30. Pelindung

103 14 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Lelaki dengan outfit serba hitam berdiam diri di depan sebuah gerbang menuju pemakaman umum. Pemakaman itu terlihat sepi, hanya ada beberapa orang yang datang untuk berziarah ke makam yang ada di sana. Meski begitu, lingkungan pemakaman itu begitu asri. Ada banyak pepohonan rindang yang menambah teduhnya pemakaman tersebut.

Dengan langkah hati-hati, lelaki berkulit tan itu memasuki kawasan pemakaman dengan sebuah buket bunga yang sedari tadi ia genggam.

Setelah menyusuri setapak jalan tanah yang kanan kirinya terdapat beberapa makam, akhirnya lelaki itu telah sampai pada tujuannya.

Jasen tersenyum tipis lalu perlahan bersimpuh di samping makam tersebut. Makam yang selalu Jasen kunjungi setelah ia menyelesaikan ibadahnya. Jasen kemudian meletakkan buket bunga krisan yang ia bawa itu di atas nisan seseorang yang begitu berharga di hidupnya.

Diusapnya nisan yang terbuat dari keramik itu sembari menghela napas perlahan, "Bang, lo lagi ngapain di sana?" gumamnya pelan

Jasen terkekeh sendiri, ia sadar tak akan ada respon dari seseorang yang selalu ia panggil abang itu. Nyatanya, seseorang itu telah pergi meninggalkannya.

"Udah tiga tahun lo pergi, tapi gue, mama, dan papa masih belum bisa ikhlas..,"

"Mama sekarang lebih sering diem di kamar, papa juga lebih sering lembur di rumah sakit."

"Gue harus apa, bang?"

Cuaca yang semakin mendung, serta semilir angin yang menyapa wajah semakin menambah kesan menyedihkan bagi lelaki yang mempunyai bahu lebar itu.

Jasen kemudian menunduk, dadanya begitu sesak. Sesaat mengingat memori tiga tahun lalu, saat sang kakak meninggal dunia akibat kanker darah yang di deritanya.

Jasen perlahan merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah gelang hitam. Gelang itu memiliki simbol bintang di tengahnya.

Lagi-lagi Jasen tersenyum pedih, "Gue udah ketemu sama cewek yang lo bilang itu..,"

3 tahun yang lalu..

"Bang, lo dari mana anjir?!" tanya lelaki itu dengan raut wajah terkejut, bagaimana tidak jika sang kakak pulang ke rumah dengan pakaian sekolah yang berlumuran darah

"Kenapa dek.. YA TUHAN, KAMU KENAPA BANG?!" pekik wanita paruh baya yang baru saja keluar dari kamarnya

Lelaki bernama Alden itu hanya nyengir sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal. Melihat wajah terkejut sang ibu dan sang adik, membuat Alden ingin tertawa.

Sang ibu lalu mendekati Alden dan memeriksa seluruh tubuhnya, namun tak ada yang luka. Dengan wajah cemasnya, ia menatap putra sulungnya, "Ada yang sakit nak, kenapa ada darah di baju kamu?" tanyanya

Jasen ikut terdiam dan menunggu jawaban dari sang kakak.

Alden menggeleng pelan lalu membuka seragam penuh noda darah itu, tersisa baju kaos hitam yang ia gunakan di tubuhnya.

ASKALA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang