Ketika yang lain berada di tepian pantai, menunggu tubuh Seokjin ditemukan oleh regu penyelamat, Jeon Jungkook justru duduk sendirian di tepi sungai. Anak itu merasa takut, tidak berani untuk menginjakkan kakinya di atas pasir pantai.
Anak itu dengan air mata kering di pipi dan sorot sayunya enggan beranjak dari tepi sungai, meskipun semburat jingga telah nampak di langit. Dirinya hanya tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi. Terakhir kali ia bertemu dengan Seokjin, lelaki itu nampak baik-baik saja. Tersenyum dan tertawa sebagaimana biasanya.
Namun, yang dirinya tidak tahu adalah bagaimana perasaan lelaki itu yang sebenarnya. Wajahnya yang cerah mungkin tidak sesuai dengan perasaannya yang kelabu. Senyum yang ditunjukkan lelaki itu kepadanya, mungkin saja hanya untuk menutupi rasa sakit atas penderitaannya.
"Jadi kau ada di sini, Jungkook?"
Jungkook bergegas menghapus air matanya ketika suara yang ia kenal betul terdengar oleh telinganya. Anak itu berbalik. "Yoongi Hyung, kapan kau datang?" tanyanya pada lelaki yang kini duduk di sampingnya.
"Baru saja. Taehyung menghubungiku lewat kakek dan aku datang kemari," Yoongi menjawab.
"Oh ...."
Dan setelah gumaman singkat dari Jungkook, Yoongi tidak tahu apa yang harus dibicarakan. Tidak seperti biasanya, kali ini, atmosfernya terasa lain; membawa canggung dan perasaan tidak tenang yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan.
"Tidak ada yang menyangka, kalau Seokjin Hyung akan berbuat seperti itu," Jungkook melirih bersama setetes air mata yang lolos dari kelopaknya.
"Kau tahu, Yoongi Hyung? Aku bahkan pergi ke rumahnya hampir setiap hari, dan Seokjin Hyung terlihat baik-baik saja. Ia masih tersenyum dan tertawa ketika menanggapi candaanku. Tapi kenapa ini bisa terjadi? Kenapa aku tidak tahu? Kenapa aku tidak bersamanya pagi tadi?" anak itu berucap dan Min Yoongi total dibuat terdiam.
Lelaki itu hanya terdiam ketika Jungkook menangis dalam dekapan lututnya sendiri. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan di saat ini, maka dari itu, satu-satunya hal yang bisa ia lakukan hanyalah diam. Menunggu hingga anak di sampingnya sedikit lebih tenang, untuk memberikan secarik kertas yang ia dapat dari Hoseok.
"Jungkook," panggilnya, ketika ia rasa anak di depannya mulai lebih tenang, "Hoseok menitipiku ini," lanjutnya. Yoongi rogoh saku celananya untuk mengambil secarik kertas putih dari sana.
"Seokjin Hyung sempat menulis surat. Terimalah, lalu bacalah ketika kau sudah lebih tenang," ucapnya.
Jungkook menghapus genangan air matanya dengan cepat. Setelahnya, ia terima secarik kertas yang diulurkan oleh Yoongi.
"Ini ... dari Seokjin Hyung?" anak itu bertanya dan anggukan yang menjadi jawaban.
Anak itu menarik napas sejenak, sebelum memutuskan untuk membuka lipatan kertas dan membaca isi suratnya.
Aku tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Maaf.
Aku benar-benar merasa beruntung memiliki teman seperti kalian dan tolong maafkan aku, atas ucapanku yang mengatakan bahwa kekhawatiran kalian berlebihan.
Aku ... memang pernah berkata bahwa kejadian itu sudah lama terjadi dan sudah kulupakan. Namun, semakin aku berusaha untuk melupakannya, ingatannya justru semakin menakutkan. Sekilas tentang kejadian di hari itu--tentang ibu dan adikku--selalu datang lewat mimpi yang berulang. Mimpi yang menakutkan dan selalu membuatku takut untuk tidur.
Juga, maaf karena membuat kalian kebingungan mencariku di hari itu. Sebenarnya, aku pergi ke kota untuk menemui Abeoji, untuk mengucap kalimat singkat seperti 'aku rindu padanya'. Namun, lelaki itu tidak ada di rumahnya. Kutanyakan kepada tetangganya dan katanya, Abeoji sudah pergi delapan bulan lalu. Benar-benar pergi dan tidak akan kembali lagi. Abeoji sudah meninggal dalam kecelakaan. Meninggalkan istrinya dan anak perempuannya yang adalah adik tiriku.
Sejak saat itu, aku tidak tahu lagi harus berbuat apa. Semuanya terasa kosong. Rasanya seperti bagian-bagian dari diriku dibawa pergi satu-persatu. Ibu, adik, dan abeoji, semuanya pergi dan meninggalkanku sendirian. Hidupku selama ini dibiarkan berjalan tanpa arah.
Ini adalah keputusan seorang pecundang dan sekali lagi maafkan aku karena selalu merepotkan kalian.
Jangan bersedih dan menangis, karena aku bukanlah orang yang pantas untuk kalian tangisi.
- Seokjin.
Kertas itu jatuh begitu Jungkook selesai membaca suratnya. Genangan air mata yang dihapusnya kembali datang dan jatuh dalam bentuk luruhan. Anak itu memangis lirih seraya mencengkeram erat bagian baju di daerah dadanya.
"Seharusnya kau membaginya kepada kami, Seokjin Hyung. Kami juga ... seharusnya kami bisa membuatmu bercerita kepada kami," lirihnya.
Anak itu terdiam sejenak. Berusaha untuk menarik napas panjang dan menghapus air matanya. Setelah merasa dirinya cukup tenang, ia berbalik untuk menatap Yoongi, lelaki selain Seokjin yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri.
"Ayo berkumpul bersama Hoseok Hyung dan yang lainnya," ucapnya lalu beranjak dengan secarik surat berisi tulisan tangan Seokjin dalam genggamannya.
Kau meminta kami untuk tidak banyak bersedih, Seokjin Hyung. Tapi bagaimana bisa?
Aku merasa buruk, karena telah menjadi seorang penakut dan membiarkanmu menahan semuanya sendirian selama ini. Jika saja aku lebih berani, akan kukatakan bahwa kau tidak harus menanggung rasa sakit itu sendirian, Hyung, dan tiga penderitaan itu, kau tidak perlu merasakannya. Kau punya aku untuk bercerita, kau punya kami untuk mengeluh. Jika saja aku bisa ... tapi nyatanya, semuanya sudah terlambat.
Kami gagal menjadi temanmu.
"Kau tahu, Yoongi Hyung?"
"Hm?"
"Ibu dan adik Seokjin Hyung, mereka berdua juga melompat di awal musim panas."
End
Udah selesai dan aku sendiri juga ngerasa cerita ini ngebut banget diselesaiin. Cerita ini banyaaak banget kurangnya dan mungkin aneh waktu dibaca, jadi maaf, yah ....
Kaget juga ada yang pencet tombol bintang buat cerita ini. Tapi, aku minta kalian pencet tombol bintang itu karena bener-bener nikmatin jalannya cerita yang absurd bin aneh ini, bukan karena rasa dipaksa atau apa ^^
Buat penjelas aja:
Yoongi datang ke desa di awal musim panas, terus ketemu sama Seokjin di pantai. Yoongi yang punya wajah mirip sama adik Seokjin membuat Seokjin menganggap Yoongi seperti adiknya sendiri. Terus ada Hoseok yang nggak suka sama kedatangan Yoongi di desa ini. Rasa nggak suka itu didasari sama khawatir kalau-kalau Seokjin ketemu sama Yoongi dan lepas kontrol--nganggap Yoongi sebagai adiknya.
Nah, jauuuh di bagian 13, Seokjin diceritain menghilang, yang ternyata tebakannya Taehyung benar--Seokjin pergi ke kota untuk ketemu sama ayahnya--diperjelas sama bagian terakhir ini. Tapi ternyata, ayah Seokjin sudah meninggal delapan bulan lalu dalam kecelakaan.
Ditinggal ibu, adik, ayah, pasti rasanya kosong, dong, dan di bagian 24, Seokjin diceritain nekat lompat dari tebing pantai. Terus, di bagian 25, Jungkook buka sedikit rahasia tentang awal musim panas.
Nah, kembali ke bagian 21, Hoseok pernah bilang kalau dia sebenarnya berterima kasih sama Yoongi, karena ketemu Seokjin di pantai waktu ... ???
Awal musim panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edge of Tomorrow ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Completed Libur musim panas tiba dan Yoongi memilih untuk menghabiskan liburannya di desa tempat kakeknya tinggal. Desa yang menjadi tempat dimulainya satu masalah rumit dalam delapan belas tahun sejarah hidupnya. Dirinya, l...