22. Utang Cerita Jungkook

314 74 11
                                    

"Apa maksudmu dengan menganggapku sebagai adiknya?"

Yoongi tatap Jungkook dengan dahi mengernyit. Anak yang lebih muda darinya itu mengangguk seadanya.

"Yah, kupikir begitu," jawabnya dengan tawa kecil.

"Oh, saljunya mulai turun! Kita harus cepat, Hyung," Jungkook berseru ketika keping-keping salju turun. Tanpa pikir panjang, ia raih lengan Yoongi dan memaksanya untuk berlari di atas salju.

"Kita harus cepat, sebelum saljunya turun semakin tebal!!"

Yah, benar juga. Ditambah fakta bahwa jarak rumah Kakek Min masih cukup jauh dari tempat mereka berada.

.

.

.

"Wah, lihat badainya!" Jeon Jungkook menggeleng takjub, melihat lebatnya salju yang trun dari balik jendela. "Untungnya kita sudah sampai," gumamnya. Jika tidak, bisa dipastikan mereka berdua akan membeku di tengah lebatnya badai salju. Hal mengerikan yang bahkan tidak bisa dibayangkan oleh Jungkook.

"Mau cokelat panas, Jungkook?" Tawaran Yoongi diangguki oleh Jungkook.

"Boleh," sahutnya. Ia pergi meninggalkan jendela dan pergi menuju dapur, ikut melihat bagaimana yang lebih tua menyeduh dua cangkir cokelat panas.

"Terima kasih, Yoongi Hyung." Yoongi mengangguk ringan. Ia mendekat ke perapian, menambahkan beberapa buah kayu bakar untuk memperbesar nyala api yang digunakan sebagai penghangat ruangan.

"Wah ... cokelat panas memang yang terbaik." Gumaman puas dari Jungkook ia balas dengan anggukan. Yah, memang cokelat panas dan perapian adalah kombinasi sempurna untuk menghangatkan badan di pagi yang bersalju.

"Omong-omong, Jungkook. Apa kau melupakan sesuatu?"

"Ya?" Alis Jungkook menukik. Dirinya melupakan sesuatu?

Anak itu menggeleng ragu. "Kurasa--err, tidak. Memang apa yang kulupakan?" balasnya, balik bertanya.

Jungkook tatap Yoongi yang menyeruput cokelat panasnya. Kernyitan dalam dan alis yang menukik menjadi tanda bahwa anak itu diserang bingung. Juga, di dalam benaknya ia tidak bisa berhenti bertanya tentang apa yang dilupakannya.

"Kau punya utang kepadaku," Yoongi berujar. Maniknya bergulir, menatap Jeon Jungkook yang nampak tak paham.

"Tentang sebuah cerita, di malam pada saat kau menginap di rumah ini," lanjutnya yang menuntaskan kernyitan di dahi Jungkook.

Yang lebih muda bergumam kecil. "Ah, ya. Sekarang aku ingat!" celetuknya sumringah.

"Kau ingat? Bisakah ceritakan sekarang?"

Jungkook mengangguk."Sebenarnya, kau sudah mendengar jawabannya dari Hoseok Hyung dan Jimin Hyung, aku jadi bingung harus bicara apa," anak itu berucap.

"Apa saja," Yoongi menyahuti, "ceritakan apa saja, Jung," lanjutnya.

Jungkook menggaruk tengkuknya ragu. Beberapa saat setelah ia merasa yakin, barulah ia bercerita.

"Adik Seokjin Hyung itu temanku. Kami sering bermain bersama di rumahnya, karena itu aku menjadi cukup dekat dengan Seokjin Hyung. Sebenarnya, tidak banyak yang kuketahui tentang masalah itu. Yang tahu banyak adalah Hoseok Hyung dan kau juga sudah mendengar cerita darinya. Jadi, tidak ada yang bisa kutambahkan lagi," ujarnya jujur. Anak itu menyeruput tetes cokelah panas terakhirnya, lalu pergi ke dapur untuk mencuci cangkir yang ia pakai.

"Begitu?"

Jungkook mengangguk ringan. Anak itu kembali memakai jaket parka tebalnya. "Aku harus pergi ke belakang untuk mengecek sapi-sapi. Apa kau mau ikut, Yoongi Hyung?" tawarnya.

Yang lebih tua lantas bangkit, menyambar jaket tebal dan sepatu botnya. "Aku ikut," sahutnya cepat.

Keduanya lantas keluar dari pintu belakang untuk pergi ke kandang sapi yang berada tidak jauh dari rumah Kakek Min.

.

.

.

"Di sini cukup hangat," Yoongi berkomentar, segera setelah keduanya memasuki kandang sapi.

Jeon Jungkook bergumam singkat. "Ya, setidaknya cukup hangat untuk sapi-sapi ini," sahutnya.

Anak itu berkeliling kandang untuk mengecek air minum, memastikan bak masing-masing sapi terisi oleh air. Setelahnya ia pergi ke sudut ruangan, di mana tumpukan jerami kering berada. Jerami-jerami itu akan digunakan sebagai alas lantai kandang sapi. Tujuannya, agar menjaga para sapi tetap hangat di tengah musim dingin ini.

"Selesai!" Jungkook berseru setelah memberikan jerami untuk sapi terakhir, yang juga mengakhiri pekerjaannya hari ini.

Ank itu bertepuk tangan singkat, memberi pujian atas kerja kerasnya sendiri, lalu mendekati Yoongi yang ada di sudut ruangan, melihat bagaimana cara sapi diperah.

"Oh, sudah selesai?"

Jungkook mengangguk ringan.

"Sudah, dan karena badainya sudah berhenti, aku akan pulang," anak itu tersenyum manis, "aku akan datang lagi besok pagi. Ayo mengantar susu bersama lagi," ucapnya.

Yoongi bergumam singkat. "Tentu."

"Mari pergi ke rumah Seokjin Hyung juga. Aku rindu teh hijau buatannya," Jeon Jungkook menambahi dan pergi sembari melambaikan tangan tinggi-tinggi.


Tbc

Edge of Tomorrow ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang