6

5.8K 543 1
                                    

HAPPY READING GUYS💚💚💚
Jangan lupa tinggalkan jejak💚









Sesampainya dikamar, haechan meletakkan tas lalu melepas Hoodie ya. Darah masih mengalir dari pelipisnya, ia mengambil kotak p3k lalu duduk di depan sebuah cermin. Dengan hati hati haechan mengobati lukanya sendiri, haechan kecewa dan sakit hati saat ini. Bahkan tangan nya bergetar saat mengobati lukanya.

Dia menahan semua nya sendiri, dia berjalan ke nakas lalu membuka laci nakas kemudian mengambil tabung obat. Di meminum obat dalam jumlah yg agak banyak.
"Beri aku jeda" batin haechan, lalu dia beranjak untuk tidur.

Papa pulang kerumah setelah beberapa jam meninggalkan rumah.
"Kenapa belum tidur ma?" Tanya papa karena melihat sang istri masih terjaga di kamar milik mereka.
"Haechan terluka pa"
"Aku tidak peduli dengan anak itu. Aku tahu ma, kmu juga belum bisa menerima anak itu kan. Karna kita adalah korban dari kebrengsekkan ibunya"
"Iya kmu benar pa, tpi ntahlah"
"Sudahlah, mari tidur. Hari sudah semakin malam"

Tengah malam haechan terbangun karena merasa haus, lalu dia turun ke dapur untuk mengambil air minum. Sesampainya di dapur haechan duduk lalu minum air putih, tiba tiba..

haechan merasa mual kemudian dia berlari ke wastafel yg ada di dapur.
Hoekkk hoekkk uhuuk uhukk hoekkk.
Haechan memuntahkan semua isi perutnya. Kakinya mulai melemah, perutnya terasa sakit. Isakan kecil mulai keluar dari mulut haechan bahkan haechan sudah menggigit bibir bawahnya hingga berdarah.

Taeyong yg tadinya ingin mengambil minum juga. Kaget melihat haechan yg kesakitan sambil berjongkok. Namun Taeyong tidak langsung mendekat, dia memperhatikan dari jarak dekat.
"Kenapa kamu?" Tanya Taeyong.

Haechan terkejut lalu berusaha untuk berdiri dan pergi, mengabaikan Taeyong.
"Yakkk!!! Dimana sopan santun mu" bentak Taeyong sambil mendorong haechan hingga perutnya menambrak meja makan.

"Aku bertanya baik baik. Tapi kamu malah tidak menjawab, apa bunda mu tidak pernah mengajarimu sopan santun!!!"
Haechan masih berusaha menahan sakit yg amat sangat di perutnya. Semua anggota keluarga datang ke sumber suara ribut.

Mereka melihat Taeyong yg terlihat marah pada haechan.
"Ada apa Tae?" Tanya papa.
"Ini...anak haram tidak tau diri dan sopan santun. Aku tanya baik baik malah mau pergi begitu saja" sahut Taeyong yg geram.
"Sudah, semua kembali ke kamar. Ini sudah malam" perintah papa.

"Aku bukan anak haram" kata haechan tiba tiba. Taeyong yg masih kesal lalu mencekeram kerah baju haechan kemudian mendorong nya sampe pinggulnya terantuk pojokan meja makan. Sakit luar biasa menjalar ke perut haechan, hingga dia memejamkan mata erat dan menahan ringisannya.

"A..aku sama seperti kakak. Anak papa juga" ujar haechan.
"Diam!!!!" Bentak mama, Taeyong yg melihat sang mama menangis semakin geram dan semakin menekan haechan ke meja makan.
Taeyong menatap haechan seperti hendak membunuhnya, lalu haechan membuka matanya dan membalas tatapan taeyong.

Eungghhh lenguhan kesakitan haechan keluar begitu saja dri mulutnya, karena sakit di perutnya sudah tidak tertahan lagi. Taeyong melihat mata haechan bergetar, memerah dan air matanya mulai jatuh kemudian ia melepaskan cengkraman nya. Sedetik kemudian haechan limbung dan Taeyong reflek mendekapnya.

"Kak haechan!!" Teriak jisung
"Yakk haechan-a, bangun. Kamu kenapa? Yakk" ujar taeyong, mereka menghampiri haechan yg berada di dekapan Taeyong.
"Panggil dokter Jhony pa" perintah mama
"Tidak usah. Papa akan panggil sopir untuk mengantarnya ke kamar" tungkas papa, lalu papa menelfon sopir nya untuk datang ke dalam rumah.

Tak butuh waktu lama sang sopir pun sampai. Lalu papa menyuruh nya untuk membawa haechan ke kamar.
Sang sopir meletakkan haechan di tempat tidur miliknya lalu menyelimutinya dengan hati hati. Tak sengaja sopir itu melihat bekas luka di lengan kiri haechan karena penasaran sopir itu menggulung lengan kaos itu.

Dan betapa kagetnya sang sopir karena melihat banyak bekas goresan di lengan kiri haechan.
"Astaga tuan muda haechan, bekas luka apa ini?" Ujarnya sang sopir. Perlahan haechan membuka matanya dan melihat sosok sopir pribadi papanya sedang memandangi bekas luka di lengan kirinya.

Dengan segera haechan menutup lengan kirinya.
"Jangan bilang kepada siapapun tentang ini pak. Anggap saja bapak tidak pernah melihatnya" pinta haechan.
"Tapi tuan muda_"
"Aku mohon". Sang sopir memandang haechan dengan sendu lalu mengusap Surai coklatnya dengan lembut.
"Baiklah. Tuan muda sekarang istirahat ya. Bapak mau keluar lagi"
"Terimakasih pak".

Hari hari selalu di lewati haechan tanpa ada yg berubah, sikap orang orang yg haechan anggap keluarga masih sama mengacuhkan haechan.

Setelah bel pulang berbunyi, semua siswa beranjak menuju gerbang, tentu saja untuk pulang. Begitupun dengan mark, jisung dan haechan. Namun seperti biasa, haechan tidak langsung pulang ke rumah. Dia berjalan jalan sekedar menghilangkan sedikit beban hidupnya.

Haechan memasuki sebuah cafe dan tidak sengaja seorang wanita menabrak haechan yg membuat bajunya terkena kopi.
"Astaga, maaf. Aku bener benar tidak sengaja" kata wanita itu
"Tidak apa-apa kak" sahut haechan.

Taklama 2 teman wanita itu datang menghampiri mereka.
"Kenapa Rin?" Tanya temannya.
"Aku tidak sengaja menumpahkan kopi ke adik ini" jawab Karina.
"Maafkan teman kami ya" ucap gisel
"Tidak apa kak" jawab haechan lalu dia pamit pergi untuk memesan jus.

Setelah puas jalan jalan, haechan pulang ke rumah. Lalu dia menuju dapur untuk minum, namun tiba tiba papa datang kemudian menarik baju haechan hingga dia jatuh.
"Ada apa pa?"
Lalu papa melempar selebaran ke wajah haechan.

"Siapa yg mengijinkan mu ikut ekskul menyanyi?" Tanya papa geram.
Haechan mengambil surat dari pembina ekskul menyanyi yg ia ikuti.
"Jawab bodoh!! Taeyong, Mark dan jisung tidak ada yg membuang buang waktu seperti mu untuk mengikuti ekskul yg tidak berguna!!" Bentak papa

"Kenapa papa selalu membandingkan aku dengan mereka?" Sahut haechan.
"Kalau kamu mau jdi bagian dari keluarga ini, maka jadilah seseorang yg bisa di banggakan"
"AKU TIDAK PERNAH BERHARAP JADI BAGIAN DARI KELUARGA INI. KALAU AKU BISA MEMILIH, AKU TIDAK MAU ANDA JADI PAPA KU!!!"

Plakk plakkkk!!!
Darah mengalir dari ujung bibir haechan.
"Owht jadi begitu caramu berterimakasih pada kami hah!! Anak tidak tahu diuntung!!! Anak_"
"ANAK KURANG AJAR!! ANAK HARAM!!! APA LAGI PA?!! APALAGI?!!!"
Plakkkkkkk

Haechan mengepalkan tangannya kuat kuat untuk menahan.
"Kenapa dulu haechan tidak papa bunuh saja sebelum lahir?" Tanya haechan lirih,
"Kalau bukan karena jalang itu, aku sudah membunuhmu dari dulu" ucap papa penuh penekanan.

Disana ada semua anggota kelurga, tpi tidak ada satupun yg ingin membela haechan. Entah sejak kapan air mata haechan jatuh membasahi lantai dan pipinya.





F.I.N.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang