23) dua puluh tiga

380 59 50
                                    

Suasana rumah yang semula ramai, kini bertambah ramai lagi karna beberapa yang datang. Tidak terlalu banyak sih sebenarnya, hanya teman-teman Jihan dan Tama saja seperti biasa. Tapi seperti yang kita tahu bahwa suara mereka, tidak peduli seberapa banyaknya, tetap akan membangun keramaian karna ramainya topik obrolan.

Jihan yang awalnya duduk di sofa bersama Tama, sedang membahas keperluan untuk kepentingan acara mereka, kini tersenyum senang saat melihat siapa yang datang.

Anaraya, gadis yang sebelumnya susah diajak berkumpul karna kesibukan yang mengambil alih waktunya tepat memasuki pintu dengan wajah terburu-buru sembari merapihkan rambut panjangnya.

Belum apa-apa Naya sudah lebih dulu berlari menghampiri gadis itu, memeluknya girang sama seperti saat Anaraya pulang ke kontrakan setelah libur kuliah, yang hanya akan dibalas cubitan kecil pada pundaknya oleh Ann karna malu.

"Liat ada orang sibuk yang mau otw dari jam sepuluh tapi baru jalan jam dua siang," ujar Naya, membiarkan Ann membuka dulu outer-nya.

Merasa sadar, Anaraya tersenyum malu, "Tadi mobil di pake si Naje dulu nganter Haikal," balasnya.

Bang Tama ikut menengok, "Lah, kemana gitu emangnya?"

"Katanya di suruh ngambil bahan sama ngambil jas dulu?"

"Eh ngambil dimana?" Bang Tama kembali bertanya. Hadeh, Haikal memang sulit sekali sepertinya untuk saling mengabari.

"Dimana ya bentar..." Ann menjeda, membuka kembali room chat dengan Naje beberapa jam lalu. "Oh di Maveline tapi Haikal minta anter dulu ke cut-out jadi lama," lanjutnya sembari memasukkan ponsel ke dalam tas.

Juna yang sedari tadi diam dengan gadget yang menampilkan tampilan game online kini ikut menyaut, "Anying si eta di acara lamaran mau pake baju thrift?"

"Ya enggak atuh, Juna pinter..." sahut Mikha. "Sini dong kalian pada duduk ngapain di pintu,"

Belum sampai mereka melangkahkan kaki untuk duduk, satu orang kembali muncul dari balik pintu, dan dalam beberapa detik tatap keduanya sempat bertemu sebelum lelaki itu memilih untuk berlalu.

"Ni orang satu juga sama aja sama Anaraya, so sibuk banget lo berdua kaya anak presiden," kini Bang Atuy yang berbicara. "Gue sibuk nonton anime aja masih sempet ngumpul kalo di kabarin,"

"Iyaa HUUUU gue juga sibuk futsal tapi gercep aja tuh dateng kalo ada makanan," Juna menyahuti.

"Gue sibuk mau lepas jabatan juga masih bisa nih," ujar Dimas. "Lo berdua di chat aja sus--"

"Diem ga usah ikut-ikutan, lo ga diajak." potong Arrayan lalu duduk di sampingnya. Membuat wajah dongkol Dimas berhasil memancing tawa para wanita yang juga ikut duduk di sana, di atas sofa kecuali Caya dan Dubu yang memilih duduk di bawah, di atas karpet putih berbulu, yang kini bertambah Anaraya disebelahnya.

Senyum Jihan terukir, senang teman-temannya bisa berkumpul lengkap lagi seperti semula, saat mereka semua belum disibukkan dengan tugas-tugasnya.

"Kata gue juga baiknya lo diem Dim, diem," ujar Salsa yang masih sibuk memijat pelan pundak Dimas, korban menjadi budak proker yang kerjaannya begadang, ngomel, danusan, emosi, evaluasi, besoknya tipes. "Lo langsung dari rumah, Arr?" tanya Salsa.

Arrayan menggeleng, "Jemput Kay dulu dari sekolah,"

"Jauh dong anjir dari rumah teh Ara kesini mah?" tanya Tiway yang masih anteng memotong kukunya.

"Ya sejauh-jauhnya di Bandung tuh semana sih? Kecuali macetnya tuh, sesat," kata Naya. "Gue tadi berangkat jam delapan anjir dari rumah??? Terus baru sampe jam sepuluh, dua jam gue di jalan pegel sendiri,"

AplombTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang