Seperti apa yang dibicarakan sebelumnya, hari ini, kegiatan makrab mulai berlangsung. Dimulai dari seluruh mahasiswa baru yang berkumpul ditengah lapangan dengan berbagai macam barang bawaan.
Kalau pada tahun-tahun sebelumnya kegiatan dilakukan diluar area kampus, seperti ditempat wisata contohnya, tapi tahun ini berbeda. Mereka memilih untuk menggunakan kampus mereka sebagai lokasi utama. Walaupun kegiatan yang dilakukan tidak hanya terbatas didalam kampus saja.
Sebelum pembukaan acara diselenggarakan, para pengurus inti berkumpul di satu ruangan yang digunakan sebagai ruang panitia.
"Sini deketan semuanya, kita berdoa dulu." titah Dimas, mengambil atensi seluruh anggota. Yang ada di ruangan mendekat berjalan menghampiri, lalu saling merangkul satu sama lain.
Tapi tidak dengan Anaraya. Walaupun ada disana, gadis itu ditugaskan untuk memotret seluruh kegiatan mereka. Lebih tepatnya menjadi tim dokumentasi pengurus inti. Semua ini juga berkat Dimas yang memohon pada Anaraya, demi kenangan bersama katanya.
"Untuk keberlangsungan dan kelancaran acara, berdoa menurut keyakinan masing-masing dimulai." ujar lelaki itu, menciptakan hening didalam ruangan. Semuanya menunduk merapalkan doa untuk kesuksesan acara yang mereka siapkan dari jauh-jauh hari.
Anaraya mulai menggerakkan kameranya untuk memotret mereka. Untung saja hanya mendokumentasikan pengurus inti, bukan para mahasiswa baru.
"Sok bismillah, lakuin yang terbaik, upayain yang paling baik. Kalo ada apa-apa cepet komunikasinya, fokus dulu." ucap bang Tama. Mereka sudah memegang HT masing-masing, karna hal paling penting dari setiap acara adalah komunikasi yang baik.
Semuanya mengangguk, masih merangkul satu sama lain. "Kalo ada panggilan penting untuk diskusi lagi, semuanya langsung kumpul kesini ya. Jangan sampe ada miskom yang nantinya bikin bingung satu sama lain." kali ini bang John yang bersuara.
"Let's make some memories gais, semangattt!" teriakan teh Naya membuat mereka saling menepuk punggung satu sama lain.
Lalu setelahnya mereka semua keluar untuk membuka penyambutan dari rektor kampus. Pembukaan acara memang selalu seperti ini, seperti halnya ospek kemarin.
Dari pagi sampai pukul dua belas siang acara makrab dibuka dengan penyampaian materi dari para pemateri. Beberapa ada yang merupakan alumni. Seperti kang Dovi, kang Candra, a Kaisar, teh Windi, dan yang paling mengerikan untuk mereka semua adalah teh Irene.
Di koridor paling ujung-- dari kejauhan, gadis itu bisa melihat Arrayan yang berdiri seraya berulangkali menyibak poninya. Hari sudah mulai panas, matahari perlahan memancar terik membuat mereka berkali-kali menghela nafas.
Arrayan mengangkat HT untuk menghubungi Juna yang sedang menjemput pemateri baru. Hingga tak sengaja netranya bersitatap dengan Anaraya.
"Semangat." gadis itu memberi kode lewat gerak bibirnya. Tidak lupa dengan wajah polos yang ia punya.
Astaga, kalau saat ini tidak ramai, sudah dapat dipastikan Arrayan akan memukul-mukul tembok.
Menggemaskan.
"You too." balas Arrayan dengan gerakan samar di jarinya, membuat Ann kembali tertawa pelan.
Kalau dibilang Arrayan adalah laki-laki pertama, maka benar jawabannya. Dari dulu sampai saat ini, kecuali Maraka dan Naje, Arrayan adalah orang pertama yang berhasil membuat Ann membuka suaranya panjang lebar.
Sebenarnya dibilang judes juga tidak. Anaraya itu ramah tapi hanya untuk beberapa orang. Sisanya ia hanya akan diam. Berbicara seadanya dan seperlunya. Tapi tingkah polos Anaraya memang tidak bisa tertutupi mau bagaimanapun ceritanya. Selalu menggemaskan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aplomb
Teen FictionSelamat bertemu dengan Arrayan dan Anaraya. "Aplomb itu tenang. Ya kaya aku pas ngeliat kamu kan?" "Tapi tenang yang aku punya, bentuk lain dari kata pura-pura."