Angry

457 87 12
                                    

Bagian 14

Kalau marah, berhitunglah sampai sepuluh sebelum bicara.
— Thomas Jefferson

.

Sudah angka ke duaratus kala Jimin menghitung dalam hati sambil berjalan di pinggiran trotoar guna meredakan amarahnya. Hasilnya, Jimin lelah. Bahkan dia agak sedikit bingung ada di mana sekarang tempat dia berdiri. Ini semua karna kecerobohan majikannya. Bukan bukan, ini semua karna majikannya yg bodoh. Bagaimana bisa dia melupkana kucing cantik peliharaannya sendiri. Apa dia tidak takut peliharaannya ini di curi orang?

Hah. Mengingatnya saja membuat napas Jimin kembali tersengal karna emosi yg ikut meninggi. Untung saja dia tidak menangis.

Jimin bukan cengeng, hanya saja Jimin tak membawa apapun pada dirinya. Termasuk dompet dan ponsel. Jadi bagaimana cara Jimin akan pulang kalau dia sendiri tersesat.

"Akh.. KIM SEOKJIN BODOH!"

pada akhirnya dia berteriak lantang guna mengurangi sesaknya. Tak peduli orang orang menatap aneh kearahnya, yg penting dia kesal. Hingga dia kembali berjalan untuk menemukan halte terdekat.

Parutnya sudah berdendang, bahkan sedikit agak nyeri sebab hanya coke sajalah yg masuk kedalam perutnya. Jam di halte bispun sudah menunjuk angka hampir pukul satu. Jimin bangkit dan hendak akan mengulurkan tangan untuk menyetop sebuah taksi, tapi bukan sebuah mobil sedan kuning yg berhenti malah sebuah motor besar BMW Hp4 Race tepat di hadapannya.

Seorang pengendara berhelm fullface menatap ke arahnya, membuat Jimin menatap balik dengan tatapan heran sampai orang itu membuka helmnya.

"Sedang apa disini?"

Wajah Jimin berubah seratus delapan puluh derajat celcius, saat wajah berlubang Namjoon lah yg ada di balik helm itu. Tapi bagaimana Jimin menjelaskan situasi yg menjengkelkan ini pada Namjoon?

"Cerita yg rumit." Jawab Jimin, dan Namjoon mengernyit. "Kau sendiri mau kemana?"

"Bertemu Yoongi dan pacarnya di kafe. Mau ikut?"

Kata ajakan yg Namjoon lontarkan bagai kalimat surga yg datang dari dewa penyelamat. Tentu saja anggukan antusias menjadi jawaban Jimin tanpa basa basi. Bahkan Namjoon dengan cepat menyuruh Jimin duduk manis di belakang.

"Joon," Jimin mengurungkan niat ketika hendak akan naik ke motor Namjoon. Membuat Namjoon bertanya kenapa dengan sedikit menoreh. "Tapi aku tidak membawa dompet atau emoney."

Ya mengaku di awal lebih baik, daripada nasibnya akan lebih buruk dari ini.

"Kau meragukanku?"

Tentu saja tidak. Jimin hanya ingin memastikan. Itu saja. Membuat Jimin kembali penuh semangat naik ke motor tinggi Namjoon dengan mudah.

"Kau harus memelukku kalau tak ingin terbang."

"Apa?"

Satu hentakan gas yg Namjoon putar, membuat tubuh Jimin terhuyung kebelakang dan dengan segera ia mengais pinggang Namjoon dan memeluknya erat. Meski ini tak nyaman, tapi ini lebih baik daripada di tinggal.

Jauh lebih baik!

.

Setelah dua nampan pizza raib di makan Jimin sendiri, telepon dari ponsel Namjoon berdering. Itu Yoongi yg sedari tadi mereka tunggu di kafe, tapi tak juga muncul. Membuat Namjoon agak gusar menekan tombol hijau pada ponselnya. Tak berselang lama dengan dehaman dan sedikit ucapan yg Namjoon lontar, teleponpun berakhir.

"Mereka tidak jadi kesini. Yoongi mendapat telepon dadakan dari kantornya." Jelas Namjoon tanpa bertele tele. "Padahal aku sudah mengabarinya sejak tadi kalau kau ikut bersamaku."

"Lembur memang tidak menyenangkan." Jawab asal Jimin sambil mengunyah sisa pizza terakhirnya.

"Lalu bagaimana kau bisa ada di halte sana tanpa dompet atau emoney?" Namjoon mengaduk lattenya.

"Aku pergi bersama— kakak sepupu idiotku untuk pergi makan di subway dekat stasiun. Tapi saat aku kembali dari toilet, dia sudah menghilang. Bahkan saat aku berlari ke parkiran, aku tidak dapat menemukan mobil nyentriknya. Aku di- ting-gal-kan." Eja Jimin dengan mulut tebalnya yg maju.

Namjoon terkekeh mendengar cerita Jimin. "Hebat sekali kakak sepupumu itu."

"Hebat darimananya? Otaknya itu sedikit terganggu, Bahkan dia sering lupa mengenakam handuk sehabis mandi!"

Jadi sepupu macam apa yg di katakan Jimin barusan? Membuat Namjoon memiringkan kepala dengan alis yg sedikit tertukik kedalam. Ambigu kan?

"Ah.. tidak penting! Pokoknya aku kesal." Sadar akan wajah Namjoon yg mengkerut membuat Jimin mencoba membelokan topik pembicaraan. "Ada rencana lagi mau pergi kemana setelah ini?"

Namjoon balas dengan menggeleng. "Bagaimana kalau kita menonton film? Bukankah Spiderman baru saja tayang di bioskop?"

"Masih di traktir, kan?"

Senyuman lebar Jimin menjadi tanda permohonan terselubungnya untuk kembali di traktir.

.

Jungkook tak mengerti lagi dengan Seokjin yg terus saja menelpon rumah nya, sedari awal rapat dimulai sampai semua designer kondang bubar. Bahkan  sebelum rapat di mulai, sudah dua kali Seokjin pamit untuk sesuatu hal katanya. Seokjin dengan sangat terburu buru melesat keluar ruangan tanpa ba bi bu lagi. Tentu ini membuat Jungkook khawatir dan mengikuti Seokjin sampai ke mobil.

"Heii .. heii, Jin. Tenangkan dirimu. Ada apa? Hmm?" Jungkook mencoba menghentikan Seokjin dari acara mencari kunci mobilnya secara brutal dalam saku jaket. Menangkup wajah Seokjin dengan sedikit mengapit pipinya hingga bibir tebalnya mengerucut.

"Oh, ini kesalahanku Jung. Aku meninggalkan Mimi di Subway tadi."

"A-Apa?"

"Aku mencoba menelpon rumah, tapi tak ada jawaban. Aku takut Mimi hilang dan tersasar."

Tunggu.

Jadi kucing abyssinian apa yg bisa mengangkat telepon rumah? Bam saja yg memiliki tubuh besar, tidak bisa mengangkat telepon berdering. Membuat Jungkook mencoba berpikir rasional bahwa Mimi adalah hewan terlatih mengingat Seokjin adalah orang yg cukup tertib.

"Apa kau yakin? Mimi sudah tak ada disana?" Seokjin mengangguk kuat. Karna sudah benar benar memastikan Miminya tak lagi ada disana ketika dia kembali. "Mau ku bantu mencari? Bagaimana ciri—"

"Tidak perlu." Sanggah Seokjin cepat. "Aku akan pulang saja. Siapa tau, Mimi sudah sampai di rumah."

"Oh, oke." Jungkook yg di penuhi kebingungan mengantar Seokjin masuk kedalam mobil. "Kabari aku kalau kau membutuhkan sesuatu."

Seokjin mengangguk dan melesat meninggalkan Jungkook di parkiran. Ini murni kesalahannya. Bagaimana bisa dia melupakan Mimi yg sedang ada di toilet dan pergi begitu saja. Bagaimana jika nanti Miminya di culik orang? Atau Mimi yg marah dan tak ingin lagi di pelihara olehnya.

Ah Seokjin benar benar frustasi sekarang. Dia tidak ingin Mimi pergi lagi dari hidupnya.

Dia tidak ingin lagi kesepian.

.
.
.
.
.



-TBC-













Kepala pundak
Lutut kaki
Cinta di tolak
Dukun siap beraksi

Eeaakk...
Aduh apasi gue!😑

Selamat malem rebo yorobun
😘

[✓] PET (?)    || [JinMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang