23. Bingkai Foto

328 76 2
                                    

"Yoongi Hyung, apa kau akan datang lagi di musim semi?" Jeon Jungkook bertanya, di sela mereka dalam perjalanan mengantar susu. 

Yang ditanya mengendikkan bahu. "Tidak tahu. Kupikir aku akan mulai sibuk," jawabnya. Benar saja, karena di awal musim semi, sekolahnya akan mengadakan upacara kelulusan untuk melepas para murid tingkat akhir sekolah menengah atas dan ia menjadi salah satu dari para murid yang lulus.

"Oh, begitu." Jungkook mengangguk paham. 

"Kalau begitu, di musim panas selanjutnya ... apa kau bisa datang?" lanjutnya penuh harap.

Min Yoongi mengangguk. "Mungkin. Seperti kemarin, aku akan kemari saat liburan," jawabnya.

Jawaban itu membuat Jeon Jungkook tersenyum senang. Jujur saja, ia sudah terbiasa dengan kedatangan Yoongi di desa ini. Ia merasa nyaman dan bisa bercerita banyak hal kepada lelaki itu. Hal-hal yang sebelumnya hanya ia telan dan pendam sendirian, tanpa bercerita pada seorang pun.

"Berapa botol lagi yang harus diantar?"

"Ah, ya. Tinggal sedikit lagi, kok. Dua botol ke rumah Pak Kim dan sebotol ke rumah Hoseok Hyung," Jungkook menjawab dengan fasih, sebab telah hafal betul kemana ia harus pergi setiap paginya.

.

.

.

Usai mengantar sebotol terakhir susu ke rumah Jung Hoseok, keduanya pergi ke rumah Seokjin. Kata Jungkook, teh hijau buatan Seokjin itu enak dan Yoongi harus mencobanya. Di sepanjang jalan mengantar susu, anak itu juga tak henti-hentinya memberitahu Yoongi bagaimana rasa khas teh hijau buatan Seokjin. Katanya saja, "Kau tidak akan menyesal setelah meminumnya, kujamin!"

Maka, keduanya berada di sini, depan gerbang rumah Seokjin untuk berkunjung, sekaligus membuktikan kebenaran perkataan Jeon Jungkook.

"Seokjin Hyung!" Jungkook berseru, dan tak lama setelahnya, seorang lelaki keluar dengan sekop salju di tangannya.

Itu Seokjin, yang dengan segera membukakan pintu untuk keduanya.

"Kami kemari menerobos salju, loh, Hyung. Dingiiinn sekali, dan karena itu, bisakah kami minta dua cangkir teh hijau untuk menghangatkan diri?" Jeon Jungkook berucap dengan senyum manisnya. Ditambah akting berlebihan seolah kedinginan yang membuat Yoongi terkekeh geli.

Heh. Senyum yang jelas dibuat-buat dan akting yang berlebihan. Seokjin memutar matanya jengah. Walaupun begitu, tetap ia balas bujuk rayu Jungkook dengan anggukan.

Anggukan itu dibalas dengan sorak riang Jungkook dan kekehan Yoongi.

.

.

.

"Sepertinya tempat ini jadi lebih luas," Yoongi berucap. Ia mengedarkan pandangnya ke sudut-sudut ruangan.

Seokjin mengangguk. "Memang. Aku menjual beberapa barang yang tidak lagi dibutuhkan. Kupikir, mereka hanya akan memenuhi ruangan," jawabnya.

Yoongi bergumam pelan. Pantas saja. 

Terakhir kali ia datang kemari, ada meja kecil di sudut ruangan dan lemari tua yang kali ini tidak lagi terlihat. Menghilangnya dua barang itu sudah cukup untuk membuat ruangan terasa lebih luas.

"Lalu, kardus-kardus itu?" Jungkook berucap, "isinya apa?" lanjutnya, seraya menunjuk tumpukan kardus di sudut ruangan.

"Perabotan rumah yang sudah rusak. Akan kubawa ke tempat pembuangan nanti," Seokjin menjawab.

"Tapi itu cukup banyak," Yoongi menyahut, "apa kau bisa membawanya sendirian?" lanjutnya.

Jungkook mengangguk membenarkan. "Ya! Itu terlalu banyak untuk dibawa sendirian. Biarkan kami membantu," sahutnya.

"Anggap saja sebagai ucapan terima kasih atas secangkir teh hijau yang kau buatkan untuk kami," anak itu menambahi, sesaat sebelum Seokjin membuka mulut untuk menolak tawaran mulianya.

Dan tentu saja, Seokjin jadi tidak dapat menolak.

"Yah, baiklah. Terima kash," lelaki itu berucap.

.

.

.

Ketiganya pergi menuju tempat pembuangan sampah setelah menghabiskan teh hijau masing-masing. Tempat pembuangan sampahnya tidak terlalu jauh. Mereka hanya harus berjalan tujuh menit dari rumah Seokjin dan sampailah mereka di tempat pembuangan sampah terdekat.

Beberapa kardus itu kembali dibuka. Satu persatu perabotan rusaknya dibuang dalam tempat sampah berdasar jenisnya. Untungnya saja, Seokjin sudah memilahnya terlebih dahulu sebelum dimasukkan dalam kardus. Itu membuat pekerjaan mereka menjadi lebih mudah dan singkat dalam waktu.

Yoongi yang selesai terlebih dahulu dengan kardusnya. Selanjutnya, ia lanjut membuka satu kardus kecil terakhir untuk dibuang. Tidak sengaja ia melihat Seokjin membuang sebuah bingkai foto yang familiar baginya.

Bingkai itu dibuang? batinnya. Namun ia memilih untuk tidak berpikir panjang dan segera menyelesaikan pekerjaannya.

Kardus-kardus menjadi barang terakhir yang mereka masukkan dalam tempat sampah. Setelahnya, Jungkook dan Yoongi pamit untuk pulang, tanpa kembali ke rumah Seokjin terlebih dahulu. Selain karena harus memberikan uang hasil mengantar susu hari ini kepada Kakek Min, badai salju juga akan turun. Hal itu nampak dari langit yang berawan kelabu.

"Kami pulang dulu, Seokjin Hyung. Lain kali akan kami sempatkan untuk mampir dan meminum teh hijau buatanmu lagi," Jungkook berucap dan tertawa kecil di akhir ucapannya.

"Tentu. Segeralah pulang. Sepertinya salju akan turun lagi," Seokjin menyahut dan membalikkan badan, berjalan berhadapan punggung dengan Yoongi dan Jungkook.




Tbc

Edge of Tomorrow ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang