Cares

402 74 11
                                    

Bagian 18

“When someone truly cares about you, they make an effort. Not an excuse.”
Pinterest

.

Sedih

Adalah perasaan Seokjin saat melihat wajah damai Jimin dalam tidurnya, dengan tangan kiri yg terbalut sling penyangga serta decker coklat yg membalut sekitaran dada sampai ke bahu, juga leher yg di balut plester coklat

Taehyung bilang, satu satunya luka serius yg Jimin alami hanyalah pergeseran tulang engsel bahu, dan kram leher yg membuatnya sulit menoreh untuk sementara waktu. Serta tangan kiri yg tidak bisa di gunakan. Tapi ini sudah jauh lebih baik, daripada saat pertama kali Taehyung menemukan Jimin yg tergeletak tak sadarkan diri di tengah jalan dekat cafe.

Saksi mata disana mengatakan bahwa Jimin melengang keluar dari cafe dengan keadaan kacau dan menangis, bahkan dia mengabaikan suara keras orang yg memanggilnya serta suara klakson mobil berkali kali hingga sampai akhirnya dia tertabrak dan pingsan. Saat Jimin sadar, dia tak mengatakan sepatah kata apapun pada Taehyung kecuali merahasiakan ini dari Seokjin.

Jadi, Taehyung menurut untuk tak mengabari Seokjin. Lagipula kalau Taehyung yg memberitahu, ini hanya akan menjadi masalah sepele yg di besar besarkan bagi si alpaca berisik. Karna sebelum dia pergi ke Fashion Month, Seokjin sudah sangat cerewed berpesan padanya untuk menjaga Mimi— peliharaan kesayangannya itu.

Tapi Taehyung tetaplah Taehyung.

Setelah habis kena semprot dengan segala ucapan nyerocos Seokjin, dia kembali tidur. Kali ini Seokjin menyuruhnya tidur di kamarnya, karna Seokjin yg ingin merawat Jimin. Bahkan Taehyung pikir, Jimin itu lebih baik kalau di jadikan istri untuk Seokjin daripada harus jadi peliharaan.

Dan sebuah tepakan di kepala Taehyung di hadiahi Seokjin, saat Taehyung mengutarakannya.

Diffuser beraroma lavender menenangkan di nyalakan Seokjin di kamar Jimin, selimut Jimin yg turun kembali di naikan sebatas dada olehnya. Dengan gerakan lamban, Seokjin mengusap kening Jimin.

"Kenapa kau ceroboh sekali, kucing kecil!?" Gumam Seokjin. "Kau tahu, hatiku sakit sekali melihatmu begini."

Seokjin tak berbohong, bagaimana hatinya merasa begitu sakit dan sesak melihat Jimin dalam keadaan begini. Padahal baru satu minggu Seokjin meninggalkannya. Lalu bagaimana jika nantinya Seokjin menikah? Apa miminya akan hidup baik tanpa dirinya? Apa akan ada majikan yg memperhatikannya seperti Seokjin mempaerhatikannya sekarang? Apa akan sepeduli ini? Apa akan sesakit ini pula jika peliharaannya kenapa kenapa?

Wajah Seokjin maju mendekati wajah Jimin, hingga kecupan singkat mendarat di kening hangat milik Jimin.

"Cepat sembuh Mimiku—

— aku menyayangimu."

.


Efek obat pereda nyeri akhirnya hilang, membuat tubuh bagian kiri Jimin merasa berkedut tak menentu dengan rasa sakit dan kram yg luar biasa menganggu tidurnya. Setengah sadar, ada rasa nyaman yg Jimin butuhkan ketika kepalanya terus mendusal mencari posisi pas. Hingga hangat dari sebuah pelukan terasa dan membuat kacaunya menguap. Membuat kedua mata sembabnya terbuka dan mendapati kemeja piyama berwarna biru bercorak ada di hadapannya.

Dengan gerakan hati hati, Jimin menengadahkan wajah. Mendapati Seokjin dengan kepala yg bersandar di dinding tengah terlelap. Sebelah tangannya ada di atas pinggang Jimin, dan sebelahnya lagi menangkup sebagian kepala Jimin, yg sedang mencari nyamannya disana.

Mata Jimin memanas lalu mendusalkan wajahnya lebih dalam ke dada bidang Seokjin, dan menangis disana. Perasaannya penuh, sejak bertemu dengan mimpi buruknya sendiri. Bukan sebab sosok Hosoek, tapi karna kejadian dua tahun silam yg tak juga hengkang dari ingatan dan rasa sakit hati di dadanya karna rasa bersalah.

Rasanya Jimin ingin menyerah. Entah untuk apa.

"Sshh.." sebuah tepukan menenangkan di pinggang Jimin di hadiahi Seokjin yg terjaga, juga sebuah usapan lembut di kepala. "Aku sudah di sini Mimi. Jangan menangis, katakan padaku apa yg sakit?"

Bukannya mereda, isak tangis Jimin semakin menjadi. Perhatian Seokjin membuat harunya semakin bertambah. Seokjin tak mengganggunya, hanya membiarkan Jimin meluapkan segalanya dengan bersandar di dada. Mengusap lembut surai pirang Jimin dan memberi tepukan tepukan menenangkan Sampai mereda.

"Nah, sekarang katakan padaku apa yg sakit?" Kata Seokjin menurunkan tubuhnya hingga mensejajarkan wajahnya dengan wajah Jimin. "Hmm?"

"Hatiku."

Seokjin mengernyit. Bagaimana orang kecelakaan dengan cidera bahu dan leher, tapi yg sakit hati?

"Apa itu indikasi penyakit hepatitis?" Tanya seokjin. "Ayo kita kembali ke rumah sakit kalau begitu!"

Jimin menarik lengan Seokjin saat Seokjin hendak bangun dari baringannya. Membuatnya kembali tiduran dengan posisi yg sama, yg kali ini pandangan mereka saling bertemu.

"Jangan!" Bantah Jimin kembali mendusal, yg kali ini sasarannya adalah ceruk leher Seokjin. "Begini saja." Nyaman Jimin seraya kembali memejamkan mata.

Ya.. tak ada tempat terbaik saat ini untuk sebuah pelariannya. kecuali pelukan Seokjin,

Majikannya.

.

Sepiring daging marinasi panggang sudah tersaji di piring besar, ditambah sup gingseng tahu lengkap dengan Kimchi di atas meja. Menu lengkap makanan sehat bertenaga Seokjin siapkan, untuk Mimi peliharaannya yg baru saja bangun dengan mata bengkak.

Taehyung yg juga baru bangun dari tidurnya langsung bergabung di meja makan dengan mengambil piring lalu menyendokan nasi di atas piringnya.

"Mau ku suapi?" Tanya Seokjin yg melihat Jimin tak lekas mengambil nasi dalam piringnya seperti Taehyung. Hanya menggenggam erat sendok di tangannya dengan tatapan lurus ke arah sup di mangkuk.

"Mau." Taehyung menjawab sambil menyodorkan piringnya pada Seokjin.

Bibir Seokjin memicing, membuat gerakan hendak melempar mangkuk sup panas kearah Taehyung. Membuat Taehyung kembali menarik piringnya dan lekas memakan nasinya tanpa bicara.

"Tidak apa, aku bisa sendiri."

Mereka bertiga makan dengan khidmat, tanpa suara. Hanya beberapa kali terdengar dentingan alat makan yg saling beradu, juga seruputan kuah sup dari mulut Taehyung. Hingga suara bel pintu berdering, menginterupsi kegiatan makan pagi yg sedang berlangsung. Dengan inisiatif tinggi, Taehyung bangkit membukakan pintu.

"Oo, Namjoon hyung?"

Pekik Taehyung cukup keras yg membuat kedua bola mata Jimin membulat.

Bisa gawat kalau Namjoon bertemu dengan Seokjin bukan? Apalagi tahu kalau Jimin tinggal satu rumah dengan Seokjin.

"Bagaimana ini?"

.
.
.
.
.


-TBC-






Hallo yorobun :)


[✓] PET (?)    || [JinMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang