Chapter 16
"Jae, bangun!" Menggunakan kedua tangan, Yunho mengguncang bahu kliennya, "Bangun, Jae!" Ulangnya saat tak juga mendapat respon.
Setelah diusir Yunho memang pergi dari hadapan Jaejoong, tapi bukan berarti dia benar-benar meninggalkan rooftop. Yunho hanya memilih untuk berdiri di sisi dinding yang gelap di dekat tangga hingga Jaejoong tidak menyadari keberadaannya. Ini adalah tempat yang sama, tempat dimana dulu dia pernah mengawasi Jaejoong secara diam-diam. Tempat dimana dia pernah menyaksikan sang artis menangis.
Meski Jaejoong mengusirnya dengan kasar, Yunho memutuskan untuk tetap menjaga kliennya yang tengah mabuk. Lagipula pergi menjauh dari Jaejoong hanya akan membuatnya tersiksa karena khawatir. Hatinya lebih tenang bila Jaejoong masih berada dalam jangkauan pandangannya.
Mata musangnya tak pernah lepas dari Jaejoong yang terus menuangkan minuman dari botol kaca ke dalam gelasnya. Dia khawatir jika kliennya itu nanti beranjak dan menuruni tangga. Hal ini jelas berbahaya untuk Jaejoong yang sedang mabuk. Udara dingin yang menggigitpun Yunho abaikan. Dia hanya mengenakan piyama hijau polosnya, tanpa sempat mengambil jaket. Kakinya tetap bertahan meski sudah berdiri lebih dari satu jam.
Melihat tubuh Jaejoong tidak bergerak lagi, barulah Yunho menghampiri sang artis yang tampak terpekur dengan kepala telungkup di meja.
"Jae, bangun! Ayo pindah, disini dingin" Katanya lagi dan tetap tidak ada reaksi.
Tatapan Yunho beralih pada tiga botol whiskey di atas meja yang sudah kosong, Sepertinya dia benar-benar mabuk!
Melihat tidak ada tanda-tanda Jaejoong akan bangun, Yunho merengkuh tubuh sang artis dan membawanya dalam gendongan. Kakinya melangkah hati-hati saat menuruni tangga.
"Dia kenapa, Yunho?" Hangeng berlari meninggalkan minuman coklatnya di meja saat Yunho melintas di depan dapur.
"Tidak apa-apa, Jaejoong sudah tidur dan dia benar-benar mabuk"
Tanpa dikomando, Hangeng bergegas mendahului Yunho untuk membantu membukakan pintu kamar.
Vanilla . . . aroma itulah yang pertama menyambut ketika Yunho masuk ke dalam kamar. Ya, ini pertama kalinya sang bodyguard masuk ke dalam kamar kliennya yang ternyata sangat mewah.
Dengan hati-hati Yunho membaringkan Jaejoong yang langsung terkulai lemas di ranjang, lalu menyelimuti mulai dari dada sampai ujung kaki menggunakan selimut putih yang semula terlipat rapi di ujung spring bed.
"Aku akan membuat susu dulu" Kata Hangeng, "Setidaknya waktu Jaejoong bangun nanti, sudah ada susu yang bisa membantu mengatasi rasa pengarnya"
Sepeninggal Hangeng, sepasang mata musang itu menatap Jaejoong lekat-lekat. Bayangan Jaejoong yang rapuh, membuatnya tidak bisa menahan diri lagi. Satu tangannya bergerak mengelus kepala Jaejoong yang sudah memasuki alam mimpi.
Yunho mengerti, nyaris dilecehkan adalah pengalaman yang tidak mudah untuk dilupakan. Meski sekarang dia juga menyentuh kliennya tanpa ijin, tapi Yunho menolak disamakan dengan Taecyeon. Karena saat ini jelas tidak ada nafsu bejat yang terlibat. Dia hanya ingin mengungkapkan rasa . . . rasa sayangnya . . .
Banyak hal baru yang Yunho rasakan, yang selama ini tidak pernah dia rasakan pada kliennya yang lain. Dia selalu peduli pada semua kliennya, tapi belum pernah sampai sepeduli ini. Bahkan belum pernah mempunyai rasa sayang seperti pada Jaejoong.
Saat berkata akan menjaga Jaejoong dengan nyawanya, Yunho sadar itu memang tugasnya sebagai bodyguard. Tapi terhadap Jaejoong dia mengatakan hal itu bukan karena tugas semata, kalimat itu benar-benar keluar dari hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIM JAEJOONG'S BODYGUARD
Fanfiction[Yunjae Fanfiction] Jung Yunho begitu mencintai pekerjaannya sebagai bodyguard. Dia dihormati oleh klien-kliennya dan mengantongi bayaran tinggi. Meski hubungannya dengan sang ayah tidak begitu baik, tapi Yunho cukup menikmati hidupnya yang tenang. ...