[ Rayya - POV ]
Kesempatan. Satu kata dengan banyak makna di balik kata itu. Sekarang, demi calon bayiku dan Rafa, aku memberikan satu kesempatan untuk Rafa berubah.
Awalnya aku memang sudah lelah menunggu. Terlihat hingga kemarin sebelum aku mengetahui bahwa ada janin yang tumbuh di rahimku, Rafa tidak ada keinginan untuk berusaha menepis perasaannya pada sahabatku.
Aku mengerti bahwa menghapus perasaan itu sulit, tapi setidaknya Rafa bisa berubah menghilangkan perasaan itu dan belajar untuk menerimaku di hatinya.
Setelah aku tau bahwa aku hamil, aku berpikir kembali. Jika aku menyerah dan pergi dari Rafa, kasihan anakku kelak. Di dunia ini aku sudah tidak memiliki siapapun lagi. Kedua orang tuaku sudah meninggal sejak lama dan aku tidak mengetahui dimana keberadaan kerabat Ayah dan Ibu.
Maka dari itu aku tidak ingin egois, meski aku yakin aku bisa merawat anakku tapi aki tidak ingin ia kehilangan kasih sayang kedua orang tuanya sejak bayi. Aku tidak ingin anakku kurang lengkap dalam mendapatkan kasih sayang orang tuanya.
Malam ini aku sudah bertekad untuk membuat diriku egois. Setelah aku mengajaknya untuk melakukan hubungan suami istri sebelum aku mengatakan keinginanku, Rafa tampak bahagia.
Aku tau, kebahagian yang di rasakannya itu benar adanya. Bukan suatu kebahagiaan yang penuh kepalsuan.
"Rafa..." panggilku dan Rafa berdehem sebagai jawaban.
"Ada yang mau aku bicarakan."
"Ada apa?"
"Maaf kalau pembicaraanku nanti membuatmu tersinggung," aku menjauhkan tubuhku dari pelukannya. Mataku menatap matanya dalam dan lekat. Seakan tak ada objek lain yang bisa ku lihat selain mata coklatnya.
"Aku ingin meminta satu hal padamu. Jika kamu belum bisa membuka hatimu untuk mencintaiku, aku mohon cintai aku demi bayi kita. Aku ingin bersikap egois, aku ingin kamu selalu memperhatikanku, aku ingin kamu melihatku sebagai istrimu, aku ingin kamu menjadi suami yang sangat mencintai istrinya. Jika kamu belum bisa melakukannya dengan tulus, aku mohon lakukanlah demi bayi kita. Lakukanlah demi diriku. Aku takut terjadi sesuatu padaku yang membuatku menyesal karena tak bersikap egois. Setidaknya hanya sampai bayi kita lahir. Hanya sampai sembilan bulan kedepan, aku mohon turutilah permintaanku."
Permintaan yang sangat aneh memang. Tak ada satu orang perempuan pun di dunia ini yang ingin merasakan cinta karena settingan. Tapi aku ingin melakukannya karena aku takut semuanya terlambat. Aku takut tak bisa merasakan menjadi seorang istri yang dicintai Faisal Rafathar.
Sekali lagi, meski kasih sayang yang di berikannya hanya settingan aku benar-benar ingin merasakannya.
"Apa maksudmu Rayya," tangan Rafa terangkat menyentuh pipiku. Jempol hangatnya mengelus pipiku pelan.
"Apa permintaanku tidak cukup jelas?" tanyaku lirih.
Rafa menggeleng, "Aku tidak mengerti keinginanmu. Apa yang kamu takutkan? Aku akan belajar untuk mencintaimu dengan tulus. Aku akan belajar melupakan perasaanku untuk Raina. Dan aku akan melihatmu sebagai istriku tanpa suruhan siapapun. Aku akan melakukannya dengan tulus tanpa kepalsuan apapun."
Aku menatap matanya, ia mengucapkannya begitu yakin namun entah mengapa aku sedikit ragu. Bukannya tak percaya, aku hanya ragu.
Aku takut suatu hari nanti perasaannya akan kembali tergoyahkan. Aku takut suatu saat nanti akan terjadi sesuatu pada hubungan kami.
"Jadi jangan pernah meminta itu karena aku akan melakukannya dengan tulus. Aku berjanji," ucap Rafa lalu mengecup lembut keningku. Rafa menarikku ke dalam pelukannya. Ia menyembunyikan wajahnya dalam ceruk leherku.
KAMU SEDANG MEMBACA
At The Time - [ Love Series 2 ]
RomanceAkan ada waktu dimana aku benar-benar lelah dan menyerah untuk kamu. Dan jika waktu itu telah tiba, jangan sesali apa yang sudah terjadi. Percayalah, aku akan selalu mencintaimu. Kapan dan dimanapun aku berada. - Zaretta Rayya Fazhiya - Akan ada wa...