Berita tentang meninggalnya Akram, anak Rayya memanglah sangat menyakitkan. Perempuan itu terpuruk dalam kesedihannya selama beberapa waktu terakhir. Pekerjaannya terbengkalai, suami yang sangat ia cintai pun tidak ia rawat.
Rasa sakit yang ia rasakan begitu memilukan sehingga ia melupakan suatu hakikat yang pasti bahwa setiap yang bernyawa akan kembali kepada sang pencipta. Dan kematian adalah takdir yang tidak bisa diubah dengan doa sekalipun.
Rayya merasa bahwa hanya ialah yang merasa sangat kehilangan karena selama ini ikatan batin antara Ibu dan Anak itu sudah terjalin lebih dahulu sejak di dalam kandungan Padahal Rafa pun sama kehilangannya. Ia kehilangan Akram bahkan juga kehilangan Rayya.
Kata cerai yang selalu terucap dari mulut Rayya seperti sebuah kata terakhir yang bisa ia ucapkan. Rasa bersalah sering kali ia rasakan, Ia telah gagal menjadi seorang suami bagi sang istri.
Andai saat itu Rafa menyelamatkan putranya, ia tidak akan merasa sesakit ini.
Dengan terus bersama Rafa, rasa bersalah dan menyesal terus menerus hinggap dalam diri perempuan itu. Kata maaf yang terlontar dari mulut Rafa mental begitu saja. Sebesar apapun usaha Rafa untuk bertahan, Rayya sudah membulatkan tekadnya untuk berpisah dengan lelaki itu.
Sampai akhirnya Rafa menyerah dan meminta kesempatannya yang terakhir. Ia meminta waktu untuk berserah akan jalan terbaik mana yang harus mereka lakukan.
Waktu terus berlalu, hati Rayya tak juga melunak. Perempuan itu masih merasa menyesal setiap kali melihat Rafa. Hingga suatu malam ia mengingat kejadian itu, hatinya teriris sedih. Menangis sepanjang hari hingga malam menjelang. Malam dimana Rafa menemukannya meringkuk di dapur.
Malam itu ia tidak benar-benar tertidur. Ketika suara isak tangis Rafa terdengar, matanya terbangun. Mata sayu Rayya melihat sang suami bersimpuh di atas sajadah dengan tangisan pilu. Rayya ikut terisak dalam di diamnya.
Sadar bahwa selama ini bukan hanya dia yang menderita. Tapi suaminya pun ikut menderita seperti apa yang ia rasakan.
Dengan melihat kejadian itu hati Rayya sedikit meluluh. Kekuasaan Tuhan begitu besar dalam membolak-balikan hati manusia.
Satu minggu berjalan dengan cepat, sedikit demi sedikit Rayya berusaha untuk bangkit dan berserah diri kepada sang pencipta. Meminta keikhlasan untuk dirinya agar tidak terus menerus di selimuti oleh perasaan bersalah.
Rayya sadar ia tidak boleh terlalu egois karena menganggap Rafa tak menyelamatkan buah hati mereka. Bagaimana pun Rafa adalah ayahnya. Ia pasti berusaha melakukan apapun yang terbaik agar mereka berdua selamat meskipun pada akhirnya Tuhan lebih sayang pada bayi mungil yang belum sempat merasakan kehidupan dunia seperti apa.
Keputusan Rayya sudah bulat, ia akan mencoba kesempatan kedua dan memulai semuanya dari awal lagi. Ia memutuskan untuk berbicara dengan Rafa malam ini.
Suara deru mobil Rafa sudah terdengar di pekarangan rumah, senyum merakah muncul di bibir Rayya. Perempuan itu lekas keluar kamar dan menyambut suaminya di ruang keluarga.
Matanya berbinar ketika sosok Rafa muncul di balik pintu, tak lupa dengan senyuman yang selalu merekah di wajahnya.
Rafa agak lunglai begitu akan duduk di sebelahnya. Ketika melihat wajah sang suami dari dekat hati Rayya terenyuh. Wajah Rafa menirus, kantung matanya menghitam, wajah kelelahan yang sangat tercetak jelas.
Ya allah, apa yang telah ia lakukan.
Rafa menghela napas kemudian tersenyum ketika menatapnya.
"Ada yang mau aku bicarakan." ucap Rafa membuka perbincangan di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
At The Time - [ Love Series 2 ]
RomanceAkan ada waktu dimana aku benar-benar lelah dan menyerah untuk kamu. Dan jika waktu itu telah tiba, jangan sesali apa yang sudah terjadi. Percayalah, aku akan selalu mencintaimu. Kapan dan dimanapun aku berada. - Zaretta Rayya Fazhiya - Akan ada wa...