Aku berharap readers Lain Dunia lebih budiman dibanding beberapa readers cerita sebelah.
PLEASE, STOP PLAGIAT!!!
Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain.
Belum bermanfaat nggak masalah asal jangan jadi PENJAHATcerita-KU boleh DIBACA tapi
DICURI jangan!
OKE!!!
(Ngerti Bahasa Indonesia kan, nggak perlu aku terjemahin?!)-----------------------------------------
Mataku mengerjap pelan dan yang pertama kali terlihat adalah dinding berwarna cream. Di sebelah kanan ada jendela yang tertutup gorden coklat tua. Tak ada suara di ruangan ini kecuali suara aneh yang aku rasa berasal dari alat medis.
Perlahan ingatan tentang mobil kami yang menabrak pembatas jalan hingga akhirnya terperosok jatuh muncul di kepalaku. Walau hanya sampai situ kenangan yang kuingat karena setelahnya aku hilang kesadaran. Kemungkinan besar sekarang aku berada di rumah sakit.
Alhamdulillah, diriku masih selamat dari kecelakaan mengerikan itu.
Segala sesuatu harus disyukuri.
Tanganku rasanya berat, ternyata ada seseorang yang menggenggam sekaligus merebahkan kepalanya di sana. Perlahan aku menggerakkan tanganku untuk menggenggamnya balik namun anehnya aku tidak punya tenaga guna melakukan niatku tadi. Alhasil, jariku hanya bisa bergerak-gerak pelan.
Sampai kapanpun aku tak bisa menjangkau Bumi. Pria ini bagai pelangi yang indah dipandang tapi tidak akan bisa disentuh apalagi dimiliki. Iya, ternyata ada Bumi yang sedang tertidur saat aku membuka mata. Walau hanya terlihat rambut dan punggung karena wajahnya memang terbenam di tanganku namun aku masih bisa mengenali sosoknya.
Entah harus senang atau malah sebaliknya. Bumi ada di sini artinya dia mengkhawatirkan aku bukan? Tetapi hatiku tetap menghangat melihatnya. Begini rasanya menjadi bucin sejati.
Tiba-tiba tubuh Bumi oleng sesaat, bahkan kursi yang didudukinya agak bergoyang tak stabil. Dia bangun gelagapan. Mataku masih mengawasi saat dia mengusap wajahnya kasar disertai deru napas yang agak memburu. Dia sepertinya mengalami mimpi buruk dalam tidurnya. Semisal mimpi jatuh ternyata badan kita jatuh beneran dari kasur.
Satu hal yang aku syukuri saat melihat Bumi yaitu tidak ada luka yang terlihat. Harus kuakui bahwa dia lebih beruntung dibandingkan diriku yang mesti dirawat begini. Aku akhirnya bisa bernapas lega... Eh tunggu, napasku... aku kesulitan bernapas.
Apa-apaan ini?
"SERA!!!" seru Bumi tiba-tiba dan terlihat shock saat menyadari diriku telah bangun.
1 Detik
2 Detik
3 Detik
4 Detik
5 Detik
Bukannya tersenyum bahagia, Bumi malah kelihatan ketakutan. Sumpah, aku ingin menampol kepalanya. Aku baru saja sadar dari pingsan dan berharap di elus-elus sayang, eh malah dipelototi macam melihat hantu.
Apa jangan-jangan mukaku hancur karena kecelakaan?
Muka cantik plus kece aja nggak laku-laku selama ini, apalagi hancur plus banyak bekas luka, hiks.
"Tenang ambil napasnya. Gue panggil dokter!" ucapnya sambil bangkit berdiri.
Walaupun terlambat tapi mungkin akhirnya dia sadar bahwa aku tidak bisa bernapas normal apalagi berbicara karena ada selang yang rasanya menganjal mulut hingga tenggorokanku. Sumpah, aku kesulitan bernapas. Normalnya, saat bernafas itu hidung akan menghirup udara sedangkan air liur akan tertelan oleh tenggorokan. Namun, dengan alat entah apa yang dipasangkan dokter padaku ini, membuat aku nyaris kesulitan menelan air liurku sendiri. Rasanya seakan bernapas dalam air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lain Dunia (Tamat)
FantasyMembuka mata perlahan. Potongan-potongan ingatan bagai berkumpul melengkapi puzzle mengerikan tentang peristiwa kecelakaan yang kami alami tadi malam. Mobil menghantam pembatas jalan dan sepertinya terperosok ke semacam jurang hingga terhenti karena...