Opportunity

386 78 5
                                    

Bagian 26

Jika kamu tidak egois, kamu akan menyambut kesempatan untuk belajar lebih banyak.
— John Templeton

.


Sudah pukul sembilan malam ketika Seokjin tiba di apartemen kediaman Jungkook setelah beberapa waktu lalu dia mendapat telpon darinya. Katanya, ada sesuatu yg perlu di bicarakan dan mereka harus bertemu. Jadi, Seokjin memilih membiarkan Jimin pergi menenangkan diri dan dia pergi menemui Jungkook dengan harapan bahwa Jungkook berkata jujur soal sesuatu yg perlu itu.

Seperti biasa, Jungkook menyapanya hangat. Kali ini bukan hanya sebuah pelukan erat, tapi bersamaan dengan kecupan kupu kupu di kedua belah pipi Seokjin. Entahlah, berhadapan dengan Jungkook yg manja seperti ini malah membuat Seokjin merasa tak berdaya untuk menolak. Lalu ada Bam yg meliliti kedua kakinya dengan suara ngeong yg seolah juga menyambut kedatangannya kesana.

"Kau sudah makan?" Tanya Jungkook dari pantrynya.

"Sudah. Seseorang mentraktirku makan malam tadi di restoran panggang daging." Jawab Seokjin sambil mengelus punggung panjang Bam yg berbulu hangat.

"Siapa? Jimin kah?" Jawab Jungkook kembali ke sofa tempat Seokjin duduk dengan baki yg berisi secangkir kopi hangat dengan sepiring cookies vanilla.

Ngomong ngomong cookies, Seokjin juga membuatnya tadi bahkan sebagian masih berada di atas nampan meja pantrynya. Berharap nanti saat dia pulang Jimin akan mencicipinya sedikit, karna itu dibuat dengan penuh kasih. Hihi :D

"Temannya. Kami pergi bertiga tadi kerumah sakit. Memeriksakan cidera lengan Jimin."

Jungkook mengangguk seraya menghenyakan tubuhnya duduk di sofa dekat dengan Seokjin. "Aku baru tahu kalau Jimin adalah sepupumu. Dia itu penari ballet yg sangat luar biasa. Sangat menawan. Aku menyayangkan pada akhirnya dia malah memilih mundur karna sebuah insiden ketidak sengajaannya kepada Hosoek."

"Mundur?" Seokjin menukik alis.

"Kau tidak tahu?" Seokjin kembali menggeleng. "Kau kan sepupunya?!"

Yaa sepupu tidak sedarah yg tak ada ikatan keluarga juga.

"Dua tahun lalu insiden tak di duga datang padanya. Saat melompat indah dia tak sengaja jatuh dan menimpa rekannya, Jung Hosoek yg menyebabkan Hosoek tak bisa lagi menari. Dan dari situ, Jimin tak pernah lagi menerima tawaran menari."

Seketika ingatan Seokjin di bawa mundur ke waktu dimana Jimin baru saja mengalami kecelakaan. Dimana Jimin menangis tersedu mencari kenyamanan pada dirinya, seakan dirinya adalah tembok tempat dimana Jimin bisa bersembunyi. Dan jujur saja itu mencubit hatinya.

Jimin mengalami trauma yg begitu membekas.

Belum selesai Seokjin memikirkan Jimin, tiba tiba saja Jungkook menyodorkan sebuah kertas aster bertuliskan undangan yg tertera namanya disana. Membuat Seokjin menatap heran lembaran kertas yg ada di tangan Jungkook yg bertatoo.

"Melihat hasil kerjamu dengan mix and match kain, membuat Virgil Abloh ingin kau turut serta memberi sentuhan pada karyanya. Sekaligus menjadi model utama rancangannya."

Seokjin mengambil undangan cantik itu dari tangan Jungkook dan mulai membacanya perlahan. Ini benar benar mengejutkan. Bahkan Seokjin tak pernah bermimpi menjadi asisten designer ternama seperti Virgil Abloh, yg dengan jelas memintanya secara langsung melalui undangan ini menuju ke Amerika serikat.

"Ini kesempatan emas untuk karirmu, Jin." Jungkook menarik lengan Seokjin dan menautkannya di antara sela jari. "Aku akan mendukungmu penuh—

Aku mencintaimu."

[✓] PET (?)    || [JinMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang