20. Satu Ciuman

3 0 0
                                    


"Tidakkah kau merindukanku, Sayang? bisik sebuah suara. "Tidakkah kau menginginkannya rasa itu kembali? Tenang...sunyi...dan damai...seperti keinginanmu," suara itu masih berbisik. "Kau paham betul kan? Aku sudah memilikimu. Aku hanya menantimu kembali pulang..ke pangkuanku." Kurasakan seringai dinginnya di balik tengkukku. Diserahkannya padaku sebilah pisau panjang. Dingin...

"Sayang, kau hanya cukup mengatakannya. Dan aku akan membawamu ke kebahagiaan abadi bersamaku. Tidak ada lagi rasa sakit. Tidak ada lagi air mata. Hanya aku, kamu, dan keabadian." Ia mencengkeramku. Dingin dan hangat menjadi satu. Takut, benci, rindu, nafsu melebur. "Hanya satu ciuman darimu saja, Sayang. Satu saja dan keabadian akan menjadi milikmu." Di detik itu, aku berlari dan sosok itu tertawa sebelum ia menghilang di balik keramaian.

Buku Harian PenyintasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang