Selamat bertemu dengan Arrayan dan Anaraya.
"Aplomb itu tenang. Ya kaya aku pas ngeliat kamu kan?"
"Tapi tenang yang aku punya, bentuk lain dari kata pura-pura."
Kehidupan keluarga, harus selalu harmonis katanya. Harus selalu punya hubungan yang membangun dan rukun, katanya. Seperti itu kata yang keluar dari mulut kepala keluarga Danurdara, ayah dari dua bersaudara. Cinta pertama sang bunda, pun cinta pertama dalam kamus superhero mereka.
Laki-laki yang mereka banggakan bukan hanya karna punya segalanya, tapi juga pemilik dari banyak rasa yang selalu berhasil menenangkan mereka semua.
Ayah itu, laki-laki hebat kan? Laki-laki kuat yang tidak boleh kalah hanya karna satu masalah yang dunia kasih.
"Na, redup sesekali enggapapa, tapi jangan sampai suram seumur hidup. Mau bagaimanapun, semuanya akan tetap berjalan bukan atas dasar kemauan." jelas sang ayah ketika mereka sedang berkumpul di ruang keluarga.
Hari ini, semesta sedang membawa duka untuk mereka. Terkhusus untuk putra bungsu keluarga Danurdara, Nathan Janendra. Atau yang lebih dikenal dengan panggilan Naje. Anak terakhir dari dua bersaudara, adik laki-laki kesayangan Anaraya, pun anak kesayangan mereka semua.
Anaraya, kakak perempuan yang selalu naje jaga dengan sepenuh hati. Anaraya yang banyak mengajarkan bagaimana ia harus memperlakukan perempuan dengan baik dan hati-hati.
Anaraya itu... definisi dari setengah bidadari yang sulit untuk mengungkapkan perasaan. Bahkan ia tidak bisa marah sekalipun Naje sangat mengecewakan.
Tapi hari ini Naje gagal. Naje gagal membuktikan kalau ia berhasil menjaga perempuan. Hari ini, perempuan kesayangannya setelah bunda dan Anaraya, telah hilang, atau lebih tepatnya, telah berpulang.
Penampilannya lusuh ditambah lengan kemejanya yang kotor karna tanah pemakaman, membuat gurat sedih itu semakin terlihat di wajah Anaraya.
"Na, dia cape. Wajar kalo dia mau pulang. Kasian kalo terus-terusan bertahan juga," sahut gadis yang masih mendekap lelaki itu.
Anaraya menepuk-nepuk pundak Naje, memberikan kekuatan untuk adik kesayangannya.
"Kenapa gue gak bisa jadi alasan dia bertahan, teh?" Naje bertanya lirih. Tubuhnya seperti sudah tidak punya kekuatan apa-apa lagi.
Pelukan gadis itu semakin erat, "Na, kalo alasan dia bertahan cuma kamu gimana? Kamu itu satu, na. Sedangkan alasan dia untuk menyerah lebih dari itu. Jadi jangan nyalahin diri sendiri ya? Bukan kamu penyebabnya na, bukan." jelas Anaraya pelan.
Karna emang bukan kamu, Naje.
Bunda dan ayah yang juga duduk diruang keluarga, turut mengamati mereka. Dalam hati keduanya selalu bersyukur memiliki anak-anak yang bisa saling menguatkan. Saling menjaga, melindungi, dan memberi peduli.
"Gue sumpahin anjing, gue tau siapa orangnya." bisik Naje pelan tepat di telinga Anaraya.
Dan detik itu juga, Anaraya berdoa supaya kendali Naje selalu terjaga dengan seluas-luasnya kelapangan dada. Bahwa takdir, memang suka bercanda. Tapi pulang, memang sudah jadi kehendak paling baik dari semesta.
"I'll trust you, Nathan Janendra." balasnya ikut berbisik pelan.
⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ •••••
⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ Sebenernya masih ngerjain faktitus, cuma gatel banget ini tangannya pengen nulis jaehyun sama tzuyu lagi WKWKWK
Semoga engga mengecewakan ya, mungkin ini ga akan sebaik cerita sebelumnya, tapi gapapa. Namanya juga masih belajar hehe, anyway have a good day!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.