Tama menatap kearah koridor lewat jendela disampingnya.
"Sar, si Aden kaga masuk?" Tanyanya pada Kaisar yang lagi nulis.
Kaisar menggeleng. "Lo chat coba."
Tama berjalan keluar kelas sambil menatap layar ponselnya serius, sampai ga sadar kalau ada seseorang yang berjalan didepannya dan—
Duk!
Keduanya jatuh bersamaan. Tama langsung meminta maaf dan membantu anak cowo itu untuk bangun.
"Sorry-sorry, gue ga liat jalan."
Anak itu terdiam sebentar lalu mengangguk canggung. "Yeah, it's ok."
Tama mengernyit, "Lo anak baru?"
"Rrrrrrr— yeah?"
Tama semakin bingung saat cowo didepannya itu hanya memberikan tatapan bingung.
Tama mau nanya lebih juga ga yakin kalo nih anak bisa bahsa Indonesia gaul kaya yang dia pake. Soalnya cowo itu keliatan banget muka-muka bule. Tama mau ngajak ngobrol pake bahasa inggris juga dia kaga bisa.
"Are you new student?"
Lalu cowo itu tertawa kecil saat mendengar kalimat Tama barusan. Dia tidak menjawab, namun menjulurkan tangannya. "Elio."
Tama terdiam sejenak saat melihat cowo itu terkekeh kecil didepannya.
Bangsat. Kok cakep banget.
Melihat Tama yang tak berkutik, cowo itu menarik uluran tangannya kembali dan sedikit mendekatkan diri kearah Tama sampe ngebuat Tama reflek tahan nafas.
"Alditama?"
Tama tersentak saat cowo itu tersenyum manis saat melafalkan nama depannya.
Tiba-tiba aja dadanya berdegup kencang.
Bangsat. Kok dia jadi gugup gini cuma gara-gara namanya disebut?
"Your name is cute, Aldi."
Setelah kalimat itu terucap, Tama langsung berlari kearah kelas dan meninggalin cowo tadi sendirian dikoridor.
Dia takut isi dadanya bakalan keluar saat itu juga.
Saat sampai dikelas Tama langsung mendatangi Aden dan Askar yang sedang mengobrol.
Bentar, ini sejak kapan Aden dateng?
Bomat lah.
"Woi. coba panggil gue Aldi,"
Aden sama Askar saling tatap, "Hah?"
"Kesambet apaan lu," Komentar keduanya.
"Buruan anjing, panggil aja!" Desak Tama.
"Aldi," balas Aden cepat
"Ah, suara lo gaenak." Komentar Tama saat tak merasakan apa-apa didalam dadanya
Kenapa waktu Aden yang ngomong dada Tama ngga bergemuruh kaya tadi?
"Bangsat!"
"Coba lo, Kar."
"Aldi,"
Lagi-lagi ga ada efek debaran adeh yang dia rasain.
Kayanya dia tau harus cari dimana.
Gulu-gulu.
Secepat kilat Tama langsung merogoh kantongnya mencari benda yang dimaksud. Hatinya mencelos saat tak menemukan apa-apa selain uang dua puluh ribuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger Chat
Teen Fiction[BL STORY] Tentang Adenandra yang gabut dan iseng ngetik nomor asal lewat WhatsApp dan ngechat random yang berujung sambat karena nomor itu ngga pernah ngebales pesannya satupun padahal ceklis dua. WARNING: Mengandung kata-kata kasar.