Chapter 16 : Sampai Kapan?

12.8K 1.1K 77
                                    

[ Rayya - POV ]

Sejak malam itu, Rafa terkesan menjaga jarak lagi denganku. Setelah dia memelukku, sikapnya kembali seperti dulu. Aku kecewa, tentu saja. Seharusnya Rafa menjelaskan semuanya. Seharusnya Rafa mengatakan tentang perasaannya.

Meski masih tetap baik, aku sangat merasakan perubahannya. Aku termenung tak mengerti, Rafa itu hobi sekali berubah. Sikapnya itu sangat labil membuatku bingung.

Hooekk... hoekk

Lamunanku terhenti begitu aku mendengar suara Rafa di dalam kamar mandi. Aku beranjak kemudian membuka pintu kamar mandi. Disana Rafa sedang membungkuk sambil memuntahkan sesuatu.

Aku mendekat, berniat membantu Rafa. Tapi ketika tanganku baru menyentuh tengkuknya Rafa menjauh.

"Jangan mendekat," ucapnya lirih lalu kembali membungkuk.

Aku mendesah kasar, tak peduli dengan ucapannya aku mengurut tengkuknya. Aku melihat tidak ada apapun yang keluar dari mulutnya.

Rafa kenapa?

Apa dia sakit?

Rafa membasuh wajahnya, ia menatapku sayu. Ternyata muntahnya itu membuat tubuhnya lemah.

"Kamu sakit?" tanyaku di balasan gelengan olehnya.

"Atau butuh sesuatu?" Rafa menggeleng lagi, tanpa berkata apa-apa dia berjalan meninggalkanku.

Di atas tempat tidur Rafa memejamkan mata seraya mengurut keningnya. Aku berdecak, lelaki itu sedang tidak baik-baik saja.

"Hari ini lebih baik kamu nggak usah kerja. Kamu sakit."

Rafa membuka matanya, "Nggak bisa, pekerjaanku nggak bisa di tinggal."

"Tapi kondisi kamu nggak memungkinkan."

Rafa menghela napasnya, "Udah biasa kok, aku sering muntah-muntah juga waktu di kantor."

Aku terbelak. "Ko bisa? Tuh kan berarti kondisi kamu lagi nggak fit."

"Udah deh, Ya, kamu jangan so perhatian gini. Aku tuh baik-baik aja," ucapnya ketus kemudian beranjak ke arah lemari. Mengambil kemeja berwarna dan tas kerjanya.

Sementara aku hanya bisa diam di tempatku berdiri. Apa katanya tadi, so perhatian? Aku berdecak kesal. Bagaimana mungkin dia bisa menyimpulkan bahwa aku so perhatian.
Aku mengeram kesal, pagi-pagi begini sudah di buat kesal olehnya.

==::::==

Aku berdecak kesal mendengar ponselku yang berbunyi nyaring entah untuk keberapa kalinya. Tak mengertikah jika sang penerima telepon sedang sibuk.

Arrrghh..

Sudah kukatakan bukan kalau akhir-akhir ini moodku sangat labil. Kadang aku bisa marah atau menangis tanpa sebab atau bahkan karena hal sepele. Seperti hari ini, hanya karena ponselku yang berdering terus aku mengeram marah.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, Rayya kamu sibuk nggak?"

Aku menyerngit mendengar suaranya. Aku menjauhkan ponsel untuk melihat siapa meneleponku sebanyak tujuh kali.

"Ada apa Rafa?"

"Bisa nggak kamu ke kantorku sambil membawa map yang ada di meja kerjaku."

"Tapi aku nggak lagi di rumah Rafa. Aku di butik."

"Yah, kamu pulang dulu ya. Soalnya aku tanggung banget kalau pulang."

Aku menghela napas kasar.

At The Time - [ Love Series 2 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang