Rayya berdiri mematung melihat gundukan tanah di hadapannya. Papan nisan itu bertuliskan nama Muhammad Akram Ziyad bin F. Rafathar.
"Raf kenapa kita kesini?" Tanya Rayya lirih.
Rafa menatap istrinya sendu. "Kenapa di papan itu ada nama kamu? Nggak mungkin kan Raf?" Tanya Rayya lagi seraya tubuhnya meluruh perlahan. Pikiran negative langsung menyerang kala ia ingat tujuan mereka adalah untuk menemui anaknya.
Rafa yang sigap langsung memeluk tubuh istrinya. Mengusap punggungnya dan air mata pun lolos juga di wajahnya.
"Akram putra kita sayang. Kita sayang Akram tapi Allah lebih sayang dia."
Tangis Rayya pun pecah. Tangan lemahnya memukul dada Rafa. "NGGAK! KAMU BOHONG RAF. ANAK AKU MASIH ADA." ucapnya tak terima.
"Ikhlas ya sayang.."
Rayya terus menangis, tanpa sadar ia mendorong tubuh Rafa untuk menjauhi suaminya itu sehingga Rafa merasa sedih. Tapi ia paham, bagaimana pun ikatan ibu dan bayi dalam kandungan itu sangat kuat. Tujuh bulan lamanya Rayya mengandung tapi tak sedetikpun ia melihat anaknya sendiri.
"Ya allah..." Rayya berucap pilu.
Kesedihan yang sangat pilu ia rasakan. Ia tidak sanggup. Allah.. kenapa engkau beri cobaan seperti ini.
Rafa ingin menarik Rayya ke dalam pelukannya namun segera di tepis oleh istrinya itu.
"Seharusnya kamu selamatkan anak kita, bukan aku." Ucapnya pelan.
Sorot matanya begitu kecewa ketika menatap Rafa. "Seharusnya kamu perjuangankan anak kita. Kamu egois Rafa."
Ya, Rafa sadar bahwa ia egois. Tapi Rafa juga tidak bisa melepas Rayya. Rafa terlalu banyak menyakiti wanitanya dan ia harus membayar itu semua dengan kebahagian.
"Kalo kamu mempertahankan aku hanya agar membuatku bahagia kamu salah."
Seakan tau apa yang Rafa pikirkan, Rayya mengeluarkan argumennya.
"Maaf.. maaf aku egois." Lirih Rafa pasrah.
Lelaki itu pasrah. Namun ia tetap membawa Rayya ke dalam pelukannya. Meski Rayya meronta-ronta, kelamaan wanita itu terdiam. Menangis pilu di pelukan suaminya.
Saat ini hanya Rafa yang menguatkannya.
Setelah ini apa yang harus ia lakukan?
Bertahan ataukah pergi?
***
Selama perjalanan pulang, mereka tak lagi bertegur sapa. Tidak ada sepatah kata pun yang terucap dari mulut Rayya. Setiap perkataan Rafa, di abaikan olehnya.
Pikiran Rayya begitu kalut.
Putranya meninggal ketika ia belum sempat melihatnya.
Ya allah, salah apakah dia. Kenapa engkau bukannya menggambilku. Mengapa engkau membiarkan bayi tidak berdosa itu tidak sempat menghirup napasnya di dunia. Melihat keindahkan dunia.
Perlahan air mata kembali mengalir dari wajahnya yang sembab.
Rafa meraih tangan Rayya, "Turun yu, udah sampai."
Rayya segera melepas tangan suaminya. "Untuk sementara aku tidak akan tinggal bersamamu."
Raut wajah Rafa berubah sendu. "Sayang, tolong ya untuk hari ini kamu istirahat disini dulu sudah malam."
Rayya tak bergeming, namun ia segera berlalu memasuki rumah. Meninggalkan suaminya yang menahan tangis.
Lihatlah, akibat keegoisanmu itu Rafa.
Rafa menyusul masuk mengikuti Rayya. Setelah selesai membersihkan tubuhnya, ia membuat makanan untuk makan malam. Dua porsi nasi goreng kesukaan Rayya semasa hamil sudah tersaji di meja makan.
Rafa mencari Rayya di kamar, namun ia tidak menemukan siapapun. Rafa berpindah mencari ke kamar calon putra mereka. Nafas Raffa berhembus lega ketika melihat wanitanya berbaring sambil memeluk selimut bayi berwarna biru.
"Sayang, makan dulu yu." Ucap Rafa seraya mengusap lengan Rayya.
"Jangan sentuh aku Raf."
Rafa tersentak atas ucapan dingin Rayya. Hati nya terasa di hantam batu yang sangat besar. Sakit dan sesak rasanya. Selama ini ia mengenal sifat lemah lembur Rayya. Dan kini, ia telah mengubah wanita lembut itu menjadi wanita dingin tak tersentuh.
"Maaf jika aku egois. Maafkan aku Rayya. Apa yang bisa kulakukan agar kamu memaafkanku. Aku terlalu menyesal karna bersikap buruk padamu dulu sehingga aku lebih memilih menyelamatkanmu. Aku pecundang. Aku bukannya tidak sayang dengan anak kita. Aku pun sama sakitnya sepertimu. Aku pun tak terima dengan semua yang terjadi. Tapi aku ikhlas. Allah mempunyai rencana yang baik di balik ini semua. Aku mohon maafkan aku."
Rayya terisak mendengar permintaan maaf Rafa.
"Kalau begitu ceraikan aku."
==#==
Welcome back guyss !!
Semoga feelnya masih dapat yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
At The Time - [ Love Series 2 ]
RomansaAkan ada waktu dimana aku benar-benar lelah dan menyerah untuk kamu. Dan jika waktu itu telah tiba, jangan sesali apa yang sudah terjadi. Percayalah, aku akan selalu mencintaimu. Kapan dan dimanapun aku berada. - Zaretta Rayya Fazhiya - Akan ada wa...