mimi sakit?"

"Tidak."

"Lalu? Kenapa minum obat."

"Mimi baru saja pulang dari rumah sakit." Seokjin mengkerutkan alis bingung. "Tadi dia tertabrak mobil dan pingsan. Jadi dia harus minum pereda nyeri dan—"

"YAK! BOCAH SIALAN!"

Tut.

Telpon dimatikan.

Hanya bermodal baju tidur, ponsel ditangan dan kunci mobil. Seokjin lekas pulang menuju rumahnya.

Menuju Mimi.

.
.
.
.
.

-TBC-





Ujan :)
Tapi aku malah mandi

[✓] PET (?)    || [JinMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang