Waktu terus bergulir, di setiap detik kesendiriannya Rafa selalu menjadikannya sebuah momen yang mungkin suatu saat nanti akan selalu ia ingat.
Perjuangannya menunggu tidak sepadan dengan perjuangan Rayya dan Akram bertahan.
"Lebih baik kamu istirahat dulu Raf. Biar Rayya sama Akram, Mama yang jaga."
Tania mencoba membujuk Rafa untuk pulang. Beristirahat sebentar karena Tania kasihan melihat wajah lelah Rafa setelah hampir tiga minggu menetap di rumah sakit.
"Tapi Ma--"
"Sebentar aja Rafa. Nanti kalau badan kamu udah enakan kesini lagi. Dan nanti kalau ada apa-apa Mama langsung hubungi kamu."
Mau tak mau Rafa pun mengalah. Sebelum pulang ia berpamitan dulu pada Rayya dan juga Akram.
Rafa mengelus kening Rayya dengan pelan. "Aku pulang dulu ya, nanti malam kesini lagi."
Sebelum Rafa benar-benar pergi ia pun mengecup kening istrinya lama.
"Sampai kapanpun aku tetap cinta kamu." bisiknya lalu berlalu.
Kini ia sedang berada di ruangan Akram. Sejak tiga hari yang lalu kondisi Akram cukup membaik sehingga ia bisa melihat lebih dekat bahkan menyentuh bayi mungil itu.
Rafa mengelus pelan jemari mungil Akram. "Ayah pulang dulu ya. Akram disini sama Nenek sama Bunda. Nanti malam Ayah temani Akram lagi."
Dan terakhir Rafa mencium kening Akram.
"Ayah sayang kamu. Tumbuh yang sehat ya sayang."* * *
Helaan napas panjang di lakukan oleh Rafa begitu kakinya menginjak pekarangan tempat ia pulang. Matanya menatap nanar teras depan.
Senyum tipisnya terbit begitu ia membayangkan sosok Rayya yang selalu berdiri di teras ketika ia akan pergi bekerja.
Langkah demi langkah Rafa ambil hingga ia memasuki rumah. Di setiap sudut rumah itu mendadak terbayang oleh masa lalu.
Dimana dirinya dan Rayya berinteraksi.
Bahkan sampai dirinya menginjak di kamar mereka, hawa dingin langsung menerpa. Kamarnya sudah tampak rapi karena asisten rumah tangga Mama sengaja kemari untuk membersihkan rumahnya.
Rafa merebahkan tubuhnya di tengah ranjang. Kedua tangannya i rentangkan seakan ingin menyadari kehangatan dari sosok Rayya.
Rafa mengubah posisinya menjadi miring. Menatap guling di sebelahnya degan sendu. Guling yang selalu ia dan Rayya perebutkan jika mereka akan tidur.
Rafa langsung mengadahkan kepalanya begitu matanya berkaca-kaca. Ia malah memeluk guling itu dengan erat.
"Aku kangen kamu Ya. Cepat bangun supaya rindu ini tersampaikan."
Dan perlahan, alam mimpi merenggut kesadarannya.
* * *
Kaki panjangnya terpaku melihat kejadian demi kejadian yang terpampang jelas di hadapannya. Tubuhnya hanya bisa mematung tanpa bisa berbuat apa-apa. Air mata yang sejak tadi di tahannya tanpa diminta mengalir begitu saja.
Tak ada kekuatan tak ada tempat untuk menopang kesedihannya. Batinnya menangis pilu ketika bayi mungil yang tengah di kerumuni oleh petugas medis itu menangis kencang. Seolah tengah kesakitan.
Isakan halus mulai terdengar. Allah, apakai ia selemah ini?
Segera mungkin Rafa menyeka air matanya. Ia harus kuat. Ia harus membukatikan jika Akram memiliki Ayah yang kuat. Jika perjuangan Akram selama ini untuk bertahan tidaklah sia-sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
At The Time - [ Love Series 2 ]
RomanceAkan ada waktu dimana aku benar-benar lelah dan menyerah untuk kamu. Dan jika waktu itu telah tiba, jangan sesali apa yang sudah terjadi. Percayalah, aku akan selalu mencintaimu. Kapan dan dimanapun aku berada. - Zaretta Rayya Fazhiya - Akan ada wa...