6. Halaman Belakang

428 106 37
                                    

Keesokan harinya, Yoongi kembali datang ke rumah Seokjin dengan sebotol susu yang perlu diantar. Napasnya tersengal karena berlari sepanjang jalan. Salahnya juga yang bangun kesiangan. 

Sama seperti kemarin, pintu rumah Seokjin terbuka ketika Yoongi tiba. Ia terdiam di depan pintu itu, menimang tentang haruskah ia memanggil Seokjin, atau meninggalkan sebotol susu ini di teras seperti kemarin.

"Kau datang." Lamunan Yoongi dibuyarkan oleh suara yang berasal dari dalam rumah. Itu Seokjin yang kini tengah berjalan menghampirinya.

"Kau berlari?" Seokjin bertanya ketika ia mendapati wajah berkeringat anak di hadapannya. Sementara Yoongi mengangguk malu.

"Maaf, Hyung. Aku bangun kesiangan," akunya sembari memberikan sebotol susu kepada Seokjin. Yang lebih tua mengendikkan bahu.

"Bukan masalah," katanya, "Apa kau punya kegiatan setelah ini?" Seokjin bertanya. Yoongi menggeleng. Malahan, Yoongi berpikir bahwa ia butuh kegiatan selain menjadi pengantar susu di pagi dan sore hari.

"Kalau begitu ayo masuk."

.

.

.

Seokjin menuangkan sebotol susu sapi ke dalam panci dan menghangatkannya dengan api kecil. Lantas, lelaki itu membuka kulkas, mengambil dua boah croissant, meletakkannya di piring, dan menyodorkan satu kepada Yoongi.

"Apa kau suka roti?" tanyanya. Yoongi mengangguk cepat. 

"Terima kasih," ujarnya. Seokjin bergumam kecil. Tidak lama, mungkin dua atau tiga menit setelah susu yang direbus dirasa panas, Seokjin menuangnya ke dua buah gelas. Sama, ia sodorkan satu untuk Yoongi, sementara satu lagi untuk ia minum.

"Seokjin Hyung, tidak perlu repot-repot seperti ini." Lelaki itu melirik pada Yoongi yang berucap sungkan. Ia menggeleng ringan.

"Aku tidak merasa direpotkan. Anggap seperti rumahmu sendiri," katanya. Min Yoongi tersenyum canggung, lantas menghela napas di tengah sungkannya.

"Setelah ini mau membantuku?" Pertanyaan dari Seokjin membuat Yoongi menegakkan tubuhnya. 

"Ya?"

"Aku harus membersihkan halaman belakang. Mau membantu?" Pertanyaan diulang dan Yoongi tidak punya alasan untuk menolak. Anak itu mengangguk. Anggap saja, bantuan yang ia berikan bisa membalas roti dan susu yang Seokjin sodorkan padanya.

"Tentu saja."

Pertama kali melihat, gersang dan berantakan adalah apa yang bisa Yoongi simpulkan dari halaman belakang rumah Seokjin. Yoongi dapat menyimpulkan bahwa tempat ini dulunya ditanami jagung, dari banyaknya pohon jagung kering yang berserakan. 

"Dulunya tempat ini ditanami jagung. Tapi karena aku malas, jagung-jagungnya jadi tidak terawat dan banyak yang mati," Seokjin tertawa kecil, "kupikir aku harus membersihkannya secepat mungkin."

Yoongi mengangguk paham. Ia terima uluran sabit dari Seokjin dan mulai membersihkan pohon-pohon jagung yang mati terlebih dahulu. Keduanya berhenti bekerja ketika halaman dirasa sudah bersih. Walau tidak sepenuhnya bersih, setidaknya jauh lebih bersih dari keadaan awal.

"Hyung, aku harus pulang." Seokjin yang sedang membakar sampah menoleh. Lelaki itu terdiam cukup lama.

"Oh, ya. Pulanglah. Terima kasih untuk bantuanmu, Yoongi," ucapnya. Yoongi mengangguk kecil.

"Aku pulang, Hyung," ucapnya dengan senyum. Senyuman yang mambuat Seokjin mematung di tempatnya. Ada rasa sakit yang tiba-tiba muncul di dadanya ketika melihat senyuman Yoongi.

Edge of Tomorrow ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang