12. Peringatan Untuk Dirinya

411 99 23
                                    

Jungkook rasa, pagi ini adalah salah satu dari pagi yang tidak akan pernah ia lupakan. Sebab, ada beberapa hal baru yang terjadi pagi ini.

Yang pertama, Jungkook bangun lebih pagi dari biasanya, berkat dering keras dari alarm ponsel milik Yoongi. Ia bangun pukul lima ketika langit masih gelap, ketika bulan sabit dan bintang di langit masih terlihat oleh mata. Sedikit memberitahu saja, Jungkook bukan anak yang terbiasa bangun sepagi ini. Setelah mencuci muka, ia juga ikut serta ke kandang sapi untuk membantu memerah susu dan memberi makan hijauan.

Dan sebagai imbalannya, ia mendapat segelas susu hangat juga biskuit gandum di pagi hari secara cuma-cuma.

"Aku harus pergi ke rumah Seokjin Hyung untuk mengantar susu. Kau mau ikut?" Yoongi menawarkan dan Jungkook mengangguk cepat. Ia belum berani pulang, karena pamannya pasti masih berada di rumah. Jungkook akan menunggu hingga sang paman pergi terlebih dahulu untuk pulang.

"Omong-omong, kau masih punya utang padaku, Jeon," Yoongi berucap, "ceritamu semalam berhenti di tengah jalan," lanjutnya. 

Jungkook tertawa kecil. "Tentu saja. Cerita yang punya ending menggantung sedikit mengecewakan. Bukankah begitu?" balasnya. Yoongi mengendikkan bahunya acuh tak acuh.

"Tidak tahu. Aku lebih suka bermain game daripada membaca buku," jawabnya jujur.

.

.

.

"Kurasa, lebam di pipimu bukannya samar malah bertambah pekat, Jungkook," celetuk Seokjin, menyindir Jeon Jungkook yang meringis malu-malu atas ucapannya.

"Terakhir kali kau mengiyakan ucapanku untuk tidak lagi berkelahi." Seokjin menghela napas panjang. Ia tatap Jungkook tepat di mata. "Berhenti menyakiti tubuhmu sendiri," lanjutnya.

Nasihat Seokjin didengarkan dengan seksama. Jeon Jungkook, anak itu mengangguk patuh.

"Baik, Hyung," katanya dengan cengiran lebar. 

Seokjin bergumam kecil. Ia angkat sebotol susu di tangannya. "Terima kasih untuk sebotol susunya, dan Yoongi, tolong awasi bocah itu. Aku tidak mau melihat lebam lagi di wajahnya," ujarnya.

Yoongi mengangguk paham. Ia rangkul bahu Jungkook dan menepuknya beberapa kali.

"Akan kupastikan anak ini tidak berkelahi. Kalau begitu, kami pergi dulu, Hyung," pamitnya.

Setelah cukup jauh dari rumah Seokjin, barulah Yoongi melepaskan rangkulannya pada bahu Jungkook. Rangkulan itu ia ganti dengan todongan telunjuk di depan wajah.

"Kau punya utang cerita padaku," tuntutnya. Jungkook tertawa keras. 

"Baiklah, baiklah. Ayo ikuti aku," ujarnya dan mempercepat langkah, menempatkan dirinya selangkah lebih di depan dari Yoongi.

"Ke mana?"

"Kau akan tahu nanti."

.

.

.

Di tengah perjalanan, keduanya tidak sengaja bertemu dengan Jung Hoseok. Lelaki itu berdiri di depan toko roti Jimin cukup lama, lalu mendengus setelah membaca pengumuman libur yang tertera di papan. Ketika Hoseok berbalik untuk pulang, saat itulah ia melihat Yoongi dan Jungkook yang berjalan beriringan.

"Kebetulan sekali kita bertemu di sini," Hoseok berucap dengan tawa lebar yang khas. Yoongi mengangguk.

"Mau pergi ke mana, Hoseok?" tanyanya, dan jawaban untuk pertanyaanya adalah endikkan bahu.

"Membeli roti di toko Jimin, tadinya. Sayangnya saja mereka tutup hingga besok," Hoseok menjawab.

"Kalian sendiri, bagaimana?" Boleh aku ikut?" pinta Hoseok.

"Aku hanya mengikuti Jungkook," ujar Yoongi.

"Kalau begitu, Jungkook, boleh aku ikut?"

Jungkook yang ditanya begitu mengangguk cepat. "Ah? Tentu saja."

.

.

.

Tempat yang dipilih oleh Jungkook adalah ladang tebu yang sudah pernah didatangi Yoongi beberapa kali.

"Sebenarnya, ladang ini milik siapa?" Yoongi bertanya. Awalnya, Taehyung mengajaknya kemari, jadi Yoongi pikir ladang ini milik Taehyung. Tapi, Taehyung sendiri berkata bahwa keluarganya hanya punya sepetak sawah, yang berarti ladang tebu ini bukanlah miliknya.

"Tidak ada yang punya," Jung Hoseok menyahut di sela kesibukannya menebang selonjor tebu.

"Tidak ada?" 

Hoseok mengangguk. "Lebih tepatnya tidak ada yang tahu tempat ini milik siapa. Tebunya sudah ada sejak aku sekolah dasar dan dibiarkan berkembangbiak hingga sebanyak ini. Tidak ada yang merawat, artinya tidak ada yang punya," jawabnya. 

"Omong-omong, kalian dari mana?" Hoseok bertanya. Ia ulurkan satu ruas tebu untuk Yoongi dan Jungkook.

"Rumah Seokjin Hyung. Mengantar susu seperti biasa," ujar Yoongi, dibalas dengan "oh" panjang dari Hoseok.

Tatapan Hoseok punya titik fokus pada Jungkook, bocah yang mengisap tebunya dalam diam. Hingga beberapa saat lamanya Jungkook menoleh, mendapati Jung Hoseok yang menatapnya penuh curiga.

.

.

.

Karena matahari yang semakin naik, Jungkook dan Hoseok memutuskan untuk pindah ke sungai di dekat ladang tebu, berusaha melindungi diri dari sengatan matahari dengan berlindung di bawah pepohonan yang rimbun.

Satu kerikil kecil sengaja dilempar oleh Hoseok untuk memecah hening. Lelaki itu menghela napas.

"Kau dan Yoongi terlihat dekat. Kalian berteman?" tanyanya. 

Jungkook mengangguk seadanya.

"Bukankah Yoongi juga mengingatkanmu pada seseorang?" Entah ditujukan sebagai pertanyaan atau pernyataan, tapi Jungkook kembali mengangguk membenarkan.

"Mereka mirip, 'kan, Hyung?" lirihnya.

"Ya," Hoseok menyahut, "dan bukankah akan lebih baik jika kau tetap diam?"

Ia lirik sekilas Jungkook yang bungkam. "Jangan berpikir jika aku tidak tahu ke mana kau akan pergi tadi," lanjutnya.

Sejenak, Hoseok menarik napas panjang, berdiri untuk melempar kerikil yang ada di tangannya, dan menepuk punggung yang lebih muda beberapa kali.

"Kau tahu betul aturan di desa ini, dan masih ingin melanggarnya?" Hoseok berbisik. Ia sempatkan untuk menyungging senyum tipis penuh arti, sebelum pergi meninggalkan Jungkook di tepi sungai sendirian.

A-aku ....

Jungkook bisa merasakan berat pada bahunya. Kedua maniknya berpendar resah. Ia ketahuan. Artinya, tidak ada lagi yang bisa ia lakukan.

Juga, cerita semalam sepertinya akan tetap menjadi utang untuknya. Begitupun dengan ending ceritanya yang akan sedikit mengecewakan karena dibiarkan menggantung begitu saja.




Tbc

Endingnya mau digantung?

Hehe :3

Edge of Tomorrow ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang