Bagian 25
Guru terbaik adalah pengalaman dan tidak melalu pandangam kacau seseorang.
— Jack Kerouac.
"Jadi, sejauh mana hubunganmu dengan si tiang listrik itu, Mimi?"
Mobil Namjoon baru saja hilang di belokan dekat rumah sang Majikan, dan Jimin sudah di suguhi pertanyaan yg tidak mengenakan pendengarannya.
Hasil pemeriksaan dari cidera yg di alami Jimin tadi menunjukan kemajuan pesat, dengan sling yg tak lagi Jimin kenakan karna lengan yg sudah dapat di angkat perlahan. Sekarang Jimin hanya mengenakan kain elastis berwarna coklat untuk dapat membatasi kegiatan tangannya agar bekerja tak terlalu berat. Sekembalinya dari rumah sakit mereka bertiga tak lekas pulang langsung ke rumah, sebab Namjoon memarkirkan mobilnya di sebuah restoran panggang daging. Mengundang antusiasme tinggi dari Jimin dengan hentakan kaki, juga tepukan tangan yg tak berbunyinya.
Singkat cerita, mereka bertiga makan dengan khidmat. Ah mungkin tidak, karna hanya Seokjin yg menyantap panggangan dagingnya tanpa bersuara sedang Namjoon dan Jimin terus saja mengobrol seputar sekolah tari mereka dengan cekikik geli ketika Namjoon menceritakan bagaimana Yoongi kerap kali sedikit kesulitan di bagian praktek.
"Bukan urusanmu." Jawab Jimin tanpa melihat ke arah Seokjin. Bahkan tumit kakinya sudah berputar siap melangkah masuk kedalam.
"Tentu ini akan menjadi urusanku." Kata Seokjin dengan nada yg satu oktaf lebih tinggi. "Kau itu peliharaanku! Pe-li-ha-ra-an. Jadi setiap orang yg dekat denganmu itu akan jadi tanggung jawabku untuk memutuskan dia layak atau tidak menjadi temanmu."
Jimin kembali menoreh kearah Seokjin, dengan alis yg sedikit menukik Jimin lantas menjawab ketus ucapan yg baru saja di lontarkan Majikannya itu.
"Kau mau merampas hak kebebasan bertemanku sebagai peliharaan?"
"Bukan merampas hak. Tapi memang sudah jadi kewajibanku untuk memilih yg terbaik untukmu!"
"Apa pedulimu?? Bahkan aku tidak akan peduli lagi pada majikan bodoh seperti kau jika kau mau menikahi Jungkook mantan pacarmu!!"
Perang adu suara nyaring mereka akhirnya usai dengan Seokjin yg akhirnya mengatupkan bibir dengan dua bola mata yg terbuka lebar. Sedang Jimin, dadanya kembang kempis setelah meluapkan segala amarahnya. Ini sangat menyebalkan untuknya dan tak akan mungkin dia utarakan jika Seokjin tidak memulai duluan mengangkat senjata. Memang apa yg salah dengan Namjoon?? Bahkan kalau mau di banding bandingkan siapa yg lebih unggul antara si majikan dan Namjoon tentu jawabannya adalah Namjoon.
Dan kenapa Seokjin harus membahasnya sedangkan dia tak mempersalahkan soal ciuman antara dia dan Jungkook. Meskipun jauh dalam hati Jimin sedikit kesal.
Ya.. sedikit. :|
"Ju— Jungkook?? Kau melihatnya?" Jawab Seokjin yg baru menyadari arah pembicaraan Jimin.
Jimin enggan menjawab. Rasanya pertengkaran yg tak tau darimana awalnya ini malah semakin membuatnya merasa tidak ingin dulu bicara pada Seokjin. Lantas ia tak mengambil langkah masuk ke dalam rumah, malah memutar tumit kakinya berjalan menjauh dari Seokjin dan rumah. Dia butuh penyegaran. Distraksi untuk mengurangi perasaan kacaunya.
"Mimi, mau kemana?"
CHAMCHI!!
Belum sempat Seokjin menghalau telpon genggam dalam sakunya berdering keras.
Jungkook is Calling
.
Dan disinilah Jimin berada, diSebuah cafe yg sedikit jauh dari keramaian kota dengan nuansa homey sekali. Tempatnya agak terpencil dari pusat kota, mengingat cafe ini ada di dalam perumahan daerah gangnam. Ternyata mengikuti intuisi membawanya menemukan hidden gem seperti cafe ini. Meski cukup terpencil, tapi tempat ini cukup banyak di datangi pengunjung. Dan Jimin memilih tempat di pojok ruang dekat jendela yg menghadap langsung ke arah jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] PET (?) || [JinMin]
Fanfic[COMPLETE] Started ©️Nov' 21 Chaptered ; Comedy Romance (Maybe) ⚠️ATENTION FIRST⚠️ Boys Love Mature Content; 18(+) Much Typo ... Jangan Salahkan Kim Taehyung dengan ide tak masuk akalnya yg mengakibatkan Kim Seokjin pada akhirnya memelihara Hooman b...