Farewell

367 77 16
                                    

Bagian 30.

Jangan pergi tanpa pamit. Itu akan membuat setiap kenangan menjadi luka.
— ax Pinterest

.


Sejauh apapun jarak kelak yg akan memisahkan, akan tetapi tetap tak akan bisa memisahkan ikatan antara ibu dan anak. Itulah yg terjadi antara Seokjin dan sang ibu. Meski saat ini mereka baru di bentang jarak yg tak seberapa, ikatan batin sang ibu yg begitu kuat membuatnya mengulurkan tangan ajaib yg mengusap sekujur punggung buah hatinya memberi tenang.

Bukan hanya dari raut wajah yg Seokjin perlihatkan, tapi dalam hati si sulungpun sang ibu cukup paham. Di tambah cerita dari si bungsu, membuat sang ibu lebih memahami keadaan galau berat yg sedang Seokjin alami saat ini. Ibunya tak bicara, hanya terus mengusap punggung Seokjin sampai rasanya Seokjin tak tahan dan menangis di pangkuan sang ibu.

"Ini menyakitkan, bu." Isaknya rendah dalam pangkuan sang ibu.

"Tidak akan menjadi menyakitkan jika kau mengerti situasinya, nak." Sahut si ibu yg masih dengan sabarnya mengusak punggung Seokjin yg bergetar. "Kau mencintainya bukan?"

"Ibu tahu?" Ibunya tersenyum, sedang Seokjin kembali menegakan tubuhnya dan menatap manik hazel milik sang ibu yg teduh.

"Ibu juga pernah muda kalau kau lupa." Ibu mengusak air mata Seokjin yg kini malah terkekeh rendah. "Mendengar cerita adikmu, membuat ibu semakin yakin kalau perasaanmu tak main main untuknya."

Cepu sekali Taehyung. Tapi beruntung, tanpa Seokjin membeberkan segalanya sang ibu jadi tau keadaannya kini.

"Dia mengerti aku dengan baik, bu. Bahkan selalu memahami jika penyakit lupa ku kambuh." Aku Seokjin.

"Jernihkan pikiranmu. Kalau kau memang benar mencintainya, maka kau bisa membuatnya bahagia tanpa harus memaksanya dengan kehendakmu."

Seokjin tersenyum miring. Mencoba mencerna akan ucapan sang ibu yg begitu bijak. Akan tetapi, Seokjin butuh Jimin. Karna menurutnya definisi cinta adalah dimana dua orang saling menyatu dalam hal hati, pikiran, secara fisik dan juga batin. Lalu bagaimana jika fisik mereka yg terbentang jarak? Bukankah secara tak langsung ikatan hati yg terjalin juga akan menjadi renggang??

"Seokjin, cinta bukan sekedar untuk saling memiliki atau tak memiliki. Tapi Dia adalah yg mau menerima dan melepaskan dengan lapang." Ibu meraih tangannya, dan menaut. "Ibu harap sampai sini kau mengerti, hum."



















"Majikan, kau melamun?"

Suara Jimin membuat Seokjin menginjak pedal remnya secara tiba tiba. Memunculkan bunyi berdecit hingga klakson yg agak nyaring di pinggiran jalan tol yg agak sepi. Jimin yg ikut terkejut lekas menyalahkan lampu dim, menatap wajah Seokjin yg tak dapat di definisikan.

"Ayo bertukar tempat. Biar aku yg mengemudi." Tawar Jimin membuka seatbelt.

"Besok kita berangkat jam 5 sore." Kata Seokjin tiba tiba,

"Mulailah berkemas malam ini."

Nada suara Seokjin terdengar mutlak. Dan Jiminpun tak berani menjeda ataupun mencela ucapan Seokjin. Berharap bahwa keputusan yg telah diambilnya sudah tepat.


.




Suasana pagi masih sedikit suram, Namun sudah jauh lebih baik dari kemarin. Dan semalam Seokjin lagi lagi tak membiarkan Jimin tidur sendiri setelah beres mengepak barang. Lagipula Jimin tak punya banyak barang disana, hanya sekoper pakaian dan beberapa pernik yg cukup mudah di tumpuk dalam koper.

[✓] PET (?)    || [JinMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang