16

5K 503 19
                                    

HAPPY READING GUYS💚💚💚





Vernon semakin menarik rambut haechan semakin kuat, tiba-tiba...
"Lepaskan" Mark mencekik leher Vernon dengan tatapan mengancam. Lalu dengan terpaksa Vernon melepaskan rambut haechan.

"Wahhh rupanya kamu sudah bisa menerima anak haram itu Mark"
"Dengar baik baik ver. Jngan pernah buat keributan di sekolah, bahkan aku tidak peduli kalau kamu mau menghabisi dia. Tpi jangan di sekolah".
Dengan kesal Vernon dan genknya pergi dari kantin.

Mark menatap haechan yg masih terduduk di lantai kantin. Jeno mendekat ingin membantu haechan namun di cegah oleh Mark.
"Jngan lakukan lagi" ucap haechan, membuat Mark dan teman temannya menghentikan langkah mereka.
"Tutup matamu dan pura pura lah buta, itu lebih baik. Daripada kamu harus menolongku dengan kepalsuan" lanjut haechan.

"KAMU!!" Teriak jisung, namun Mark menahan badan jisung.
"Aku harap kamu selalu hidup dalam rasa bersalah dan balas Budi" ucap Mark dengan tatapan sinis. Lalu pergi meninggalkan haechan.

Saat pulang sekolah, Taeyong menjemput adik adiknya, namun hari ini haechan juga di jemput atas permintaan sang mama.
"Kak Tae!!!" Teriak jisung sambil berlari ceria ke arah taeyong, kemudian di ikuti oleh Mark.

"Ayo pulang" kata Mark.
"Haechan, kita tunggu haechan dulu. Mama menyuruh kita pulang bersama" jelas Taeyong.
"Ishhhh" kesal jisung. Taklama yg di tunggu datang, haechan berhenti tepat dihadapan taeyong.
"Mama menyuruhmu untuk pulang bersama kami" ucap taeyong.

Lalu tanpa basa basi haechan masuk dan duduk di bangku penumpang bersama jisung. Dalam perjalanan hanya diam sambil memejamkan matanya. Walaupun haechan masih bisa mendengar candaan dri saudara tirinya.

Mobil berhenti di lampu merah, Taeyong memandang haechan dri spion lalu ia melihat lebam di pelipis dekat mata milik haechan. Kemudian mobil kembali melaju.
"Haechan-a, kenapa dengan pelipismu?" Tanya Taeyong. Namun haechan tidak berniat menjawab karena badannya terlalu lemas.

Sesampainya dirumah mereka langsung turun mobil, haechan langsung memasuki rumah. Taeyong berlari menghampiri haechan kemudian menarik tangannya.
"Kenapa dengan pelipismu"
"Aku mau mengerjakan tugas, bisa lepaskan tanganmu"

"Yakkk haechan, kak taeyong bertanya baik baik padamu" bentak jisung. Mama datang dri dapur Krena mendengar ribut ribut.
"Ada apa ini?" Tanya mama.
"Itu, anak sialan itu. Diberi perhatian malah acuh" sinis jisung.

"Apa susahnya menjawab Chan" kata mama. Haechan benar benar merasakan sesak di dadanya, kepala yg pusing dan perut yg semakin sakit.
"Tidak ada yg perlu ku jawab" sahut haechan.
"Kenapa dengan pelipismu? Kmu mau papa yg tau hah" ancam Taeyong.

Haechan menghela nafas berat berusaha menetralkan rasa sakitnya.
"Lepaskan" ucap haechan lagi.
"Baik, kalau kamu tidak mau menjawab pertanyaan kakakmu. Mama akan tlpn papa" ancam mama sambil mencari nomer tlpn papa.

Perlahan haechan memejamkan matanya sambil meneteskan air mata.
"Aku lelah...Tante. bisakah aku tidur lebih awal" ucap haechan lirih. Mama mengurungkan niatnya untuk menelfon papa. Dia menatap mata haechan yg tampak sangat lelah.

"Taeyong, lepaskan haechan".
Setelah itu haechan berjalan pelan menuju kamarnya. Sesampainya di kamar haechan lalu mengunci pintu kamarnya. Dia memukul dadanya untuk menghilangkan sesak, air matanya semakin mengalir deras.
"Bunda.... hiks hiks hiks bunda...aku lelah...aku lelah bunda hiks hiks hiks"

Setelah lelah menangis haechan pergi ke dapur untuk minum. Ia melihat mama tirinya sedang memasak makan malam. Mata mereka saling bertemu tapi mama langsung membuang pandangan ke arah lain.

Haechan langsung mengambil air minum, tiba tiba haechan mendengar suara mama merintih kesakitan. Dia langsung menghampiri mama dan melihat jari telunjuknya mama berdarah. Dengan sigap haechan menghisap darah yg ada di telunjuk mama. Mama terkejut dengan perlakuan haechan, namun tidak bisa di bohongi hatinya sedikit menghangat.

"Tante harus hati-hati"
"I..iya Chan". Kembali mata mereka saling bertemu, haechan tersenyum tipis namun tiba tiba bayangan wajah Jessica muncul di kepala mama. Seketika tatapan itu menjadi bengis dan tajam.

Prangggg
Mama mendorong haechan hingga satu panci kuah panas tumpah ke tangan dan kaki haechan. Haechan memejamkan matanya menahan panas dan perih. Taeyong, Mark, jisung dan ahjuma bergegas menghampiri sumber suara.

Mereka terkejut melihat panci dan kuah panas yg sudah berceceran, dan juga haechan yg berdiri dengan mata menahan air mata.
"Mama tidak apa-apa?" Tanya taeyong panik.
"Eoh mama tidak apa-apa" jawab mama. Ahjuma berlari ke arah haechan, ahjuma dapat melihat tangan haechan yg sedikit merah Krena terkena kuah panas.

"Tuan muda haechan, apa ada yg terluka?"
"Tidak ahjuma, aku baik baik saja. Maaf ahjuma aku menumpahkan soup itu"
"Ah tidak apa apa" kata ahjuma. Mama menatap haechan sperti agak bersalah.
"Aku permisi ke kamar". Lalu haechan kembali ke kamar.

Haechan melewatkan makan malam, saat hari semakin larut. Taeyong diam diam masuk ke kamar haechan, dengan hati hati, Taeyong memeriksa tangan dan juga kaki haechan. Taeyong tahu bahwa haechan terkena kuah soup panas, karena sang mama bercerita kepadanya dan kedua adiknya.

Taeyong menghela nafas, melihat tangan haechan yg merah. Perlahan dia mengoleskan salep di tangan dan kaki haechan, sambil sesekali dia menatap wajah haechan.
"Apa kamu sangat lelah? Bahkan kamu tidak terganggu saat aku mengobatimu" monolog taeyong.

Stelah itu, taeyong membenarkan selimut milik haechan.
"Eungghhh shhh eunggghh" rintih haechan di alam bawah sadarnya. Taeyong segera mengusap Surai haechan dengan lembut.
"Shutyyy  shutyyy tenang chan, itu hanya mimpi tenang" ucap taeyong lembut lalu haechan kembali tenang dalam tidurnya.

Taeyong keluar kamar haechan, namun dia terkejut karena melihat kedua adiknya berada di depan pintu kamar haechan.
"Aissssh membuat kakak kaget saja. Apa yg kalian lakukan di sini?" Tanya Taeyong.
"Apa lukanya parah?" Tanya jisung.
"Tidak, hanya sedikit merah"
"Baguslah, setidaknya dia tidak akan mati" ucap Mark. Setelah itu mereka kembali ke kamar masing-masing.

Haechan membuka matanya sesaat setelah Taeyong keluar kamar.
"Maafkan aku...maaf karena sudah jadi beban dan benalu dalam hidup kalian hiks hiks". Malam ini haechan kembali tidak bisa tidur karena merasa bersalah pda keluarga papanya.

Pagi hari tiba, haechan sudah di sapa oleh rasa mual dan sakit di perutnya. Berkali kali haechan muntah, bahkan muntah pun hanya air bening karena dia belum makan sama sekali sejak tdi malam. Badannya lemas, meluruh di samping wastafel.

"Akhghhh ayolah, jngan manja. Bersahabat lah sedikit" ucap haechan sambil meremas perutnya lalu kembali muntah. Setelah puas muntah, haechan memakai jas sekolah dan menenteng tas sekolahnya juga. Bersiap untuk sarapan.

Rupanya sang papa ikut sarapan pagi ini. Haechan langsung duduk bersama mereka dan memulai sarapan dengan sunyi. Papa melihat bahwa tangan kiri haechan merah seperti terkena benda panas.
"Ada apa dengan tanganmu Chan?"
"Ti..tidak apa-apa pa. Aku tidak sengaja menumpahkan air panas"
"Dasar bodoh" gumam papa. Sperti biasa setelah sarapan, haechan bergegas menuju sekolah.

 Sperti biasa setelah sarapan, haechan bergegas menuju sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
F.I.N.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang