Seperti yang sebelumnya dijanjikan, ia datang bersama Wira, satu jam lebih siang dibanding teman-temannya yang lain. Dan dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat bangunan rumah tinggi dengan banyak mobil-mobil yang terparkir rapi, tak lupa dengan jajaran papan nama yang tegap berdiri.
Ia menghela nafas, memeriksa pesan dari Haikal yang menyuruh mereka langsung masuk saja kalau sudah tiba. Dan ketika daksanya berjalan masuk ke dalam sana, seseorang dengan kemeja putih dan tatanan rambut rapi menghalangi langkahnya.
Wira menarik lengan Arrayan kalau saja lelaki itu tidak sadar ada seseorang dihadapannya, karna sedari mereka tiba, Arrayan hanya berdiam diri tanpa kata.
"Eh A," kata Naje lalu membungkukkan badannya. "Apa kabar?"
Samar-samar ia menatap wajah Arrayan, ada banyak tatap tanpa tanda yang tertera, ada banyak bayang rasa yang tidak mampu ia terka.
"Eh Na, sehat," kata Wira seraya menyambut uluran tangan Naje dan menepuk pundaknya.
"A Rayyan gimana, sehat juga?"
"Sehat. Lama engga liat kamu ya," Arrayan membalas seraya ikut menepuk pundak Naje, sama seperti Wira.
Ada banyak kata maaf yang hendak Naje katakan sekarang, ada banyak kata terimakasih yang juga seharusnya ia utarakan. Sebab kalau bukan karna dirinya, mungkin posisi mereka saat ini akan berbeda.
"Masuk aja A, udah pada di sana," Naje berujar lagi, mempersilahkan mereka masuk. Entah akan seperti apa perasaan dua orang ini nanti, sungguh semua orang harus mengerti.
Arrayan dan Wira mengangguk, lalu masuk ke dalam ruangan besar dengan dekorasi sederhana tetapi indah dipandang.
Berlatar putih gading dengan beberapa dekorasi yang hampir semuanya berwarna pastel, bisa lelaki ini pastikan kalau kegemaran gadis itu memang tidak pernah berubah sedari dulu.
Sampai akhirnya, pandang mereka tertuju pada satu meja yang paling ramai diantara yang lain. Ada satu anak laki-laki kecil sedang berdiri sembari menggandeng lengan sang ayah dan satu balita yang kini pipinya habis dikecupi Juna.
"Om Yayan!" begitu panggilan yang ia dengar, hingga tiba-tiba saja anak lelaki kecil ini menarik ujung jemarinya.
Jio.
Pekikan keras Jio mampu mengambil atensi yang berakhir mengarah pada Arrayan dan Wira.
"Halo," Arrayan balik menyapa seraya berjongkok menyamakan tingginya. "Jio miss me?"
"Yayaya! Jio miss om Yayan is here!"
"Hahaha, sini peluk dulu," kata Arrayan lalu menggendongnya. "Istri lo sama yang lain pada dimana Bang?" pertanyaan Arrayan mengarah pada Tama karna pasalnya hanya ada para laki-laki disana.
Tama menggerakkan wajahnya, memberi kode posisi mereka. Bisa Arrayan lihat satu orang dengan busana yang berbeda, dan ia yakin kalau itu adalah Anaraya. Sebab yang lain mengenakan dress sederhana berbeda warna dengan brokat tipis dan model yang serupa, sedangkan satu gadis yang duduk di tengah-tengah mereka mengenakkan dress dengan warna yang sedikit lebih gelap dan brokat lebih panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aplomb
Teen FictionSelamat bertemu dengan Arrayan dan Anaraya. "Aplomb itu tenang. Ya kaya aku pas ngeliat kamu kan?" "Tapi tenang yang aku punya, bentuk lain dari kata pura-pura."