Embarassed

453 77 6
                                    

Bagian 16

be a little embarrassing is okay, right?
— i'am

.

Jimin tak main main soal bertukar peran menjadi majikan dan peliharaan, kepada Seokjin. Saat hendak pergi ke festival pasar raya di jam dua siang, dengan sangat senang hati dia mendandani Seokjin menggunakan baju tradisional Hanbok lengkap dengan topi. Tak ada yg dapat Seokjin lakukan selain menyerahkan diri dan pasrah, meski besar dalam hati ia merasa sangat menyesal telah mengatakan hal yg membuatnya dalam posisi terjebak.

Sungguh, ini adalah ajang balas dendam terselubung permintaan maaf yg di lakukan Jimin padanya.

Beruntunglah Seokjin yg lahir dengan kadar tingkat kepercayaan diri yg tinggi, membuatnya membuang rasa malu saat Jimin menarik lengannya untuk jalan sejajar. Ya setidaknya, Jimin tak menjauhinya meski wajahnya sempurna tersembunyi di balik topi dan masker.

Tak hanya sampai di sini, Jimin juga memanfaat Seokjin beserta dompetnya untuk membayar semua jajanan yg dia beli yg Rata rata makanan. Juga membelikan tiket permainan tradisional seperti menangkap ikan dengan jaring kertas, melempar gelang, dan memecahkan balon berundian. Dan sebuah boneka monyet besar di menangkan Jimin dari hasil memecahkan balon.

Meski terasa sangat menyebalkan untuk Seokjin, tapi dia tetap menikmati waktu liburnya bersama Jimin. Sampai tak terasa petang datang, sedang pasar raya semakin ramai di datangi banyak orang.

"Uang tunaiku habis." Jujur Seokjin ketika mereka memilih duduk di kursi taman sambil memerhatikan orang berlalu lalang disana dengan lampu lampu hias yg mulai menyala hampir di semua sudut. Juga segelas boba milk tea di masing masing tangan.

"Kita belum makan malam padahal." Jimin mendengus.

"Sudah jajan banyak makanan, kau belum kenyang juga?"

Jimin menggeleng sambil menyedot sedotannya. Ayolah, jajanan disini porsinya sedikit. Makan beberapa juga tak akan terasa kenyang, di tambah saat makan mereka di barengi dengan jalan dan berputar sana dan sini. Tentu saja, makanan dalam perutnya sudah habis tergerus menjadi tenaga.

"Kau bawa kartu atm kan?" Kedua Alis Jimin terangkat. Tahu saja, bagaimana cara memeras halus majikannya— yg hari ini menjadi peliharaan).

"Mau makan dimana?"

"Restoran Steik perancis."

Seokjin berdecak. Selain pintar memeras, ternyata Jimin juga pintar mempermalukan dirinya. Tak apa jika datang ke festival rakyat dengan pakaian seperti ini. Tapi ke restoran perancis??

"Yak! Yg benar saja. Kau mau makan atau sengaja mempermalukanku disana?"

"Tentu saja makan! Lagipula kau masih dalam masa hukuman bukan?! Ingat, hari ini kaulah peliharaannya. Jadi ingat juga aturan nomor tiga, dimana peritah majikan adalah mutlak!!"

Entah sudah keberapa kali Seokjin merasa sangat menyesal hari ini. Yg jelas ini benar benar sangat memalukan.

.

Perut sudah kenyang, saat tiba di rumah. Belum lagi tas belanjaan di tangan kanan dan kiri Seokjin menjadi bukti nyata kecintaan Seokjin pada Jimin peliharaannya— maaf, untuk hari ini kebalikannya). Pulang dari makan malam, Seokjin dengan sadar diri membelokan mobilnya ke pusat groseri. Karna waktu santai yg di milikinya akan habis lusa. Jadi antisipasi saja, kalau dia kembali lupa dan mengabaikan Jimin di rumah tanpa stok makanan.

Jimin lelah. Tapi tentu hatinya begitu berbunga, sebab list belanjaan yg sebelumnya tertunda akhirnya terpenuhi. Duduk di sofa ternyaman milik Seokjin sambil memperhatikan Seokjin yg merapihkan semua barang belanjaan sendiri. Oh, atasannya sudah tanggal berganti kaos, tapi celana yg di kenakan masih setelan hanbook.

"Ah .. aku lelah." Kata Seokjin mengambil tempat tepat di sebelah Jimin, setelah selesai.

Tak merebahkan diri di sandaran, Seokjin malah menjatuhkan kepalanya tepat di paha Jimin. Membuat Jimin bangkit dari sandarannya karna terkejut. Bahkan dengan santai, tangan Seokjin sudah menarik tangannya yg bebas untuk si daratkan di pucuk kepala. Dan Jimin hanya mengerjapkan matanya lucu.

"Kenapa diam? Garuk!" Kata Seokjin yg melihat wajah lucu Jimin dengan pandangan terbalik. "Aku masih jadi peliharaanmu sampai jam duabelas malam nanti."

Hampir saja Jimin lupa, maka di rebahkan kembali kepalanya ke sandaran sofa sedang sebelah tangannya mengelus dan menggaruk lembut surai Seokjin.

"Ngomong ngomong, apa aku ada mengatakan sesuatu hal padamu semalam? Saat aku mabuk?"

Jimin menukikkan alis. "T- tidak ada." Jawabnya ragu.

"Syukurlah. Karna kebiasaan mabukku cukup jelek cenderung memalukan. Makanya aku tidak mau mabuk."

"Tapi semalam kau mabuk berat."

"Ya, itu semua karnamu. Aku terlalu frustasi dan merasa sangat bersalah karna tidak bisa menemukanmu dimanapun."

Jimin menghentikan gerakan tangannya. Ternyata Seokjin tak berbohong semalam soal mencari dirinya, tapi untuk yg satu itu...

...

Yg terjadi semalam,

Saat Jimin tiba di rumah, Seokjin sudah dalam keadaan berantakan setengah tidur di lantai dengan seseguk. Bajunya basah, bahkan ada kotoran bekas muntahnya di bawah dekat meja makan, membuat Jimin berdecak kesal namun tersentuh karna mendengar isakan Seokjin yg terasa begitu pilu di rungu.

Dengan gusar, Jimin membersihkan kotoran yg Seokjin buat, lalu memapah Seokjin sampai ke dalam kamar tidur. Meski kesadaran Seokjin menipis, bibir tebalnya tak berhenti menggumamkan sesuatu yg tak jelas. Satu satunya kata yg dapat Jimin tangkap ketika mendekatkan telinganya hanyalah ‘menyakitkan’.

Di bukanya pakaian basah Seokjin lalu di basuh tubuhnya dengan wastlap yg sudah Jimin basahi dengan air hangat, menghilangkan bau dan bekas muntahan yg tersisa di wajah tampan Seokjin. Dapat Jimin lihat di bawah cahaya temaram lampu tidur, bagaimana wajah tenang Seokjin tergurat kesedihan yg mendalam.

"Jimin."

Gumam lirih Seokjin membuat Jimin tersontak. Pertama kalinya sejak beberapa bulan ada disini, Seokjin menyerukan nama aslinya.

"Jimin.. jangan pergi."

Kali ini lebih jelas dengan kedua tangannya yg bergerak meraba tangan Jimin yg berhenti di dadanya masih dengan wastlap basah. Di genggamnya tangan Jimin begitu erat, lalu mata sembab yg tadinya tertutup kini sedikit terbuka.

"Majikan bodoh." Sarkas Jimin yg hendak bangkit, tapi tangannya di tarik oleh tangan Seokjin cukup kuat hingga membuatnya jatuh tepat di dada telanjang Seokjin. Yg lebih membuatnya terkejut, Seokjin melingkarkan kedua tangannya dan memeluk erat tubuh Jimin.

"Aku sangat menyukaimu Jimin. Jadi kumohon, apapun yg terjadi padaku. Tolong jangan tingggalkan aku."

Tubuh Jimin mengkaku, dengan kedua telinga yg berdengung dan gatal. Bahkan rasa hangat tiba tiba saja menjalar ke seluruh permukaan bawah kulit wajah Jimin. Dia merona. Degub jantungnya pun mendadak menjadi sangat tidak beraturan. Sampai Seokjin membubuhi kening Jimin dengan kecupan kupu kupunya.

Jimin di buat semakin tak berdaya.

Sedang Seokjin kembali jatuh tertidur sambil memeluk erat Jimin dengan perasaan nyamannya.

.
.
.
.
.

-TBC-










Suka lupa kalo udah tahun 2022😁
Suka Lupa juga klo ternyata
Seokjin tuh bukan suamiku 😭

#mengsosad

#apasihauthor??

[✓] PET (?)    || [JinMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang