[ Rafa - POV ]
Waktu semakin berlalu, kini kondisi kaki Rayya sudah membaik bahkan kembali seperti sebelumnya. Beberapa hari ini Rayya sudah bisa melakukan pekerjaannya seperti biasa.
Selama Rayya sakit, aku menyadari bahwa sikapku berubah drastis padanya. Rafa yang biasanya bersikap biasa aja bahkan terkesan cuek berubah menjadi Rafa yang peduli ketika Rayya terluka. Aku menutupi rasa bersalah ini dengan kepalsuan yang ku berikan.
Bukan tidak sadar, aku sangat sadar jika sikapku salah, tapi bagaimana lagi saat itu aku benar-benar belum bisa menunjukan ketulusan karena memang kondisi Rayya seperti itu karena perbuatanku.
Setelah merenungkan semuanya, aku menyesal. Aku menyesal telah menambah kesakitannya dengan sikap kepura-puraanku ini. Meski aku bisa melihat jika Rayya suka dengan sikapku yang peduli padanya tapi aku pun tau jika Rayya pasti menyadari bahwa sikapku itu tidak tulus.
Sedikit banyak aku mengetahui bagaimana Rayya yang bisa mengamati gerak-gerik seseorang.
Setelah berpikir panjang, aku merasa lelaki dan suami yang paling jahat di dunia. Bagaimana tidak, aku menyia-nyiakan perasaan istriku sendiri untuk ku sakiti. Aku membiarkan peluang untuk malaikat mencatat apa saja yang menjadi dosaku karena membiarkan air mata seorang istri menetes akibat kesalahan suaminya.
Aku sadar, sangat sadar sering sekali aku membuatnya menangis karena Rayya belum bisa menggapaiku. Belum bisa memiliki hatiku seutuhnya. Semua itu karena keegoisanku. Aku yang egois belum ingin menyerahkan hatiku padanya. Aku yang egois ingin menyimpan perasaan ini untuk sementara waktu sampai aku sendiri ingin melepaskannya.
Aku egois yang selalu membuat Rayya menunggu dan berharap hal-hal yang tidan pasti. Bahkan sampai saat ini, sampai aku menyadari bahwa aku harus berubah.
Aku tidak mungkin bersikap seperti ini terus padanya. Aku mengambil keputusan bahwa aku memang harus membuka diri untuk bersikap layaknya seorang suami. Bersikap bahwa aku bisa memandangnya sebagi seorang istri, bukan sebagai sahabat sebagaimana yang selalu Rayya minta ketika aku akan bersikap asing padanya.
==::::==
Pagi ini, di selimuti kabut pagi dan awan yang teduh, kami memulainya dari awal. Semenjak aku memutuskan untuk berubah, aku meminta Rayya untuk melayaniku. Menyiapkan segala kebutuhan yang kuperlukannya.
Meski aku melihat Rayya cukup ragu dengan perubahanku yang begitu cepat, Rayya bisa melakukannya dengan baik. Dia bisa memanage waktu untuk butik, rumah, dan untukku.
Bukannya aku ingin enaknya saja, aku hanya berkaca dari kehidupan Mama dan Papa. Aku melihat bagaimana Mama melayani Papa dan melihat bagaimana Papa bersikap pada Mama.
Meski tak semua, tapi aku sedikit mengambil contoh perilaku mereka. Seperti saat ini, Rayya berjalan kearahku dengan membawa dasi pilihannya. Sebagai istri, aku memang memintanya untuk bisa membuat tatanan pakaian kantor.
"Hari ini aku mau bertemu dengan Galih, apa boleh?" tanya Rayya sambil menyimpulkan dasi di leherku.
Aku sedikit menunduk menatap wajahnya. "Ada urusan apa lagi?"
"Sarah ingin menambah aksen pada gaun pengantinnya," ucapnya sebelum melepaskan tangannya dari kerah kemeja.
"Kalau urusannya dengan Sarah kenapa harus bertemu dia," sengaja tak ku sebutkan namanya. Mendengar namanya aku sedikit kesal. Karena dengan spontan aku akan teringat kata-katanya ketika menyatakan perasaan cinta pada Rayya.
"Sarah kan teman Galih, otomatis dia ikut. Hanya untuk menemani kami."
Aku berdecak, "Apa dia nggak kerja? Seperti nggak ada kerjaan saja menungguimu bekerja," gerutuku tanpa sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
At The Time - [ Love Series 2 ]
RomantikAkan ada waktu dimana aku benar-benar lelah dan menyerah untuk kamu. Dan jika waktu itu telah tiba, jangan sesali apa yang sudah terjadi. Percayalah, aku akan selalu mencintaimu. Kapan dan dimanapun aku berada. - Zaretta Rayya Fazhiya - Akan ada wa...