Chapter 11
Pintu kamar mandi terbuka, Yunho melangkah keluar dengan tubuh hanya tertutup handuk putih melilit dipinggang menjuntai hingga sebatas lututnya, dan langsung berjalan menuju lemari dua pintunya.
Mata musangnya bergerilya mengamati isi lemari, sebelum Yunho memutuskan pakaian mana yang akan ia kenakan. Setelah beberapa saat, dia memilih kemeja hijau muda, blazer dan celana panjang dengan warna senada dengan kemejanya. Warna hijau yang lembut, sesuai dengan suasana pagi yang cerah.
Ketika tangannya mulai bergerak untuk mengancingkan kemeja, Yunho tiba tiba tersadar, kalau ada sesuatu yang kurang. Ada sesuatu yang terlewatkan.
Pagi ini kamarnya terasa sepi, tidak ada dering ponsel yang terdengar!
Masih dengan kemeja yang belum sempat dikancingkan, Yunho mengambil ponselnya di atas nakas.
Pagi ini tidak ada telepon? Gumam Yunho setelah melihat layar ponselnya, Jaejoong tidak meneleponku?
Biasanya, setiap pagi Jaejoong akan menelepon untuk memeriksa apakah dirinya sudah bangun atau belum, dan tidak bosan-bosannya mengingatkan agar Yunho tidak membuat sang artis terlambat. Hal ini sudah menjadi rutinitas, bahkan sudah berlangsung sejak hari pertama Yunho bekerja.
Di awal-awal, memang Yunho merasa kesal setiap menerima telepon Jaejoong di pagi hari. Dia merasa diperlakukan seperti bocah yang harus dibangunkan dan selalu diingatkan pada tugasnya. Tapi lama - lama dia terbiasa. Dan pagi ini, saat Jaejoong tidak menelepon, Yunho justru merasa ada sesuatu yang kurang.
Tiba-tiba dia teringat pada kejadian kemarin malam, apa luka Jaejoong infeksi? Apa hari ini dia demam?
Pemikiran terakhir itu, selanjutnya menjadi alasan Yunho untuk bergerak lebih cepat dalam mengancingkan baju, menyisir rambut, menyemprotkan parfum, mengambil ponsel juga dompet dan terakhir, dia melemparkan handuk bekas pakai ke keranjang cucian sebelum keluar dari kamarnya.
Semua Yunho lakukan dengan terburu buru karena ingin segera memastikan kondisi kliennya. Dan rasa khawatirnya mereda begitu kakinya mencapai meja makan. Dia bisa melihat wajah kliennya yang tampak segar dan tidak terlihat pucat.
"Selamat pagi" Yunho tetap menyapa meski selama ini Jaejoong tidak pernah membalas sapaannya.
"Pagi" Balas Jaejoong sambil memindahkan daging ke piring dengan tangan kirinya.
Terhenyak, Yunho merasa ada yang berbeda dengan paginya. Dia tidak mengira jika Jaejoong akan membalas sapaannya. Dan juga selama ini Jaejoong tidak pernah menganggap keberadaannya di meja makan. Dia selalu dianggap angin lalu.
Tapi pagi ini, bukan hanya menatap, Jaejoong bahkan berhenti sejenak dari mengambil daging di lodor hanya untuk melihat ke arahnya. Sepertinya Jaejoong tidak lagi memandang dirinya sebagai serangga yang mengganggu, seperti hari hari yang lalu.
"Apa kau baik-baik saja?" Yunho bertanya untuk meyakinkan, "Apa pagi ini kau merasa tidak enak badan atau demam?"
Seraya menatap bodyguard yang duduk di depannya, Jaejoong menggelengkan kepala, "Tidak ada demam, aku baik-baik saja" Usai menjawab, tatapan Jaejoong turun ke arah piringnya lalu mulai memotong dagingnya.
Mendengar itu, Yunho merasa lega. Namun kemudian perhatiannya jatuh pada Jaejoong yang tampak kesulitan memotong daging hanya dengan satu tangan. Yunho memutuskan untuk berdiri dan menghampiri Jaejoong yang justru menatap bingung saat sang bodyguard sudah berdiri di sampingnya. Mau apa dia? pikir Jaejoong.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIM JAEJOONG'S BODYGUARD
Fanfiction[Yunjae Fanfiction] Jung Yunho begitu mencintai pekerjaannya sebagai bodyguard. Dia dihormati oleh klien-kliennya dan mengantongi bayaran tinggi. Meski hubungannya dengan sang ayah tidak begitu baik, tapi Yunho cukup menikmati hidupnya yang tenang. ...