Bagaimana aku melewati hari kemarin? Entahlah, tetapi hari ini lebih penting untuk dicemaskan. Yang lalu biarlah berlalu. Saat ini jantungku rasanya berdetak tak karuan dan jujur kakiku agak bergetar sebenarnya. Bayangkan jika selama ini aku terjebak dalam keluarga kaya raya tapi sekarang lebih mencekam karena kini aku terjebak dalam keluarga siluman harimau. Kurang horror gimana lagi hidupku kawan?
Makan dengan ditemani pemandangan berupa harimau hidup yang terhalang sekat kaca seperti yang ditawarkan restauran bertema wild animals mungkin menarik. Namun, bagaimana jika face to face? Apalagi harimaunya itu lebih banyak serta sialnya mereka juga adalah siluman harimau? Sensasinya luar binasaaa mendebarkan. Terancam binasa beneran ini sih... Aaaaarrrggg!!!
Di meja besar ini kami... Eh, mereka terlihat menikmati makanannya sedangkan aku pura-pura makan. Pu-ra-pu-ra... Tolong digaris bawahi atau bold sekalian kalau perlu. Berusaha tetap tenang melihat mereka memakan daging yang bentuknya mirip steak. Masalahnya steak mana yang lupa dimasak dan masih berdarah-darah? Oh Tuhan!!! Itu belum seberapa karena mereka juga meminum cairan yang aku yakin 100% adalah darah dalam piala keemasan.
Sebagian dari mereka terlihat tenang bahkan beberapa malah acuh tak acuh. Namun, ada manusia berjenis kelamin perempuan... Eh, bukan manusia tepatnya tapi siluman perempuan yang menatapku tidak suka. Tampaknya aku harus meralat quote bahwa tidak semua orang akan menyukai kita walaupun kita berbuat baik sekalipun. Tapi kini harus ditambah tidak semua manusia akan menyukaimu apalagi siluman.
Tuhan tidak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan hambanya bukan? Namun, sepertinya ekspektasi-Nya terhadapku terlalu tinggi karena aku jauuuuuuh dari kata kuat. Kemampuan? Sejauh ini hanya kemampuan akademik yang bisa aku banggakan. Maka yang aku bisa kerjakan dengan baik adalah ujian akhir semester bukan ujian akhir hidup macam ini. Berada di tengah-tengah siluman plus manusia gaib yang bisa menghilang pastinya membuatku jiper seketika.
Kembali ke masalahku saat ini. Apa kalian penasaran apa yang aku makan? Daging mentah berdarah atau malah darah segar? Tidak dua-duanya karena aku harus puas makan bunga-bungaan. Sumpah, aku sudah mirip Almarhumah Susana saat berperan menjadi hantu atau siluman di film. Walau katanya di dunia nyata beliau juga ngemil bunga melati.
Tapi ini satu-satunya makanan yang bisa aku santap jika masih ingin mempertahankan wujud dan ingatanku sebagai manusia. Itulah yang disampaikan suamiku yang menyebalkan... Iya, kalian tidak salah dengar, kini aku memiliki SUAMI... Aaaaaarrrrggg. Nikah aja belum tiba-tiba punya suami, mana siluman lagi. Double kill nggak tuh?
Ingatanku kembali pada pembicaraannku dengannya di kamar. Aku sebenarnya sudah hopeless setelah dia mengatakan bahwa pintu ke duniaku sudah tertutup. Memang sih takdir itu ada di tangan Tuhan tapi tidak pernah aku membayangkan takdirku berjalan sebegini rumitnya. Bayangkan, dari miliaran manusia yang ada di dunia ini kenapa harus aku yang menjalani takdir macam ini?
Dibuang orang tua ☑
Hidup sebagai anak yatim piatu ☑
Cinta bertepuk sebelah tangan ☑
Terjebak di dunia siluman ☑
Lengkap sudah masalah dalam hidupku. Persoalan dunia saja sulit teratasi tetapi kini malah bertambah dengan masalah dunia lain. Rasanya ingin gila, namun ternyata tidak semudah itu karena gila mana mungkin direncanakan, akukan bukan aktris sinetron.
"JADI AKU TERKURUNG DI SINI SELAMANYA??? AAAARRRGGG... CESSA SIALAAAAAN!!!" teriakku setelah menyimpulkan ucapannya yang panjang kali lebar plus menyebalkan itu. Aku bahkan berdiri dan tentu membuat dia terlonjak kaget serta tak lupa menggeram ke arahku sekali lagi. Bodo amat! Gue sebel... sebel... sebeeeeeel!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lain Dunia (Tamat)
FantasyMembuka mata perlahan. Potongan-potongan ingatan bagai berkumpul melengkapi puzzle mengerikan tentang peristiwa kecelakaan yang kami alami tadi malam. Mobil menghantam pembatas jalan dan sepertinya terperosok ke semacam jurang hingga terhenti karena...