ᮞᮨᮜᮙᮒ᮪ ᮙᮨᮙ᮪ᮘᮎArtinya...
(Kamu nanyak?)
😂Artinya : Selamat membaca
---------------------------------------
"Bip... bip... bip..." suara mesin elektrokardiograf yang tiba-tiba makin cepat membuat aku terperanjat kaget karena sepertinya barusan diriku tertidur sesaat.
Bergerak gesit menekan tombol untuk meminta bantuan perawat atau dokter. Bahkan menekannya berkali-kali karena aku takut terjadi hal tidak-tidak pada pasien yang telah tertidur tiga bulan tujuh hari ini. Iya, aku menghitung waktu yang telah berlalu. Berdoa dalam hati dan berharap dia tidak menyerah untuk hidup.
"Sera... please jangan tinggalin gue!" pintaku lirih sambil menggenggam erat sebelah tangan pasien yang telah didiagnosis mengalami situasi darurat medis yaitu koma.
Tak lama beberapa orang suster masuk ruangan dengan agak tergesa. Salah satu suster berkata, "Bapak sebaiknya tunggu di luar dulu!"
Bergerak mundur dan tentu melepaskan genggaman tanganku walau sebenarnya diriku enggan. Aku tahu bahwa keberadaanku justru akan mengganggu tugas mereka yang sekarang terlihat memeriksa kondisi Sera. Di depan pintu aku berpapasan dengan dr. Kemal yaitu salah satu dokter yang merawat Sera.
"Om, Sera___" ucapku bingung.
Pria setengah baya itu menepuk bahuku pelan. "Berdoa, Bumi!" ucapnya lalu memasuki ruangan. Mataku menatapnya hingga pintu benar-benar tertutup.
Aku baru akan berbalik badan namun, "Tiiiiiiiiiiiiit," tak lama suara yang paling aku takutkan selama ini akhirnya terdengar dan tentu membuatku membatu di tempat. Tanganku otomatis mengenggam erat pegangan pintu yang memang telah tertutup.
Dari sekat kaca yang tidak terlalu lebar mataku menatap tubuh Sera yang beberapa kali terlonjak pelan saat dokter menggunakan defiblillator—alat untuk memberikan kejutan listrik dengan tujuan mengembalikan irama detak jantung—karena sepertinya dia mengalami henti jantung. Rasanya napasku ikut tersangkut di tenggorokan. Dia yang tertidur tetapi aku yang dibuatnya tak berdaya.
Gamang... satu kata itu dapat mewakili perasaanku saat ini. Tidak adilkan jika putri tidur itu pergi tanpa mau melihat pangerannya terlebih dahulu. Sayangnya ciumanku tidak juga membangunkan dari tidur panjangnya.
Iya, minggu lalu aku iseng aku menciumnya walau hanya di pipi. Hal tidak logis yang membuat aku tampak tolol namun anehnya diriku tak menyesal telah melakukannya. Kebetulan aku memang sedang menjaganya seorang diri. Saat itu, aku berharap seperti adegan di film kartun, di mana sang putri bisa terbangun dari tidur panjangnya. Sera memang bukan putri raja tetapi dia putri di hatiku.
Keinginan hati mencium bibirnya tetapi selama dua minggu ini Sera menggunakan alat bantu napas jadi mustahil. Alat itu dipasang karena dokter bilang laju napas Sera agak terganggu. Setelah dirasa bisa stabil maka ventilator itu akan dicabut kembali. Sayangnya hingga sekarang Sera masih menggunakannya.
Sebenarnya aku takut saat Sera harus dipasang ventilator. Aku khawatir ini pertanda bahwa kondisinya semakin melemah. Curiga dia akan menyerah untuk hidup. Namun, diriku tidak berani berucap. Kata-kata adalah doa, maka berkatalah yang baik-baik. Aku selalu berharap dia kembali sehat. Kenyataannya banyak pasien koma yang kembali sadar dan semoga Sera menjadi salah satunya.
Mundur ke belakang karena merasa tidak sanggup menyaksikan lebih jauh lagi. Berdiri menyilangkan kaki sambil bersandar di dinding. Tanganku terangkat guna menyugar rambut. Khawatir, frustrasi, sedih, takut bercampur menjadi satu mengaduk perasaanku yang memang sudah kacau. Mataku terpejam lalu merapalkan doa di dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lain Dunia (Tamat)
FantasyMembuka mata perlahan. Potongan-potongan ingatan bagai berkumpul melengkapi puzzle mengerikan tentang peristiwa kecelakaan yang kami alami tadi malam. Mobil menghantam pembatas jalan dan sepertinya terperosok ke semacam jurang hingga terhenti karena...