13) tiga belas

433 80 51
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa lagi Mark?" tanya Anaraya setelah berdiri didepan bangunan yang pernah ia kunjungi sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa lagi Mark?" tanya Anaraya setelah berdiri didepan bangunan yang pernah ia kunjungi sebelumnya.

Maraka berdecak kesal, "Biasa, cari penyakit." ujarnya.

"Kok bisa sampe sekre sih?"

"Dia masuk UKM yang sama, Ann."

"Sama siapa?" gadis itu bertanya lagi. Lihatlah betapa pasifnya seorang Anaraya sampai hal-hal seperti inipun ia tidak begitu mengerti.

Yang ditanya terdiam sebentar, memikirkan satu hal. "Yaya?" Maraka balik bertanya.

"Ah udah gila," balas Ann pelan. Ia masuk ke dalam sekre bersama dengan Maraka yang mengikuti dibelakangnya.

Bukan apa-apa, tapi maksudnya seperti ini--- memaafkan, memang sebegitu sulitnya ya? Padahal hanya perihal menerima, mengikhlaskan, dan tidak lagi mengungkit kesalahan.

Sampai saat inipun Anaraya masih bingung dengan tingkah adiknya. Kadang seperti orang yang sudah ikhlas melepaskan, tapi di satu sisi juga kadang seperti orang yang masih menyimpan amarahnya dalam-dalam.

Arah mata semua orang tertuju pada hadirnya yang tiba-tiba. Rupanya sedang ada perkumpulan ternyata. Memang tidak resmi sih, baru saja selesai dengan perkenalan.

Naje sudah tidak melakukan apa-apa, hanya duduk diam disudut ruangan. Tatap matanya kosong seperti kehilangan harapan. Atau lebih tepatnya, Naje baru merasakan kembali hal yang menyesakkan.

"Kak Dimas, boleh pinjem Naje dulu ga?" tanya Anaraya meminta izin. Ia berujar pelan, pelan sekali. Seperti berbisik ditelinga Dimas.

"Ya silahkan, udah selesai juga kok ini cuma ngobrol biasa."

"Tapi masih ada satu lagi loh dim?" suara teh Naya ikut berbaur.

Juna juga ikut menyauti, "Lanjut dulu aja deh, sebentar lagi."

"Izinin dulu aja, siapa tau penting." kali ini Wira yang mengatakan. Lelaki itu duduk didekat Naje--- tidak terlalu dekat sebenarnya karna ada Arrayan yang memberi jarak.

"Ya ini juga penting?"

"Tapikan takutnya lebih penting Nay,"

"Engga bisa gitu dong Wir,"

AplombTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang