7. Ketahuan

441 114 36
                                    

Pagi ini ketika Yoongi hendak pergi mengantar susu pesanan Seokjin, dirinya justru dikejutkan dengan Taehyung yang sudah berada di teras rumah, sedang duduk memunggunginya.

"Kim Taehyung?"

Tidak lama setelah ia memanggil, lelaki itu menoleh. Taehyung tersenyum lebar.

"Halo!" sapanya riang.

Tidak mengindahkan sapaan yang dilayangkan oleh Taehyung, Yoongi lebih memilih untuk fokus pada lebam di pipi temannya itu.

"Kim Tae, kau merias wajahmu?" tanyanya setengah mengolok. Taehyung mendengus. Riasan, katanya?

"Aku membuat sedikit masalah dengan anak nakal di desa ini," jawabnya dengan tawa kecil. Yoongi menggeleng jengah. "Kupikir riasan," dengusnya. Taehyung tertawa kecil.

"Kau mau pergi ke mana?" ia bertanya. Ia lirik sebotol susu yang digenggam oleh Yoongi. "Mengantar susu? Ke mana? Boleh aku ikut?" tanyanya beruntun.

Yoongi mengangguk membenarkan. "Ada orang yang memintaku mengantar susu setiap pagi," jawabnya. Taehyung membulatkan mulut. Ia ikuti Yoongi yang telah berjalan terlebih dahulu.

"Siapa?" tanyanya penasaran.

"Lelaki yang kita temui di pantai waktu itu," timpal Yoongi. Taehyung bergumam panjang.

"Yang waktu itu--Seokjin, ya?"

"Kau mengenalnya?" Yoongi menatap lelaki di sampingnya dengan alis terangkat--terkejut. Jadi Taehyung mengenal Seokjin? Ia pikir, Taehyung tidak tahu, dan pertemuan mereka di pantai waktu itu hanyalah sebagai sesama orang asing.

"Tentu, dia temanku."

.

.

.

Siang harinya, setelah mengantar susu ke rumah Seokjin, Taehyung mengajak Yoongi pergi ke sawah keluarganya. Katanya ada sesuatu yang ingin ia tunjukkan. Sesuatu yang hebat, menakjubkan, dan luar biasa. Awalnya, Yoongi tidak ingin ikut. Tahu sendiri seberapa gilanya usulan Taehyung.

Tapi, dengan paksaan, Kim Taehyung berhasil membawa Yoongi pergi ke sawah milik keluarganya. Sebenarnya, tujuan Taehyung bukan sawah, melainkan ladang tebu yang berada di dekat sawah keluarganya. Dengan sebuah sabit di tangannya, Taehyung menebang satu lonjor tebu yang dikupas dan dibaginya tiap ruas.

Satu buah ia ulurkan kepada Yoongi yang sedari tadi hanya diam mengamati.

"Pernah coba ini, Yoongi?" tanyanya. Yoongi mengangguk. Dapat ia lihat wajah terkejut dari Taehyung.

"Wah, benarkah? Kupikir kau belum pernah minum air tebu!" akunya. Lelaki itu beranjak, pergi ke bawah pohon untuk mencari perlindungan dari sinar matahari.

"Benda itu berair?" Yoongi yang ada di sampingnya bertanya. Kim Taehyung menatapnya dengan dahi berkerut.

"Kau bilang sudah pernah mencobanya."

Yoongi tertawa kecil. "Aku mencobanya ketika sudah jadi gula," anak itu mengaku.

Taehyung melenguh. Jika sudah jadi gula, ia tidak akan bertanya

"Coba saja. Gigit seperti ini. Nanti akan keluar airnya," katanya sembari memberi contoh. Setelahnya, Taehyung tersenyum lebar ketika Yoongi mengikuti kata-katanya.

"Segar, 'kan?" tanyanya dan mulai menggigit tebu miliknya.

.

.

.

Taehyung tetap tinggal di bawah pohon sendirian, walaupun Yoongi sudah pergi beberapa saat lalu, untuk mengantar susu ke toko roti Jimin. Ia ambil lagi sebatang tebu untuk diisap airnya. Anak itu mendesah puas ketika air manis dan segar dari tebu yang ia petik mengalir di kerongkongan.

"Wah ... segar sekali," kecapnya puas. Taehyung terus mengecap, sampai suara langkah kaki dari arah belakang terdengar. Anak itu menoleh dengan cepat.

"Seokjin Hyung?"

Seokjin, orang itu tersenyum kecil.

"Aku mencarimu sedari tadi," katanya. Taehyung tertawa. Ia tepuk tempat di sampingnya, meminta Seokjin agar mendekat padanya.

"Cucu Min Harabeoji yang itu tidak ada di sini? Kupikir kalian bersama," Seokjin bertanya. Ia ambil ruas tebu yang telah dikupas oleh Taehyung dan ikut mengisap airnya.

"Yoongi baru saja pulang. Ia harus mengantar susu ke toko roti Ibu Jimin." Taehyung mengendikkan bahunya. Anak itu tiba-tiba saja tersenyum sembari menatap Seokjin.

"Omong-omong, aku baru tahu kalau Hyung meminta Yoongi mengantarimu susu setiap pagi," katanya dengan senyum lebar. Seokjin mengangguk. Ia lempar tebu yang sudah habis airnya dan mengambil lagi tebu utuh.

"Memang kenapa?" lelaki itu balas bertanya. Ia jawil pelan lebam di pipi Taehyung.

"Ini kenapa? Setahuku, kau bukan bocah yang gemar berkelahi," godanya. Kim Taehyung mendengus kasar. Mengikuti Seokjin, ia melempar tebu yang telah kering dan mengambil kembali tebu yang masih utuh.

"Hoseok Hyung sudah tahu kalau Yoongi pernah mengunjungi pantai," katanya. Seokjin terdiam. Ia pandangi Taehyung yang mendadak mendung dalam diamnya.

"Tidak tahu dari mana ia bisa tahu. Yang jelas, aku tidak memberitahu Hoseok Hyung," Taehyung kembali berucap. Kali ini ia tatap Seokjin tepat di mata, memberi bukti bahwa ia tidak berbohong lewat tatapan lurusnya.

Seokjin menghela napas. "Jadi, lebam ini kau dapat dari Hoseok?" tanyanya yang mendapat balasan berupa anggukan kecil. Ia daratkan telapak tangannya untuk mengusap surai yang lebih muda.

"Hoseok sudah tahu kalau aku dan Yoongi pernah bertemu di pantai?" tanyanya. Taehyung menggeleng. "Hoseok Hyung tidak bilang begitu. Sepertinya ia belum tahu," jawabnya.

Seokjin mengangguk paham. "Terima kasih," lirihnya. Taehyung mengangguk.

"Tapi, Seokjin Hyung .... Kau tidak mungkin menganggap Yoongi ... " Taehyung melirih di akhir kalimatnya. Ia tatap Seokjin yang kini mendongak, menatapnya dengan tatapan tajam yang pedih.

Seokjin, lelaki itu mengeleng pelan. "Tidak, itu tidak mungkin," balasnya dengan tawa lirih.

Tawa yang entah kenapa terdengar menyakitkan di telinga Taehyung.



Tbc

Edge of Tomorrow ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang