Bagian 22
Things end but memories last forever.
— Whenileave.com.
"Aku tau, aku memang tampan!"
Sudah sekitar lima menit Jimin menatapnya dengan pandangan wajah yg tak terdefinisikan Seokjin. Pasalnya sejak Seokjin membuka mata di pagi hari dengan Jimin yg menyajikan semangkuk bubur ayam jahe menemaninya sarapan, Jimin terus memandanginya menyuap bubur ke dalam mulut. Dan itu membuat Seokjin merasa kalau ketampanannya memang expert.
Yg ditegur berdecih. Dia sadar sudah membiarkan matanya dengan lancang menatap ke arah objek pertanyaan besar dengan tatapan yg sedikit menganggu. Bukan karna Jimin tergugah selera dengan harum bubur ayam jahe ini, tapi karna rancauan rancauan Seokjin semalam saat suhu tubuhnya menjadi sangat panas.
"Kau memang tampan, sayangnya bodoh!" Gumam Jimin beringsut dari hadapan Seokjin.
"Kau bilang apa?"
"Kau tampan." Elak Jimin dengan bibir yg sedikit memicing. Lalu masuk kedalam kamar mandi.
Bukannya membuka pakaian selayaknya orang yg membutuhkan kesegaran alias mandi, Jimin malah bersandar di balik pintu dengan pandangan lurus ke arah bathtube. Pikirannya bagai kupu, terbang kesana kemari dengan tanda tanya besar dari rancauan rancauan yg Seokjin perdengarkan pada rungunya.
Seketika ucapan Taehyung tempo hari tentang penyakit Seokjin membuat Jimin merasa sekali lagi tercekat di rongga dada.
"Apa yg sebenarnya menimpamu, Seokjin?"
Semalam setelah Taehyung berhasil meyakinkan Jungkook bahwa Jimin dan dirinya akan merawat Seokjin dengan baik dan— benar, pada akhirnya Jungkook mau di bujuk pulang ke kamarnya guna meminimalisir keadaan yg sudah terlanjur rumit ini. Tujuan utamanya adalah menghentikan Seokjin dari rancauannya yg terus ingin Jimin berada dekat dengannya, dan mengalihkan kecurigaan Jungkook tentang hubung aneh antara Seokjin dan Jimin. Taehyung yg sangat berjasa dalam hal ini, dengan dalih akan segera mengetuk langsung pintu kamar Jungkook bila keadaan Seokjin semakin memburuk.
Katakanlah, itu hanyalah dusta Taehyung semata.
Karna kenyataannya Taehyung malah tidur pulas di sofabed saat demam Seokjin melonjak tinggi. Meninggalkan Jimin sendiri dengan jelaga almond yg terjaga, dengan sebelah tangan yg sibuk mengompresi kening lengang paripurna Seokjin.
"Juung.. Tunggu.. kau harus mendengarkanku!" lirih Seokjin dalam tidurnya.
"Jungkookie.."
Tangan Seokjin mulai terangkat mengais udara seolah hendak menggapai sesuatu, sampai ia mendapat lengan Jimin yg sedang mengompres.
Jimin ingin abai dengan mencoba melepas cengkraman Seokjin, tapi semakin Jimin mendorong lengannya Seokjin semakin mencengkram lengannya lebih kuat hingga buku buku jari Seokjin memutih. Meninggalkan cetak merah di sekitaran tangannya, dengan sedikit rasa perih sebab kuku yg menancap.
"Aakh... ! Aku tidak akan menyerah, Jung."
Dan seketika lengan Seokjin melemas dan kembali jatuh terkulai melepaskan cengkramannya pada lengan Jimin, berbarengan dengan mengejangnya tubuh Seokjin yg membuat Jimin memeluk tubuh lebar Seokjin dengan susah payah karna sebelah tangannya yg masih di sanggah Sling.
"Ssh.. tenangkan dirimu Seokjin, aku disini... Jimin disini.."
Perlahan kejang tubuh Seokjin mereda, bersama dengan panik Jimin yg terus memberi Seokjin kata kata penenang yg lembut. Jimin sendiri tak tahu sebab pasti kenapa tubuh Seokjin bereaksi seperti itu? Antara panas yg terlalu tinggi atau juga serangan panik karna kejadian yg dialaminya dalam mimpi.
Dan dari situ kepala Jimin terasa begitu berat dengan tanda besar yg menghujam.
Di luar ruang kamar mandi ada Seokjin yg berhenti menyendok bubur ayam jahenya. Ingatan samar yg membentuk pola acak membuat runtutan cerita tak di mengerti untuknya dalam bentuk mimpi semalam. Dia sendiri juga tak faham kenapa mimpi tentang Jungkook yg terasa begitu menghimpitnya dengan perasaan sesak, datang.
Padahal sebelumnya dia selalu berfikir bahwa kisah cinta mereka adalah hal yg paling manis. Hal yg seakan membuat hidup Seokjin merasa semakin hidup hanya dengan melihat senyum yg mirip kelinci milik Jungkook.
"Jung... Tunggu... Kau harus mendengarkanku!"
Langkah Seokjin seakan melamban. Rasa pening di kepala yg tiba tiba mendera membuat segala gerak tubuhnya bergerak begitu lamban. Padahal Jungkook hanya melangkah sedikit lebih lebar, tapi jarak yg di hasilkan terasa begitu jauh.
"Juuung.. Jungkookie..."
Mata Seokjin tak berhenti mengekor sosok Jungkook yg sudah ada di seberang jalan. Kali ini dia memastikan langkahnya di buat secepat mungkin dengan berlari kecil mencoba mengejar Jungkook tanpa memperhatikan lampu lalu lintas yg yg sudah berubah menjadi hijau.
CCIIIIIIITTT ..
BRRUUGH ..
tubuh Seokjin limbung dengan pandangan yg tiba tiba semua menjadi terbalik. Tapi dia tak ingin menyerah. Meski kepalanya terasa begitu berat Seokjin kembali bangun. Dia sadar bahwa mobil telah menabraknya, tapi saat ini Jungkook lebih penting daripada ini. Dengan langkah tertatih Seokjin mengabaikan tasa sakit di kepala serta suara suara berisik di sekitarnya sampai suara serupa bersama klakson memenuhi rungunya.
TTIIIN.. TIIIINN...
BRAAK!
Dan kesadaran Seokjin habis dengan pandangan terakhir punggung Jungkook yg semakin menjauh.
"Jin.."
Suara dengan baritone menginterupsi Seokjin dari kegiatan mari mengingat, dengan pandangan lurus ke arah dimana orang yg sedang di pikirkan berdiri di depan pintu kamar tidurnya.
Jungkook berdiri disana, seperti hal biasa dengan membawa paperbag berlabel sebuah restoran lalu datang menghampiri Seokjin.
"Bagaimana keadaanmu?"
"Sudah lebih baik." Jawab Seokjin dengan senyum tipis.
Sekali lagi Seokjin ingin memastikan bahwa degub jantungya tak pernah kehilangan fungsi ketika sedang bersama Jungkook, hanya presepsi lain yg mengubah Seokjin menjadi orang yg sedikit cagung. Di tatapnya wajah Jungkook yg kini sedang sibuk mengeluarkan isi dari dalam paperbag.
"Aku membelikanmu sup gingseng— oh, kau sedang makan bubur?" Jungkook menatap Seokjin yg sedang terang terangan memperhatikannya, membuat manik berlainan warna itu saling bersirobok dan sibik menyelam kedalam jelaga masing masing.
Memang benar debaran jantung mengesankan Seokjin tak kehilangan fungsi saat menatap langsung manik solid milik Jungkook. Hanya saja rasanya begitu berbeda..
.. berbeda rasa ketika menatap manik serupa warna milik Jimin.
Tak hanya mengesankan. Manik cantik yg menyerupai bulan sabit milik Jimin mampu membangkitkan perasaan berbunga dalam hati Soekjin. Bahkan terkadang bulu kuduknya di buat meremang dengan afeksi. Menciptakan comfort zone.
"Ada apa?" Tanya Jungkook.
Dan Seokjin melepas kontak matanya dengan Jungkook. Menatap hamparan bubur yg baru di makan dua sendok banyaknya.
"Tidak ada."
Sedang dalam hatinya mendadak menghangat hanya dengan mengingat Jimin dengan senyum bulannya.
Melupakan fakta bahwa kehadiran Jimin hanyalah pengganti dari hewan peliharaannya yg mati bernama Mimi.
Hanya peliharaan.
.
.
.
.
.-TBC-
Hallo yorobun..
Setelah sekian lama mengalami kebuntuan otak, akhirnya
I'm back :DAda yg kangen ga sii??
Apa?
Gak ada?Yaudah deh,
#akumengsedih
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] PET (?) || [JinMin]
Hayran Kurgu[COMPLETE] Started ©️Nov' 21 Chaptered ; Comedy Romance (Maybe) ⚠️ATENTION FIRST⚠️ Boys Love Mature Content; 18(+) Much Typo ... Jangan Salahkan Kim Taehyung dengan ide tak masuk akalnya yg mengakibatkan Kim Seokjin pada akhirnya memelihara Hooman b...