(a) L-O-V-E
Kita tidak mempercayai orang asing, ataupun tetangga sebelah-kita mempercayai koin yang mereka pegang. (Sapiens-Yuvel Noah Harari)
Malam ini disela kesibukan menyusun anggaran dan proposal proyek, aku memutuskan meneruskan membaca Sapiens. Buatku, buku itu seperti sebuah ensiklopedia manusia dengan bahasanya yang asing di mataku. Namun, entah kenapa setiap aku mulai membacanya, otakku tak berhenti untuk mencernanya. Pelan, dikunyah berkali-kali sambil sesekali berucap, Ooooh.
Salah satu bagian di dalamnya berbicara mengenai kepercayaan akan sebuah tatanan, sistem, struktural yang ada dalam kehidupan manusia. Yang terus berubah seiring zaman, mengikuti kekuasaan yang berlaku kala itu, yang dipercayain oleh kebanyakan manusia masa itu.
Sama seperti cinta yang pengertiannya juga terus berubah seiring waktu. Jika dahulu, cinta mungkin identik dengan pernikahan, berkeluarga, dan tanggung jawab; kini cinta mengalami perubahan. Tidak semua harus menikah, tidak semua harus berkeluarga. Bahkan hidup sendiri pun bisa diartikan dengan cinta. Mencintai dirinya sendiri. Atau hidup dengan keponakannya pun bisa diartikan dengan cinta. Lalu apakah cinta antara perempuan dan laki-laki sudah langka? Tidak, dia masih ada. Hanya berbeda cara memandangnya saja.
(b)
Aku adalah cacat. Pecahanku berserakan di mana-mana. Melukai semua orang yang berusaha memungutinya.
Aku adalah debu dan kotor. Penuh jelaga dan keburukan. Tidaklah pantas dipandangi siapapun.
Aku adalah rusak yang telah menemukan sudutnya. Tempatnya berdiam dalam sunyi. Menatap debaran ombak di ujung cakrawala yang kehilangan suaranya.
Aku adalah gelap. Yang telah hilang di balik ratusan makna. Sepi.
19 November 2021
Dear God