13. Menghilang

398 96 8
                                    

Jungkook masih berada di tepi sungai, duduk di sebuah batu besar dengan sebuah kerikil yang ia remas erat.

Perkataan Hoseok beberapa saat lalu membuat nyalinya ciut. Membuat dirinya mengurungkan niat untuk menuntaskan akhir cerita yang menggantung.

Tadi malam, ia tidak bisa tidur dan ia bahkan tidak mengantuk. Semalam penuh ia menimbang tentang apa yang harus dilakukan, dan akhirnya, ia mengambil keputusan bulat ketika pagi datang. Jungkook rasa, Yoongi juga orang baik. Karena itulah, ia berani menceritakan sebuah cerita terlarang padanya.

Tapi, benar-benar kebetulan ia bertemu Hoseok di tengah jalan, dan entah dari mana lelaki itu bisa tahu rencananya.

Apa dirinya terlalu mudah ditebak?

Jungkook menghela napas. Yang jelas, ia tidak akan bisa muncul di hadapan Yoongi setelah ini. Dirinya terlampau malu atas utang cerita semalam.

.

.

.

Namjoon melempar semua makanan ikan yang tersisa dalam genggamannya. Lemparan terakhir yang menutup pekerjaannya sore ini. Usai mencuci tangan, ia hampiri Jung Hoseok yang sedari tadi menunggunya di gubuk.

"Sudah selesai, Namjoon?" Hoseok bertanya. 

"Ya. Jadi, apa yang ingin kau katakan?" Namjoon membalas. 

"Ini tentang Jungkook."

"Jungkook?" 

Hoseok mengangguk. "Anak itu mengacaukan semuanya," ia berucap, "Aku bertemu dengan Jungkook dan Yoongi tadi pagi. Tahu ke mana mereka akan pergi, Joon?"

Namjoon menggeleng kecil. Berucap, "Tidak tahu." dan meminta Hoseok untuk segera melanjutkan ceritanya.

"Pantai," Hoseok melanjutkan. Ucapannya membuat kernyitan samar muncul di dahi Namjoon.

"Mereka berdua ... pergi ke pantai?"

Hoseok mengangguk membenarkan. "Hampir. Karena aku ikut bergabung, akhirnya kami pergi ke ladang tebu," ujarnya diakhiri senyum tipis.

Ia tatap Namjoon dengan mata bulan sabitnya.

"Itu hampir saja, 'kan, Namjoon?" katanya. 

Namjoon bergumam, "Ternyata, Jeon Jungkook bisa seberani itu."

Jung Hoseok mengangguk. "Ya. Selama ini, yang kutahu ia hanyalah bocah yang penakut dan pemalu," ia berucap sembari bangkit dari tidurannya.

"Hampir malam. Aku pulang dulu!" pamitnya.

.

.

.

Esoknya, tepat pukul tujuh pagi ketika Yoongi sampai di rumah Seokjin. Tujuannya tentu, mengantar sebotol susu seperti biasanya.

Anak itu mengetuk pintu rumah beberapa kali, hingga terdengar sahutan "masuklah" yang keras dari Seokjin.

Menurut, Yoongi memasuki rumah Seokjin, dan meletakkan sebotol susu yang ia bawa di meja makan. 

"Susunya kuletakkan di meja makan, Hyung. Aku pergi dulu," pamitnya.

"Tunggu sebentar!"

Teriakan Seokjin menghentikan langkah Yoongi. Lelaki itu keluar dari gudang dengan kemoceng di tangannya.

"Bisa bantu aku, Yoongi? Ada lemari yang harus digeser, dan aku tidak bisa melakukannya sendirian," ucapnya dengan senyum sungkan.

"Oh? Oke."

.

.

.

"Terima kasih sudah membantu, Yoon," sembari mengulurkan segelas susu hangat, Seokjin berucap. Ia mengulum senyum tipis yang dibalas dengan anggukan ringan.

"Bukan masalah," Yoongi menjawab.  Atensinya tidak beralih dari bingkai foto yang diletakkan di atas meja di sudut ruangan. Bingkai foto yang baru kali ini ia lihat sejak berkunjung kemari.

"Oh, ya. Bagaimana dengan Jungkook? Anak itu tidak berkelahi lagi, 'kan?" tanya Seokjin. 

Yoongi menggeleng singkat. "Tidak," ujarnya, yang membuat Seokjin mengangguk puas.

Ada hening yang cukup lama, hingga Yoongi berucap, "Seokjin Hyung, boleh aku bertanya?" 

Seokjin, lelaki itu mengangguk. "Tentu," jawabnya. 

"Apa kau punya adik?"

Sesaat setelah Yoongi bertanya, raut terkejut nampak jelas pada wajah Seokjin. Lelaki itu tertawa kecil dan menatap bingkai foto yang ada di sudut ruangan. Ia mendekat untuk mengambil bingkai yang memang baru ia temukan tadi ketika berberes rumah.

"Ya, aku punya," Seokjin menjawab. Bingkai foto itu ia tunjukkan kepada Yoongi.

"Dia mirip denganmu," tuturnya.

Yoongi mengangguk membenarkan. 

Dengan melihat fotonya, Yoongi pikir ia mengerti kenapa banyak orang yang berkata bahwa mereka berdua punya kemiripan.

"Tapi, aku tidak pernah melihatnya ada di rumah," Yoongi berucap. 

Seokjin mengangguk membenarkan. Ia letakkan kembali bingkai itu pada tempatnya. "Dia memang jarang kemari. Adikku tinggal bersama ibu," jawabnya.

"Selesai berberes, aku akan mengunjunginya dan mungkin akan menginap. Kemungkinan aku tidak akan ada di rumah ketika kau datang untuk mengantar susu esok hari. Karena itu, gantung saja susunya pada pagar, oke?"

"Hm? Ya."

.

.

.

Hoseok menghela napas lelah. Mengacak rambut kasar dan memutuskan untuk berbaring, menatap langit yang punya semburat jingga.

Sedari siang hingga hampir malam ia berada di sini. Sebuah tempat terlarang yang sebenarnya sering ia datangi untuk melepas lelah--pantai. Sebuah tempat yang ia datangi ketika dirinya sedang ingin sendiri dan butuh ketenangan.

Lelaki itu mendesis panjang. Pertama Taehyung, lalu Jungkook. Kedua bocah itu mencari masalah atau bagaimana?

Ah, omong-omong, Hoseok belum bertemu Taehyung sejak ia memukulnya saat itu. Lalu, Jungkook, ia bertemu dengan anak itu pagi tadi, namun, rupanya Jeon Jungkook tidak berani menyapanya atau bahkan menatap matanya.

Lelaki itu tertawa samar. Ia merogoh sebuah kantong yang dibawanya dari rumah. Kantong kecil berisi remah roti yang sengaja ia bawa untuk memberi makan burung pantai.

Ia tabur remahan roti itu di samping tempat ia duduk, dan tidak lama, beberapa ekor burung datang untuk saling berebut.

"Kalian tidak perlu berebut, aku punya banyak," Hoseok berucap seraya menabur remahan roti dengan jumlah yang lebih banyak. Segenggam, dua genggam, hingga remahan roti pada kantong habis tidak bersisa dan burung-burung itu kembali mengudara.

Hoseok juga berniat untuk segera pulang sebelum hari berubah gelap, dan sebelum ada yang melihatnya berada di sini. Lelaki itu melangkah menuruni batuan curam tebing dengan hati-hati. Namun langkahnya terhenti, ketika ia menangkap presensi Kim Namjoon yang berdiri tidak jauh darinya.

"Hoseok, ternyata kau di sini. Aku mencarimu sedari tadi," Namjoon berucap.

"Mencariku? Ada apa?" Hoseok bertanya. Tidak mungkin temannya itu pergi ke pantai tanpa alasan. Apalagi dengan napas terengah dan raut panik yang terlihat jelas. Dan lagi, mencarinya?

"Seokjin menghilang."




Tbc

Edge of Tomorrow ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang