June, 2026, Milan.
Lelaki itu membungkukkan setengah badannya ketika melewati beberapa penghuni apartemen yang ia kenal, lalu dengan segera membuka kunci pintunya ketika dering ponsel terdengar.
Arrayan menyalakan saklar lampu, melepas jam tangannya seraya mengangkat panggilan. "Halo nda," jawabnya, sedikit heran karna sangat tidak biasa bagi sang bunda untuk menghubunginya di jam pulang kerja. Wajar saja, perbedaan waktu di kota Arrayan lebih lambat enam jam dari kota orang tuanya.
"Halo sayang, udah pulang ya?"
"Udah, baru banget masuk pintu."
Bunda terkekeh, "Nda ganggu engga ya telfon jam segini?"
"Engga nda, kaya sama siapa aja," balas Arrayan. Satu tangannya kembali menjelajah pada keyboard laptop, mengecek kotak email selepas kerja memang sudah menjadi kebiasaan baginya, lalu setelah tau apa yang harus ia kerjakan di rumah dan seluruh tugas kuliah, Arrayan akan beristirahat dulu sejenak, memberi ruang untuk lelah didalam dirinya. "Kenapa bunda?"
"Nggapapa, Bunda kangen..." ungkap wanita yang kini mendudukkan diri di atas sofa.
Bukan menjawab kalau ia memiliki rasa rindu yang sama, Arrayan justru melepas pelan tawanya. "Udah malem, Bunda ngga tidur?"
"Will do kak, kalau Bunda udah mendengar kabar baiknya," balas Bunda.
"Kabar baik apa nda?"
"Bunda mau dengar tadi katanya ada yang datang coba kakak lihat deh,"
Belum sempat ia menjawab, beberapa ketukan terdengar diiringi dengan bunyi bel dari luar kamarnya. Lalu dengan segera Arrayan beranjak membuka pintu, dan dengan begitu netranya tertuju pada gadis yang juga masih sama dengan ia, memegang handphone didekat telinga.
"Udah ada yah, Ann matiin yaaa, selamat tidur," tutup gadis itu pada sambungan telepon. "Hai kak, hehehe," lanjutnya-- mencoba menyapa Arrayan yang justru menatapnya... aneh?
"Udah?" tanya Arrayan.
"Udah apa?"
"Udah bikin kagetnya?"
"Eh aku udah baik dateng kesini masa kamu cuma kaget? Jet lag nih kena jet lag," ujar Anaraya kesal. "Aku tadi telfon bunda tau, ternyata bunda lagi telfon kamu. Jadi aku telfon ayah deh, bilang kalo anaknya lama banget bukain pintu,"
"Ya... yang mau datang tapi engga bilang dulu siapa?"
"Aku,"
"Yang tiba-tiba nongol didepan pintu siapa?"
"Aku,"
"Yang sayang aku siapa?"
"Aku,"
"Bagus." Arrayan menyematkan senyumnya. "Maaf ya aku kagetnya biasa aja padahal sebenernya beneran kaget kenapa ada anaknya pak Danur didepan pintu apalagi di negara orang. Kamu sendirian?"
Gadis itu mengangguk, "Mau ajak Naje tapi dia lagi nyusun, takut ngga mau balik lagi," ujarnya seraya berjalan masuk ke dalam karna perintah Arrayan. "Wow lumayan rapih buat seorang laki-laki yang tinggal sendiri,"
"Kamu baru pertama kali kan kesini?"
"Iya," balas Anaraya. "Tahun-tahun kemarin udah kamu yang pulang, sekarang giliran aku walaupun jujur aja jalanan disini agak bikin bingung," keluhnya yang justru membuat Arrayan tertawa.
"Gapapa, nanti kan jalannya engga sendirian."
"Hehehe, yuuu," ajak gadis itu yang mendapat todongan jari pada keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aplomb
Teen FictionSelamat bertemu dengan Arrayan dan Anaraya. "Aplomb itu tenang. Ya kaya aku pas ngeliat kamu kan?" "Tapi tenang yang aku punya, bentuk lain dari kata pura-pura."