7) tujuh

609 100 60
                                    

"Kenapa enggak pilih Wira?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari Arrayan ketika mereka sedang dalam perjalanan.

Anaraya mengendikkan bahunya, "Ga boleh?"

"Ya boleh, cuma aneh aja."

"Nanti kalo sama kak Wira garing. Aneh gitu ga sih? Aku ga nyaman, kak Wiranya juga ga nyaman, kan kasian."

"Alasan ya?" sela Arrayan.

Anaraya menggeleng, "Serius engga." jawabnya.

"Yaudah, gini terus aja."

"Gini gimana?"

"Kepo."

"Dih?" gadis itu mendelik, dasar aneh. "Eh by the way kak, nanti aku aja yang turun. Takut kak Rayan cape ga ada jeda banget buat istirahat, jadi tunggu di mobil aja ya?"

"Terus kamu sendirian?"

"Ya iya, masa tiba-tiba bertiga kan aneh."

"Engga mau." Arrayan menggeleng tegas. Entah mengapa sekelebat ingatan tentang masa lalunya kembali. "Bang Atuy udah nitipin kamu, Ann. Lagian juga istirahat bisa nanti-nanti, gampang." ujarnya seraya membelokkan stir. Jarak dari kampus ke supermarket memang tidak jauh, bahkan terlampau dekat sebenarnya.

Anaraya hanya mengangguk, yang penting ia sudah menawarkan untuk istirahat.

Keduanya berjalan masuk, penampilannya lucu sekali. Arrayan yang menggunakan kemeja seperempat lengan dengan ponsel ditangan dan Anaraya yang menggunakan sweater rajut dengan tas kecil andalannya.

"Daging slice aja kali ya? Daripada nanti repot order makanan yang lain," tanya Anaraya sambil membuka box freezer.

Arrayan hanya mengangguk, "Biar engga boros juga sih. Tapi emang ada yang mau masak?"

"Ya aku aja."

"Sama aku ga?"

"Kak Rayan mau sama aku?"

"Dih kok jadi kesitu?" tanya Arrayan bingung, ini maksudnya Anaraya menawarkan diri?

Yang ditanya tambah bingung lagi, "Loh kan bener? Kak Rayan mau masak sama aku?"

"Kalo ngomong bisa lebih spesifik ga Ann?" tanyanya.

"Ih udah ini terus apa lagi?" Anaraya tak menghiraukan pertanyaannya, malah sibuk memilih yang lain. Mereka beralih ke rak jajanan, mengambil apa saja yang sekiranya disukai semua orang.

Tapi ada satu makanan yang membuat mata gadis itu berbinar. "Mau ya?" tanya Arrayan.

"Mau," jawab Ann. Asli, wajah Anaraya kali ini lucu sekali, seperti anak kecil yang dikasih gulali.

Arrayan mengambil makanan yang berjajar rapih di rak paling atas, lalu memberikannya pada Anaraya.

"Bilang apa dulu?"

"Makasih jelek," ucap gadis itu senang.

Entah mengapa, walaupun hanya hal seperti ini mampu membuat Arrayan kembali terpana. Pasti Anaraya peletnya kuat. Gimana Wira tidak suka kalau seperti ini?

"Selain makasih?"

"Apa dong?" tanya Anaraya lagi. "Makasih ganteng?"

"Sembarangan."

"Ya masa cantik?"

"Itu kamu." jawab Arrayan cepat.

Ada beberapa hal yang tidak bisa Arrayan kendalikan dalam dirinya. Yang pertama, hasrat mencoret kertas sketsa dan yang kedua adalah perasaannya.

AplombTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang