Chapter 15 : Sad Moment 2

11.6K 1K 57
                                    

[ Rafa - POV ]

Aku memejamkan mata sambil meregangkan otot-otot tubuh yang pegal. Seharian ini tenaga dan pikiranku terkuras habis oleh pekerjaan yang menumpuk. Semua harus ku kerjakan sendiri karena Azur sedang sibuk meeting dengan client di luar.

Aku sengaja menyuruhnya menggantikan tugasku karena sejak tadi pagi aku merasa kurang enak badan. Baru masuk ruanganku saja perutku sudah memberontak. Semua sarapan yang ku makan keluar semua.

Aku memijit pelipis ketika waktu adzan maghrib berkumandang. Aku segera beranjak menuju masjid dekat kantor. Dua puluh menit kemudian aku kembali ke kantor. Keaadan kantor masih ramai karena hari ini beberapa pegawai lembur.

Aku mengerutkan kening begitu pintu ruanganku terbuka. Di hadapan meja kerjaku seorang wanita berdiri dengan memegang sesuatu di tangannya.

Aku segera menarik tangan wanita itu, mataku terbelak melihatnya ada disini.

"Hai, Rafa."

"Teressa?" gumamku lalu menghentakan lengannya. "Mau apa kamu disini?"

Tatapanku beralih pada benda yang di pegangnya. Aku segera merebut figura foto pernikahanku dengan Rayya.

"Kamu sudah menikah? Yaampun, dengan perempuan seperti dia?" ejeknya membuatku menatapnya tajam.

Apa maksudnya? Dia mengejek Rayya?

"Kalau tidak ada urusan apa-apa lebih baik anda keluar, saya masih banyak pekerjaan," ucapku formal terkesan datar.

Teressa tersenyum, bukannya keluar dia malah duduk. "Aku kesini untuk pekerjaan. Apa sekretaris cantikmu itu tidak memberitahu bahwa aku ingin meeting di kantormu?"

Belum sempat menjawab, pintu ruanganku tiba-tiba di ketuk. Azura masuk dengan membawa beberapa kertas. Ia memandangku dengan raut bersalah.

"Maaf Pak, Bu Teressa yang memaksa ingin meeting di kantor."

"Aku tidak memaksa," elak Teressa ketus.

Azura menatap Teressa acuh, "Maaf, tapi anda memang memaksa. Perlu saya perlihatkan buktinya?"

Aku memijat pelipis, tak mengerti dengan pembicaraan kedua wanita di hadapanku ini. "Cukup, kita mulai saja meetingnya," ucapku tegas.

==::::==

Waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam. Tubuhku sudah pegal dan letih. Kantor pun sudah sepi dan gelap. Aku berjalan juntai ke arah mobil.

Dari kejauhan, aku menatap sesuatu yang janggal dalam mobilku itu. Ada sesosok perempuan yang duduk di kursi samping pengemudi. Aku memperjelas penglihatanku dan ternyata ada Teressa disana.

"Kamu ngapain di mobilku?" tanyaku setelah membuka pintu mobil.

"Tolong antarkan aku pulang," ucapnya sambil tersenyum manis.

Aku berdecak, "Nggak bisa. Aku cape, istriku sudah menunggu di rumah."

Raut wajah Teressa berubah muram ketika aku membahas istriku. "Biar saja menunggu, apa peduliku."

Aku terbelak, apa katanya tadi? Aku menarik lengannya agar keluar tapi Teressa malah memberontak dia mendorongku kemudian menutup pintu mobil. Dia menahan pintu agar aku tak bisa membukanya.

Cik. Kekanakan sekali.

Aku menghela napas, lalu berjalan menuju kursi mengemudi. Teressa tersenyum manis begitu mobil melaju memecah jalanan.

"Sekarang turun."

"Ko disini?" protesnya membuatku menggeram. Sudah untung aku antar.

"Rumahmu tidak jauh dari sini," ucapku datar.

At The Time - [ Love Series 2 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang