lima puluh satu | nʇɐs ɐɯᴉl ɥnlnd

5.6K 1K 124
                                    


Tidurku terganggu karena Puri tiba-tiba bergoncang. Mataku mengerjab pelan sambil mengumpulkan nyawaku yang tadi melanglang buana di alam mimpi. Sangking seringnya mengalami keadaan gempa bumi lokal ini, aku tidak lagi dilanda panik. Bisa karena terbiasa, iya kan?

Mempertahankan posisi tidurku yang miring. Jika dipikir-pikir posisi tidurku lebih sering miring dibanding terlentang. Agak menunduk untuk menatap sepasang tangan yang memeluk pinggangku erat. Dahiku mengernyit kala tak ada pergerakan padahal biasanya suami abal-abalku akan waspada dan bergegas pergi saat Puri bergoncang begini.

Aku yakin dia menyadari bahwa Puri ini sedang terancam. Diriku yang manusia saja terbangun, masa dia nggak bangun? Walau diriku tahu Abinawa itu tipe siluman yang malas pake banget.

Tetap diam bergeming dan aku rasakan kepala Abinawa makin menyusup ke rambutku. Benarkan tebakanku jika dia juga telah terbangun seperti diriku. Nggak mungkin juga ada yang masih bisa bobo tenang saat terjadi goncangan setara gempa 7 skala richter begini.

"Kenapa belum pergi sih, Abi?" tanyaku agak heran "Nggak usah pura-pura tidur deh!" lanjutku.

"Aku tidak akan pergi, Sera. Aku akan menjagamu di sini," jawabnya disertai kecupan di pundakku yang terbuka. For your information, selama di Puri ini diriku memang memakai kain yang dilitkan macam kemben.

"Nggak usah curi-curi kesempatan deh Abi!" tegurku sambil berusaha melepaskan pelukannya tak lupa menghadiahi sebuah cubitan di tangannya yang masih memelukku.

Sayangnya, Abinawa tidak terpengaruh akan protesku ataupun cubitanku. Siluman sengklek yang luar biasa mesum ini malah makin mengeratkan pelukannya padaku. Parahnya, sebelah kakinya kini menimpa badanku sehingga aku cosplay jadi guling hidup bagi Abinawa.

"ABIIIIII!!!" protesku.

"Suruh siapa kau harum sekali, istriku," jawabnya tentu disertai kecupan lagi di bahuku dan membuat bulu kudukku ikut meremang.

Aku bergerak-gerak tak nyaman "Harum dari Hong Kong! Aku bahkan belum mandi berhari-hari." Mencoba meraih bahu dengan telapak tanganku "Abi jangan cium-cium bahuku, geli. Jadi siluman mesum banget sih!"

"Di tempat ini memang tidak perlu mandi. Hmm... tapi kalau mau, aku bisa menemanimu mandi di pemandian. Sekarang tempat itu kosong karena Puri sedang bergoncang," balasnya tak mempedulikan protesku.

"Idiiiiiiiiiiiih... nggak usah macam-macam deh, Bi!" sergahku dan masih tetap berusaha melepaskan dekapan Abinawa.

"Dibilang macam-macam itu jika aku mengajakmu bersenggama. Kita hanya mandi, Sera."

"Sinting! Berarti kau benar-benar bisa masuk. Bukan seharusnya pria tidak bisa masuk ke sana karena tempat itu pemandian wanita." Aku benar-benar butuh konfirmasi darinya.

"Hmm."

"Kau pernah masuk ke sana dengan siapa?" tanyaku penasaran.

"Hahaha," bukannya menjawab Abi-ri-biri sialan ini malah tertawa ngakak.

"Abiiiiiii!" pekikku tak lupa aku menyikut perutnya dengan siku tanganku.

Kayaknya gue sebagai istri yang sering ngelakuin KDRT ke suami deh.

Abinawa membalik badanku sehingga aku dan dia kini berbaring berhadapan. Dia mengengam kedua tanganku. Tersenyum hangat padaku "Entah kenapa aku selalu senang jika melihatmu cemburu pa__"

Aku memotong perkataannya "Siapa yang cemburu, Abi? Aku cuma penasaran. Itu saja tidak lebih." Mataku melotot tak terima.

"Anggap aku percaya kata-katamu," balasnya dengan mimik wajah menahan geli.

Lain Dunia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang