Nego

495 84 8
                                    

Bagian 6

Negosiasi terbaik adalah saat kedua pihak menjadi pemenang.
— Denny S.

.


Dengan duduk di kursi meja makan dengan salah satu kaki yg di topang dan kedua tangan yg bersendekap dada, Seokjin dengan sabar menantikan Jimin yg baru saja siuman untuk segera menjelaskan situasinya. Dia masih tak mengerti kenapa ada orang yg menunggunya di dalam kardus bertuliskan PELIHARA AKU keluar, lalu tiba tiba pingsan.

Di seberang ruang, Jimin sedang berusaha mengontrol diri dengan tidak gemetar. Entah karna menahan lembab dan dingin pada bagian bawahnya atau karna tatapan Seokjin yg mengintimidasi. Dia sendiri bingung kenapa pakaian atasnya sudah berganti dengan kemeja biru laut yg kebesaran dan selimut yg menutupi bagian bawahnya.

"Jadi bisa k—"

"Kau melihatnya?" Pangkas Jimin yg kini duduk di sofa dengan kedua tangan yg menyilang di depan dada.

"Apa?" Balas Seokjin.

Jimin hanya menunduk lalu memandang seluruh kemeja biru langit yg dia pakai, dan dengan tatapan itu Seokjin lantas mengerti ke arah mana lihat yg di maksud Seokjin.

"Oh. Tentu saja. Aku melihatnya." Jawabnya santai tanpa tahu malu, sambil meneguk sekaleng beer yg ada di atas meja makan. "Untuk ukuran laki laki, puting dadamu terlalu merona, tapi tato di rusukmu itu terlalu biasa." Seokjin tiba tiba berdeham.

Jimin bersemu, bahkan telinganya merasa sangat gatal. Sungguh, dia sangat malu ketika Seokjin bicara seperti itu. Dia hendak marah, tapi ingat kata kata Taehyung kalau dia hanya perlu berpura pura menjadi Mimi. Tapi kesal.

"Ini semua ide Taehyung kan?" Langsung pada poinnya Seokjin bicara, dan Jimin hanya mengangguk dengan bibir yg sedikit mengerucut. "Kenapa kau tidak menolak? Apa karna kau sungguh ingin tinggal disini?"

"Aku sudah membayar uang sewa padanya. Dan aku tidak punya uang untuk bisa kembali ke sauna. Jadi aku menyetujuinya." Aku Jimin jujur yg tak berani menatap langsung wajah Seokjin.

Seokjin memijit pangkal hidungnya. "Apa yg dia katakan?"

Jimin nampak ragu ingin bicara yg sebenarnya pada Seokjin, tapi bagian bawah tubuhnya seolah berteriak ingin segera di keringkan.

"Aku bisa menjadi peliharaanmu," Jimin mendengus. "Mimi."

Seketika hati Seokjin meluluh mendengar kata Mimi. Semenjak Mimi pergi, hidupnya terasa begitu sepi. Tak ada yg bisa di jadikan teman bicara soal kesahnya, tak ada yg bisa di ajak jalan jalan di minggu pagi, dan tak ada yg menunggunya saat dia pulang dari pekerjaan yg melelahkan ini. Mimi sudah seperti belahan Jiwanya. Makanya, saat Mimi mati Seokjin merasa sebagian dirinya hilang.

Tapi dia tak boleh terlihat lemah hanya karna kehilangan seekor kucing yg— cantik.

"Kau manusia. Mana bisa menjadi seekor peliharaan, apalagi Mimi."

"Aku bisa mengeong, aku bisa mendengkur bahkan mencakar tikarpun aku ahlinya. Apalagi mencakar kulit manusia. Mau coba?"

Jimin menunjukan jari jari pendeknya yg di tekuk setengah, lalu menunjukan geramnya dengan memperlihatkan gigi gigi yg tak ratanya. Membuat Seokjin yg memperhatikan menahan tawa karna gemas.

"Oh, aku juga bisa mengerjakan pekerjaan rumah." Jimin antusias memberitahu dirinya. "Aku bisa memasak, beres beres rumah, laundry, menyikat kamar mandi dan masih banyak lagi."

Dan Seokjin telah mengambil kesimpulan bahwa Taehyung melakukan ini, agar dia tak lagi mengerjakan pekerjaan di rumah Seokjin. Memang benar benar kelakuan si bungsu Kim yg satu itu.

"Baiklah negosiasi selesai. Kau di terima." Putus Seokjin pada akhirnya.

Jimin memekik, tapi pikirannya masih bingung.

"Jadi pembantu, atau peliharaan?"


.



Nada sambung terus saja berdengung, sedang pemilik ponsel yg ada di seberang sambungan tak juga mengangkat. Padahal ini sudah yg ke 30 kalinya Seokjin menelpon beruang madu— adiknya yg bernama Taehyung itu. Merasa sangat jengkel dengan semua ide bodoh yg tak masuk akal itu.

Menyerahkan temannya sendiri untuk di pelihara oleh Seokjin dengan berakting seperti hewan kucing, yg mirip dengan Mimi.

Memang benar wajah pria manis itu mirip Mimi. Pipinya yg gembil, bibirnya yg merona, meskipun mata yg dimiliki si pria manis itu cenderung seperti bulan sabit sedang milik Mimi seperti bulan penuh. Mimi cantik, pria manis itu menggemaskan. Sayangnya pria manis itu tak berbulu.

Bahkan saat tadi Seokjin menggantikan pakaian basahnya, ketiaknyapun bersih tanpa bulu. Kulitnya terlampau putih dan halus, dengan kedua puting yg sedikit menonjol dengan warna yg agak terang. Tubuhnya begitu bagus dan sempurna.

"Ah, apa yg kupikirkan." Desah Seokjin.

Membayangkan tubuh molek pria manis itu membuat Seokjin meremang dengan tubuh bagian selatannya yg bangun.

Seokjin berdecak. Inilah akibatnya jika terlalu lama menjomblo. Melihat tubuh topless seseorang saja, birahinya naik. Dasar kau Kim Seokjin!

Lalu kemudian dia kembali berfikir, apa hasil negosiasinya sudah tepat dengan menerima Pria manis itu sebagai peliharaannya? Bukankah rasanya asing jika seorang pria dominan berada dalam satu rumah bersama pria Submisif? Apalagi mengingat pria manis itu tak memiliki hubungan apapun dengannya.

Bagaimanapun, Seokjin masih memiliki nurani yg gampang tersentuh. Setelah mendengar penuturan si pria manis bahwa ia tunawisma dan tak cukup pula memiliki uang untuk bermalam di sauna, tentu Seokjin tak bisa membiarkan pria manis itu luntang lantung di tengah malam. Atau membiarkannya tidur di bangku taman atau juga tidur di pinggiran pertokoan.

Bagaimana jika pria manis itu menjadi korban pemerkosaan? Seokjin hanya tidak ingin dirinya merasa bersalah.

"Setidaknya kau sudah menyelamatkannya dari hal seperti itu Kim Seokjin." Gumamnya pada diri sendiri sambil tersenyum tipis.

"Akh, kenapa ini belum mau tidur juga!"

Kesal karna penisnya belum mau turun juga dari ereksinya. Bahkan rasanya malah semakin berkedut tak nyaman dibalik celana kainnya yg bergesek, sungguh itu menyakitkan.

"Mastrubasi atau mandi?" Negonya sambil melihat ke arah celananya yg menggembung.

"Apa? Mastrubasi?" Seokjin menggeleng cepat. "Tidak akan. Mandi lebih baik."

Dan Seokjin bangkit. Menyegerakan diri ke kamar mandi dengan membungkus tubuhnya dengan bathrobe dan mengendap endap melewati kamar dimana si pria manis itu tidur sekarang, mengingat waktu ini sudah pukul satu lebih tiga puluh dua menit

Seokjin akan mandi air dingin. Tak peduli jika saja besok dirinya demam. Yg terpenting sekarang, dia harus menurunkan ereksinya.

Memalukan.



.
.
.
.
.


-TBC-

[✓] PET (?)    || [JinMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang